PDG. 19

2.3K 216 8
                                    

    Jisoo sudah diperbolehkan pulang dan selama dirumah sakit hanya irene dan jisung yang selalu menemaninya. Tapi jisoo tidak memepermasalahkannya. Baginya mereka sudah lebih dari cukup ya walau dalam hati ia berharap taehyung datang.

Ia hanya berbaring diatas kasur karena belum diperbolehkan berjalan sebab jahitannya masih basah. Merasa bosan jisoo mengambil ponselnya baru saja ia pegang seseorang sudah menelponnya.

"Hallo eonni bisa kita bertemu? Aku akan menunjukkan sesuatu padamu"

"Maaf jennie~ya tidak bisa keluar untuk beberapa hari"

"Ah~ tak apa lain kali saja. Memangnya kau kenapa eonnin"

"Aku baru terkena musibah" jawab jisoo dengan pelan.

"Astaga eonni musibah apa?"

"Aku ditusuk oleh orang yang tak dikenal. Untungnya tidak mengenai perutku hanya pahaku" jelas jisoo.

"Astaga eonni aku turut sedih mendengarnya."

"Eh..jen maaf aku tutup ya telponnya"

Tak menunggu jawaban dari jennie, jisoo langsung mematikan panggilannya. Bukan tanpa alasan perutnya kambuh lagi. Jisoo menyumpal mulutnya dengan selimut agar tintihannya tak terdengar orang lain.

BUGH

BUGH

"Cepat jawab siapa yang menyuruhmu?!!"

Orang tersebut tak menjawab dengan kesal taeyong kembali melayangkan satu bogeman keras pada leher sang pelaku.

Taehyung dari tadi memperhatikan dengan muka datarnya. Setelah anak buahnya berhasil menangkap orang yang menusuk jisoo. Taehyung menyuruh taeyong memukulnya ia tak ingin tangannya kotor.

"Masih tak mau jawab?!" taehyong mencekik leher lelaki yang menusuk jisoo.

"Lepaskan dia" titah taehyung dengan dingin.

Dengan kesal taeyong mengehempasnya kasar. Ia menatap orang tersebut dengan tatapan membunuh. Taehyung menghampiri orang tersebut lalu berjongkok tepat didepan wajah lelaki tersebut.

"Jawab pertanyaanku atas nyawamu melayang. Siapa yang menyuruhmu?" tanya taehyung dengan rahang yang mengeras.

Lelaki tersebut berusaha menyampaikan sesuatu tapi ia kesulitan.

"D...di__ahh...j_je...arkkhh"

Mati.

Tuhan lebih dulu menjemputnya sebelum mengungkapkan kebenaran. Taehyung menggeram rendah setelah memeriksa nadinya.

"Dia mati?" tanya taeyong.

"Hmm"

Taeyong mendesah kesal "Padahal aku belum puas menyiksanya."

"Bakar mayatnya lalu buang abunya kelaut. Aku akan membayarmu lebih" lalu taehyung pergi dari sana dengan kecewa.

Taehyung pulang kerumah setelah hari mulai gelap. Ia memasuki rumahnya dengan wajah datar. Matanya tak sengaja melirik kamar yang jisoo tempati. Seketika rasa khawatir dirasakannya dengan ragu taehyung mendekati kamar tersebut.

Ceklek

Pemandangan pertama yang ia lihat jisoo sedang berusaha turun dari tempat tisur. Jisoo tidak meyadari ada seseorang yang membuka pintu karena terlalu pokus untuk turun.

"Mau kemana kau?" tanya taehyung dengan dingin.

"Eh..oppa kau sudah pulang." jisoo tidak menjawab pertanyaan taehyung.

"Jawab pertanyaanku sooya"

Jisoo menatap taehyung dengan mata yang berkaca-kaca setelah sekian lama akhirnya taehyung memanggilnya dengan sebutan itu lagi. Panggilan yang khusus taehyung berikan untuknya namun anggota keluarga yang lain juga mengikutinya.

Taehyung tidak menyadari panggilannya barusan. Taehyung jadi kesal karena jisoo tak juga menjawab pertanyaannya.

"Apa kau berubah jadi bisu setelah pulang dari rumah sakit?"

Jisoo tersadar dengan cepat ia memalingkan wajahnya dari taehyung.  "I_itu...a-aku...mau kekamar mandi" jawab jisoo dengan pelan.

Taehyung membuang nafasnya kasar ia membuka jasnya lalu menggulung lengan kemejanya. Tanpa banyak tanya taehyung langsung menggendong jisoo ala bridal style. Jisoo dibuat terkejut dengan tindakan taehyung. Dengan cepat ia mengalungkan tangannya dileher taehyung takut jatuh.

Dengan wajah datarnya taehyung membawa jisoo kedalam kamar mandi lalu menurunkannya dengan perlahan.

"Cepatlah aku tunggu diluar" kata taehyung sambil berlalu.

Jisoo masih mematung ditempatnya tak percaya dengan yang apa yang baru saja taehyung lakukan padanya. Jisoo menyentuh dadanya, berdebar.

Please! Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang