44

123 12 0
                                    

Saka menatap sekeliling. Semua orang sudah masuk ke dalam tenda tinggal dirinya, Jeni, Key, Eza, Ani, Danis, dan Klaudi yang masih berada di sekitar api unggun. Mereka sudah merencanakan akan mencari Gikina setelah semua orang tertidur. Bagaimana caranya? Mereka menggunakan ponsel ditengah-tengah acara.

"Kayaknya udah masuk semua." Ucap Ani menatap sekitar.

"Gue gak mau ikut, bye."

"Klaudi."

Klaudi yang sudah berjalan beberapa langkah berhenti saat mendengar Saka memanggilnya. Dengan senang Klaudi berbalik.

"Ya?"

"Bantu gue."

"Bantuin apaan?"

"Lo harus di samping gue."

Disamping? Klaudi menahan senyumnya saat mendengar Saka ingin ia berada disampingnya. Dengan langkah perlahan Klaudi mendekati Saka lalu duduk disamping Saka.

"Boleh." Lirih Klaudi dengan senyum yang mengembang.

Saka berdiri lalu menatap yang lainnya, "ayo kita berangkat sekarang."

"Yok!" Jawab yang lain serentak.

•°•

Gikina menatap sekitar. Ia dibawa oleh anak buah Adyan ke sebuah ruangan berwarna putih yang hanya terdapat satu kursi di pojok ruangan. Dengan kasar anak buah Adyan yang bernama Argan mendudukkan Gikina kasar diatas kursi.

"Pegangi dia jangan sampai lepas." Perintahnya tegas.

Argan berjalan ke sudut ruangan lalu mengambil sebuah rantai yang diujungnya terdapat sebuah lingkaran. Ia memasang rantai itu di kaki kiri Gikina.

"Kenapa di rantai? Gikina kan bukan hewan." Heran Gikina.

Argan mendekatkan wajahnya, "ya hewannya itu kamu."

"Gikina bukan hewan."

"Diam disini, Tuan Adyan mau mengajakmu berkeliling tapi kau tidak tau diri jadinya kami terpaksa mengurungmu agar keinginan Tuan Adyan tercapai." Jelas Argan lalu menatap yang lainnya tajam. "Balik kerja lagi." Setelah itu ruangan kosong hanya diisi seseorang tanpa ada yang menemaninya.

Gikina menatap kaki kirinya yang dirantai lalu tatapannya beralih ke arah pintu yang terbuka lebar. Terlihat mudah, hanya dengan memutuskan rantai dikakinya ia bisa pergi tanpa perlu mendobrak pintu. Tapi ... Gikina tidak bisa memikirkan sampai kesana pikirannya saat ini sedang kalut, banyak berbagai macam kemungkinan yang menyeramkan terus melewati otaknya. Yang terpikirkan saat ini berharap ada orang yang menolongnya disaat otak ini sedang kalut.

•°•

"Sejak kapan ada pohon besar di tanaman lain?"

"Ah lu jangan bikin gue takut dong."

"Mending balik deh! Kalo gak mau ikut bilang aja biar gak ngerepotin yang lain!"

"Gue bukan pecundang ya. Jangan samain gue sama pecundang."

"Makanya jangan di belakang gue mulu! Keluar dong, laki bukan?!"

"Ya laki lah masa bencong!"

Eza dan Jeni terus saja beradu mulut sejak masuk kedalam hutan. Membuat yang lain merasa terganggu dan tidak fokus. Apalagi sekarang sudah malam penerangan dari ponsel tak membuat mereka dapat melihat jalanan dan berbagai benda didepan mereka.

"Oh? Ada bangunan." Ani mengarahkan ponselnya ke arah sebuah ujung bangunan yang terlihat dibalik pohon besar.

"Jangan kesana Saka gue takut." Ucap Klaudi mengeratkan pelukannya pada lengan Saka yang ia pegang sejak masuk ke dalam hutan. Jeni yang mendengarnya hanya memutar bola matanya jengah. "Gue yakin itu bangunan tua, pasti serem."

Geekyna (END)Where stories live. Discover now