PDG. 30

2.4K 266 36
                                    

Cieee yang kemarin pada nangis hahahaa padahal aku gak naruh bawang loh kekee

Plak

"Penghianat"

Dengan cepat Mino melindungi adiknya dari amukan Ny. Kim. Jennie nampak ketakutan ia menggenggam tangan mino dengan erat.

"Beraninya kau datang kesini setelah apa yang telah kau perbuat!!" Ny. Kim benar-benar sudah naik pitam.

"Ini salah saya juga Ny. Jangan memojokkannya." Mino buka suara karena merasa kasihan dengan adiknya.

"Jangan ikut campur, sudah jelas-jelas dia yang menghancurkan rumah tangga anak saya!!!" bentak Ny. Kim sambil nunjuk-nunjuk.

Sedangkan Ny. Jimhwa nampak kesal karena suaminya menahan dirinya untuk tidak ikut dalam perdebatan ini.

"Eommanim, tolong tahan emosimu. Untuk saat ini pikirkan kondisi jisoo" kata taehyung yang sudah pusing dengan ini semua.

"Benar kata taehyung, ada baiknya nanti kita bicarakan lagi" Tuan Jongjun membenarkan.

"Duduklah" Ayah Jisoo mendudukan Istrinya yang masih menatap jennie sengit.

Baru Ny. Jimhwa akan menghampiri Jennie namun tertahan oleh suaminya.

"Kau mau apa? Tenanglah kita di rumah sakit"

Ny. Jimhwa menyugar rambutnya karena frustasi lalu ia memilih duduk disamping besannya.

Ceklek

Atensi semua orang yang disana tertuju pada pintu yang baru terbuka. Taehyung bahkan langsung menghampiri Dokter Shin.

"Bagaimana dengan jisoo? Dia baik-baik saja kan?" tanya taehyung dengan Khawatir.

Raut wajah Dokter Shin yang lesu membuat mereka takut. Dokter menghela nafasnya.

"Maaf harus mengatakan ini...kondisinya semakin memburuk. Kalau tidak segera dioperasi dapat membahayakan bayinya juga." jelas Dokter Shin.

"Lakukan yang terbaik untuk anakku tolong!" Ibu Jisoo memohon sambil menangis.

"TIDAK!!" Cegah taehyung.

"Kau ingin membuat jisoo semakin menderita? Hah?" marah irene dengan menatap adiknya dengan aura permusuhan.

"LALU KALIAN INGIN MEMBUAT JISOO PERGI SESEGERA MUNGKIN SEPERTI ITU?!!" bentak taehyung dengan mata berkaca-kaca. Setelahnya ia berjongkok sambil meremas rambutnya, menangis hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

Mereka kembali tersadar akan fakta tersebut. Jika jisoo melakukan operasi tersebut maka mereka harus siap untuk kehilangan jisoo selamanya.

"Bicarakan ini dengan baik-baik, kalian sudah boleh menjenguknya, saya permisi" Dokter Shin pamit dari hadapan mereka dan menyisakan keheningan.

Irene memilih masuk untuk melihat kondisi adik iparnya. Dan diikuti oleh yang lainnya. Menyisakan taehyung yang masih berjongkok serta ayahnya. Tuan Jongjun menyentuh bahu anak bungsunya.

"Perbaiki semuanya sesegera mungkin agar kau tidak menyesal, nak" Tuan Jongjun memberikan tiga tepukan dibahu anaknya sebelum pergi.

"Jisoo~ya!!" Ny. Kim lari mendekati ranjang anaknya diikuti oleh suaminya.

Jisoo tersenyum dibalik masker oksigennya. Ny. Kim menangis meratapi nasib anaknya.

"Gwenchana, eomma" kata jisoo dengan lirih.

Ny. Kim menggeleng dengan linangan air mata. "Kau tidak baik-baik saja sooya hiks..."

Jisoo hanya tersenyum sambil mengusap tangan eommanya.

Bagaimana kondisi jisoo setelah tau jennie hamil? Kata irene dalam hati.

Taehyung memberanikan diri memasuki ruangan Jisoo. Hatinya semakin remuk saat melihat jisoo harus memakai masker oksigen.

"Sebegitu menderitanya dirimu sayang? Aku rela harus menukar posisi denganmu jika bisa."

Jisoo menatap Taehyung yang juga menatapnya. "Bisa tinggalkan kami berdua?" pinta Jisoo tanpa mengalihkan pandangannya.

"Tapi__" Ibu jisoo ingin menyela namun suaminya sudah menariknya keluar.

Setelah semua orang pergi menyisakan mereka berdua. Taehyung dengan perlahan mendekat dengan derai air mata.

"Kau menyesal?" tanya jisoo dengan nada dingin.

"Nee" taehyung menjawab dengan anggukan.

"Untuk apa menyesal bukankah ini yang kau inginkan selama ini"

"Tidak, aku tidak menginginkan semua ini sooya"Jawab Taehyung dengan menangis.

"Kau tau Tae...aku mulai memaafkanmu kemarin tapi untuk hari ini dan seterusnya aku tidak yakin bisa memaafkanmu kembali"

Jisoo membuka masker oksigennya taehyung menahannya tapi Jisoo tepis. Jisoo berusaha untuk duduk namun ia kesulitan.

"Aku bantu ya" kata Taehyung yang langsung membantu jisoo duduk.

Taehyung duduk disamping jisoo sambil menatap jisoo yang terus saja memalingkan wajahnya.

"Aku harus bagaimana sooya?" ujar taehyung dengan pelan. "Hiduplah lebih lama lagi, aku belum menebus dosaku padamu. Tak apa jika kita tak bersama lagi asalkan kau harus hidup baik-baik saja dan bahagia. Aku ikhlas meski sakit" kata Taehyung dengan terisak dan menggenggam tangan jisoo.

Jisoo tak bisa bohong bahwa ia juga sakit melihat taehyung yang seperti ini. Ia juga menangis, dengan perlahan jisoo membalas genggaman tangan taehyung. Sekali lagi ia tak bisa membohongi perasaannya. Taehyung nampak terkejut namun tak lama senyumnya tercetak jelas diwajahnya. Taehyung semakin erat menggenggam tangan jisoo.

"Tae..." panggil jisoo dengan suara bergetar.

Taehyung mendongak menatap jisoo.

"Hiduplah bahagia meski tak ada aku disisimu" kata Jisoo.

Taehyung menggeleng keras, ia menunduk menyatukan genggaman tangan mereka pada keningnya. Tangis taehyung semakin keras.

"Bagaimana caranya aku bahagia jika itu bukan denganmu?"

"Kau bisa jika kau berusaha"

"Sampai kapan pun aku tak akan bahagia jika bukan bersamamu jangan paksa aku kumohon..."

Pada akhirnya mereka saling menangis untuk rasa sakit yang mereka ciptakan.

Jangan pada nangis ya😂😂

Please! Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang