PDG. 26

2.5K 280 35
                                    

    Sarapan pagi ini sarapan yang sangat membahagiakan bagi jennie. Dengan semangat jennie menuangkan nasi serta lauk pauk pada piring sang kakak. Mino hanya tersenyum hangat menerima semua perhatian adiknya.

"Makanlah agar oppa tidak terlihat seperti tengkorak berjalan" kata jennie.

Ibu serta ayah mereka tertawa mendengarnya. Sedangkan mino tersenyum kecil. Jennie yang melihatnya merasa sakit hati, jika dulu mino akan membalas dengan mengatainya kembali tapi sekarang. Lagi rasa benci terhadap jisoo semakin menumpuk dihatinya.

"Makanlah" ucap mino pada jennie.

Jennie mengangguk lalu ia mulai memakan sarapannya. Saat akan makan sayuran tiba-tiba saja ia merasa mual. Dengan cepat Jennie berlari menuju wastafel.

Hoekk

Hoekk

Mino menghampirinya dengan wajah khawatir.

"Kau tak apa?" tanya mino sambil memegang bahu jennie.

"Kepalaku pusing oppa" balas jennie dengan lemah.

Kepalanya seperti berputar-putar dan detik berikutnya ia pingsan.

"JENNIE~YA!!"

***

Nyata irene berbohong pada jisoo bahwa akan keluar sebentar.

Dengan anggun ia memasuki pekarangan rumah yang cukup mewah. Sampai didekat pintu masuk irene membuka kacamata hitam yang bertengker dihidungnya. Irene memencet bel beberapa kali. Lalu tak lama wanita paruh baya membukakan pintu.

"Irene" kata wanita tersebut.

Irene tersenyum manis "Kau masih mengingatku juga ahjumma."

"Kita bicara didalam, masuklah" Ny. Song membuka lebar pintu mempersilahkan irene masuk.

"Kebetulan sekali kau kesini ada hal yang ingin kukatakan" mino yang baru keluar dari kamar adiknya ikut duduk disamping ibunya saat melihat irene.

"Kau mengenalku?" tanya irene pada mino. Karena setaunya mereka baru pertama kali bertemu. Tapi untuk Ny. Song jennie sering menceritakan dirinya karena sahabat dari adik iparnya, dari yang irene dengar jennie begitu mengaguminya dan sering kali menghubunginya untuk sekedar menanyakan kabar dan dari sana irene kenal Ny. Song karena jennie sendiri yang mengenalkannya.

"Kau kakak dari lelaki yang menghamili adikku" kata mino dengan dingin.

"WHAT?!!!"

***

Kedua orang tua jisoo dan taehyung disuruh irene untuk kerumah sakit dengan alasan jisung tertabrak dan terluka parah. Terpaksa irene menggunakan alasan itu karena jika mengatakan yang sebenarnya mereka tak akan mau. Namun saat sampai dirumah sakit dan menuju ruang rawat yang irene kasih tau justru mereka disuguhkan jisoo yang kesakitan dengan taehyung yang berlinang air mata.

Saat ibu jisoo akan mendekati anaknya dokter datang dan menyuruh mereka keluar. Dan setelah dokter Shin menceritakan semuanya orang tua jisoo tak henti-hentinya menangis. Mereka menyesal karena tak mengetahui sejak awal. Dan lebih membuat mereka menyesal selama beberapa bulan ini mereka justru memusuhi sang anak.

Taehyung mengusap perut jisoo sambil menahan tangisannya. Setelah melihat betapa kesakitannya jisoo ketika kambuh dan menolak untuk diberi obat pereda sakit dari sana taehyung tau betapa jisoo sangat membutuhkannya. Betapa jisoo tersiksa dengan semua ini dan tak ada yang tau itu membuat taehyung ingin sekali mengulang waktu agar ia ada disaat-saat seperti ini.

Jisoo sesekali meringis kecil saat rasa sakit itu timbul. Setengah jam lebih jisoo harus melawan rasa sakitnya. Dan sekarang ia kelelahan dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Matanya tertutup tapi tidak tidur, dahinya sesekali mengerut saat rasa sakit itu datang. Jisoo sempat menolak taehyung untuk mengusap perutnya tapi dengan segala kegigihan taehyung, jisoo akhirnya membiarkan taehyung mengusap perut buncitnya.

"Aegi~ya ini appa" sapa taehyung sambil menidurkan kepalanya disamping perut buncit jisoo.

"Mianhae, Appa mungkin bukan appa yang baik untukmu tapi mulai sekarang appa akan berusaha untuk menjadi appa yang baik untukmu. Mianhae." taehyung mencium perut jisoo.

Nyaman rasanya, itu yang jisoo rasakan saat taehyung mulai berinteraksi dengan anak mereka.
Dan ajaibnya perutnya sudah tak sakit lagi. Jisoo membuka matanya menunduk melihat interaksi taehyung dengan bayi mereka. Seketika rasa kesal, benci, serta marah untuk taehyung lenyap dalam sekejap. Digantikan dengan rasa bahagia yang sejak dulu ia idamkan. Namun ia sadar bahwa umurnya tak lama lagi.

Jisoo memberanikan diri menyentuh rambut taehyung. Taehyung terkejut dengan perlakuan jisoo barusan tapi ia diam, ia merindukan hal seperti ini. Taehyung memeluk perut jisoo sesekali menciuminya.

"Tae" panggil jisoo dengan pelan.

"N-ne"

"Mari perbaiki semuanya agar aku tenang untuk meninggalkan kalian nantinya" kata jisoo.

Taehyung langsung mengangkat wajahnya dan menatap jisoo dengan dingin. "Jangan katakan itu lagi, kau akan sembuh"

"Hmm, aku akan sembuh dan tak akan merasakan sakit lagi" kata jisoo dengan tersenyum sendu.

Seketika taehyung merasa pasokan udara disekitarnya habis. Dadanya sangat sesak ia langsung menangis sambil memeluk perut jisoo.

"Mi-mianhae...hiks aku tidak b_bisa menjagamu hikss...."

Taehyung menangis dengan keras mengeluarkan sakit dihatinya. Ia benar-benar ingin memutar waktu agar ia bisa menyelamatkan istrinya.

Jisoo mengusap kepala taehyung. Ia juga menangis tapi tanpa suara. "Seberapa kejam pun dirimu memperlakukanku, nyatanya aku tak bisa benar-benar membencimu. Kau telah memenuhi seluruh hatiku. Aku tak menyesal telah menjadi istrimu. Saranghae"

Taehyung semakin histeris menangis mendengar ungkapan cinta yang baru saja didengarnya lagi setelah sekian lama. Ungkapan cinta yang terasa seperti terakhir kali baginya untuk didengar. Entah perasaannya atau karena terlalu tertekan ia merasa jisoo akan pergi malam ini juga.

Please! Don't GoWhere stories live. Discover now