25

7.3K 632 5
                                    

"Kak, lo udah jadian sama si Tama?" Leon menghampiri Andin di meja kasir.

"Heh, yang sopan kalau manggil. Dia calon kakak ipar lo."

Andin memukul kepala Leon menggunakan buku pembukuan kafe. Hari gini masih dicatet di buku loh, dahlah skip. Fungsi buku itu di cerita ini cuma buat mukul kepala Leon hehe ...

"Jadi kalian mau langsung nikah?"

"Jadian aja belum."

"Bukannya semalam kalian udah ciuman?"

Pertanyaan Leon barusan sukses membuatnya kembali mendapatkan pukulan di kepalanya.

"Ciuman pala lo? Ketauan, lo ngikutin gue, ya?"

"Em, itu ...."

"Mau apa lo? Mau lo laporin papa?"

Andin mengambil ancang-ancang akan memukul kepala Leon untuk ketiga kalinya. Leon ngeri, kebanyakan dipukul bisa-bisa membuatnya amnesia.

"Enggak, waktu itu gue cuma kebetulan lagi nonton sama temen gue."

Leon tak mengatakan ia pergi bersama Feby. Ia menjawab takut-takut sambil mengamankan kepalnya. Ingatkan dia untuk memakai helm saat berbicara dengan kakaknya.

"Yang bener?"

"Iya, terus gue nggak sengaja liat lo ciuman sama dia."

"Gue nggak lagi ciuman, geblek! Mata gue kelilipan debu, gue minta tolong dia ngecek."

Andin mengingat peristiwa saat ia di dalam bioskop bersama Tama. Saat itu ia merasa matanya peri karena kemasukan benda asing.

"Paling modus lo aja."

"Kok lo tau, hehe ...."

Andin menurunkan buku tebalnya. Melihat sang kakak dalam mode tenang, Leon memutuskan untuk menasehatinya.

"Kak, mending jangan ngarepin dia."

"Kenapa?"

"Kayaknya dia nggak cinta sama lo."

Andin tampak berpikir sejenak, ia bukan gadis bodoh. Ia tau Tama tidak tulus mendekatinya. Entah apa tujuan Tama yang tiba-tiba meresponnya, nanti akan ia cari tau.

"Tenang aja, gue nggak bakal sakit hati. Gue udah biasa di-PHP cowok."

"Tapi ...."

Walaupun sang kakak galak, pelit dan sering menganiaya dirinya, tapi Leon tetap mengkhawatirkan keadaan kakaknya.

"Lo nggak usah khawatirin gue. Ati gue anti pecah, kek ember yang dijual keliling."

***

"Feb, hari ini gue ulang taun. Kita jalan, yuk?" Leon menghampiri Feby yang sedang mengelap kaca.

"Ke mana, Mas?"

"Ke mana aja. Namanya juga orang pacaran, ya harus sering keluar bersama untuk memupuk chemistry."

Andin memperhatikan tingkah Leon yang menunggui Feby mengelap kaca, bukannya membantu. Padahal ia juga membawa lap yang disampirkan di pundak tegapnya.

"Oy, kerja! Kerja! Jangan mesum aja."

Andin menggedor kaca dari sisi dalam. Membuat Feby malu dan meneruskan mengelap kacanya. Sedang Leon kabur entah ke mana.

***

Sepulang kerja Leon mengajak Feby main ice skating. Feby yang belum pernah masuk ke tempat itu merasa kedinginan.

"Feb, lo kedinginan?"

"Iya."

Leon segera membuka jaket army miliknya. Ia menyampaikannya di pundak Feby. Jiwa playboy yang sudah mendarah daging di dirinya membuat gerakannya terlihat luwes dan natural.

Sesaat  Feby terpana dengan perhatian Leon, tapi sedetik kemudian ia tersadar dan menggelengkan kepalanya. Sadar, Feb! Inget rulesnya, pikirnya.

"Mau jadi boneka salju, atau ikut main?" Leon menyindir Feby yang tampak mematung saja dari tadi.

"Saya nggak bisa main, Mas."

"Tenang aja, bakalan gue ajarin sampai bisa."

Feby adalah gadis ke 80 yang diajak Leon ke tempat itu. Ia hanya terinspirasi dari drama Korea Full House. Di cerita itu pemain pria dan wanitanya pergi main ice skating, mereka tampak romantis.

Rata-rata gadis yang pernah diajaknya ke sini akan terpesona pada dirinya, setelah itu mereka akan jadian untuk dua minggu ke depan. Bagi Leon tenggang waktu seorang gadis untuk dekat dengannya tak lebih dari dua minggu saja.

Leon berjongkok di depan Feby dan memakaikan sepatu ice skating untuknya. Kembali wajah Feby memerah mendapat perlakuan seperti itu dari Leon.

Ingat! Rulesnya masih sama, Feby. Ia menepuk pipinya sendiri. Leon heran melihat tingkahnya.

"Kenapa, Feb?"

"Eh, enggak, Mas. Saya cuma agak ngantuk."

"Mulai sekarang jangan ngomong formal sama gue, mana manggil Mas, gue geli."

"Tapi, Mas. Kan nggak sopan, Mas 'kan adiknya bos, udah gitu usianya lebih tua dari saya."

"Gue cuma adik bos, tapi bukan bos yang gaji lo." Ralat Leon.

"Terus saya manggil apa, Mas?"

"Panggil nama gue aja."

"Nggak mau, nggak sopan."

"Yang udah, panggil gue sayang aja."

"Hah?"

My Abang, My Crush (Complete)Where stories live. Discover now