PDG. 24

2.6K 277 23
                                    

    Rasanya sangat lama ia tidak menginjakkan kakinya kerumah orang tuanya. 2 tahun mungkin, semenjak putus cintanya dulu. Ia memilih pergi untuk merenungkan kesalahannya. Tak ada lagi wajah cerianya hanya wajah dingin sekarang. Seorang wanita paruh baya menghampirinya dengan wajah bahagia.

"Mino-ya kau kah itu nak"

Mino hanya bergumam dan memeluk eommanya.

"Akhirnya kau pulang nak, eomma merindukanmu" isak wanita paruh baya itu.

"Mianhae." ucapnya dengan pelan.

"Tak apa yang penting sekarang kau sudah pulang eomma bahagia nak"

"Jennie mana?" tanya mino.

"Ah~adikmu ada dikamarnya temui dia, jennie sangat merindukanmu" mino mengangguk lalu ia menuju kamar adiknya.

Tok~tok~tok

"Masuk"

Mino membuka pintu kamar adiknya hal pertama yang ia lihat jennie sedang menyandarkan tubuhnya pada jendela. Jennie terkejut mendapati sang kakak pulang.

"Oppa!!" jennie berlari dan langsung menubrukkan dirinya pada sang kakak. Memeluknya dengan erat.

"Miss you"

Mino membalas pelukan sang adik tak kalah erat. Ia mengusap rambut adiknya. Adik kecilnya sudah dewasa.

"Oppa kenapa baru pulang sekarang?" tanya jennie.

Mino menegang mendapat pertanyaan sang adik. Ia memalingkan wajahnya agar jennie tidak menyadari bahwa ia sedang gugup.

"Hanya ingin" jawabnya singkat.

Jennie membenci jawaban singkat, dulu kakaknya tidak seperti ini. Gara-gara jisoo kakaknya jadi berubah.

Jisoo sialan kau telah merebut kebehagiaan oppaku.

Irene kembali mendatangi hotel tempat dulu pernah mereka sewa. Kini ia membawa kekuasaannya yang akan membuat pemilik hotel terancam. Irene harus menginap dihotel tersebut untuk melancarkan aksinya. Malam tiba dimana pemilik hotel akan datang jika malam hari.

Irene menghampiri pemilik hotel yang akan pulang. "Permisi apa benar anda pemilik hotel ini?" tanya irene basa basi.

"Ya saya sendiri ada perlu apa?" tanyanya.

"Sebelumnya perkenalkan saya Kim Irene, saya ada perlu sebentar dengan anda. Apa bisa?"

"Bisa. Mari kita bicarakan didalam"

"Maaf bagaimana kalau dicafé depan jika anda tidak keberatan." pinta irene.

"Baiklah"

Jisoo merasa jenuh tak ada yang menemaninya. Jisoo meminta irene untuk tidak memberi tau siapa pun tentang keadaannya. Jika pun irene memberi tau mereka apa mereka akan sudi untuk menjenguknya? Jisoo menggeleng dengan senyum kecut.

"Jangan berekspertasi terlalu tinggi jisoo, hidupmu hanya tinggal hitungan bulan" katanya pada diri sendiri.

Seketika jisoo merindukan jisung apa kabarnya?

"Jisung~ah kau sedang apa sekarang? Kau pasti sedang main game kan?" jisoo berbicara sendiri.

"Eomma harap kau mengurangi bermian game mu bahkan kau selalu tidur kemalaman" lagi jisoo berbicara sendiri.

Satu kata yang mendeskripsikan ruangan ini, berantakan sangat bahkan. Semua barang yang dulu tertata rapi kini tak terbentuk. Marah,kesal dan juga rindu menjadi satu. Jisung tak tau lagi harus mencari ibunya kemana. Ia merindukan ibunya...juga adiknya. Ia marah karena kesalahan ayahnya ia harus mendapat dampaknya. Jisung juga mendengar pertengkaran immo serta ayahnya dan ia senang disaat ayahnya tau bahwa ibunya tak baik-baik saja.

"Eomma kau dimana? Jisung merindukanmu" Jisung menangis sambil memeluk kedua kakinya.

Sorot matanya menunjukan kemarahan. Kedua tangannya mengepal dengan erat. Tak ada ampun baginya untuk orang yang telah mengusik keluarganya. Irene telah berhasil membuktikan bahwa jisoo tidak bersalah. Setelah perdebatan yang alot dan beberapa ancaman yang irene lontarkan pada pemilik hotel tempat dimana dulu ulang tahun eomma dilaksanakan. Akhirnya membuahkan hasil pemilik hotel tersebut mengakui bahwa ia diancam juga.

"Maafkan saya, Jennie sahabatku aku tak tega melihatnya memohon sambil berlutut padaku. Jadi kami merencenakan semuanya dengan bantuan beberapa pegawai saya" jelas Kim Jongin, pemilik hotel.

"Kau tau bukan keluargaku bukan keluarga sembarang. Meski kami tidak begitu berpengaruh dinegeri ini tapi aku mampu untuk membuatmu bangkrut dalam sekejap." kata irene dengan suara dinginnya.

"Saya minta maaf tolong jangan lakukan itu" mohon Jongin dengan sangat.

"Lalu dimana lelaki itu?" tanya irene.

"Entahlah dia pergi setelah mendapat imbalan dari jennie dan aku tak mendengar lagi kabarnya" jawab jongin.

Irene mengambil ponselnya yang berada diatas meja dengan posisi terbalik.

"Aku merekam semua pembicaraan kita. Jadi jangan bela dirimu lagi. Aku memaafkanmu, tapi berikan aku alamat rumah jennie"

Jongin hanya mampu mengangguk dengan patuh ia tak ingin nasibnya menjadi buruk

"Baik saya akan berikan"

Setelah mendapat alamat rumah jennie, irene pergi.

Jongin membuang napas lega.
"Sialan kau jennie!!" umpatnya.

Yang CH kemarin pada nangis sorry gue gak taruh bawang kok😂😂

Please! Don't GoWhere stories live. Discover now