51

1.1K 72 21
                                    

Farel dan yang lainnya menghentikan motornya tepat di depan gang yang dimaksud waiters tadi. Riani lebih dulu turun dari boncengan Farel.

"Kok gue baru sadar disini ada jalan." Ucap Riani menatap jalan itu.

"Dikira lo doang, gue juga Ri." Sahut Ariel yang sama halnya dengan Riani menatap jalan itu.

Jalan itu sedikit terhalangi oleh beberapa barang yang terlihat seperti barang bekas dari toserba. Terdapat bak sampah juga disan.

"Ayo." Ucap Putra lalu mendahului langkahnya dan diikuti oleh yang lain.

Mereka berjalan sedikit cepat, bukan karena ingin segera menyelamatkan Febby dan Syahira. Tapi karena tempatnya bau busuk karena tumpukan sampah basah yang sudah menumpuk disana.

"Shahila apa gak bau gitu jalan ke sini, pilih tempat yang bagusan dikit kek ah." Keluh Riani yang baru bisa bernafas dengan lega setelah berhasil melewati tumpukan sampah tadi.

"Tau nih, di hotel kek biar lebih enak datangnya." Sahut Ariel

"Yeu onyon, ya gak mungkin orang mau ngehajar dihotel. Lo kira lonlon kaya gitu." Balas Rizal tak habis pikir.

"Lonlon apaan?" Tanya Ariel

"Lonte." Jawab Riani

"Waaahh gila, tauan lo. Jangan-jangan kerja paruh waktu lo jadi itu ya Ri?"

"Bangsat emang ya lo!"

Oke perdebatan antara Riani dan Ariel tak akan berhenti jika tidak ada yang melerai. Untung saja mereka tidak berdua saja.

Jika keduanya berada disatu ruangan yang isinya hanya mereka berdua. Tak bisa dibayangkan apa yang bakalan terjadi antara keduanya.

"Udah wey, lo berdua gak dimana-mana ribut mulu, pusing gue. Udah ayo ah masuk." Relai Putra.

Mereka kembali berjalan menuju bangunan yang sudah terlihat itu. Sempat berhenti tetap di depan bangunan itu.

"Kayanya diatas deh." Tebak Riani

Dengan pelan Farel lebih dulu berjalan menuju tangga diujung ruangan yang membawanya ke lantai atas.

Sampai dilantai dua, semuanya berpencar mencari ruangan demi ruangan.

Riani berhenti saat dia berada diruangan yang entah mengapa pintunya sulit sekali untuk di dorong. Riani menempelkan telinganya mendekat ke arah pintu mencoba mendengar ada sesuatu kah di dalam sana.

Yang jelas terdengar adalah suara tamparan yang begitu nyaring. Entah siapa yang ditampar dan oleh siapa, Riani tak tahu.

Riani mencoba memanggil teman-temannya tanpa menimbulkan ke gaduhan.

"Lo yakin disini Ri?" Tanya Putra dan diangguki oleh Riani yang berarti Riani yakin seyakin yakinnya.

"Pintunya gak bisa dibuka, kayanya dikunci dari dalam." Tambah Riani menatap pintu itu.

Mereka semua termenung di depan pintu, memikirkan cara membuka pintu itu. Sampai akhinya mata Rizal menemukan balok kayu panjang. Rizal sedikit berlari mengambil balok kayu itu.

"Minggir." Ucap Rizal mengintruksi teman-temannya.

Seketika mereka membagi dua, memberi jalan pada Rizal.

"Dari mana itu?" Tanya Ariel.

"Nemu disana." Tunjuk Rizal pada tempat dimana dia menemukan balok kayu panjang itu. "Minggir, takut kena." Ucap Rizal yang sudah berancang-ancang untuk mengayunkan balok kayu itu.

Yang lainnya lantas mundur memberi ruang untuk Rizal.

Bugh!

Bugh!

My Cold Brother✔Where stories live. Discover now