3. Bantuin kek

2.7K 455 67
                                    

"kamu bilang apa?" tiba-tiba naoya menangkup kedua pipiku dengan kasar dan menatapku tajam. cengkaramannya begitu kasar membuat pipiku berkedut sakit.

"lepwhass!" naoya melepaskan pipiku. aku mengusap pipiku pelan,dan menatap naoya tajam. tanganku bergerak menarik pergelangan tangan naoya, membuatnya menatapku kebingungan. aku menarik naoya dan membawanya ke dapur tepat di depan bahan-bahan yang sudah kusiapkan.

"ngapain?" tanya naoya bingung. 

"aku ga bisa masak jadi kamu yang bantu masak oke!" 

"kamu pikir aku bisa masak? lagian memasak tugas perempuan"

"heh!! memasak itu tidak memandang gender! kalau misalnya istrimu mati duluan, dan kamu tidak bisa memasak siapa yang akan memasakkanmu?" aku mencondongkan pisau di hadapan naoya, membuat dia sedikit terkejut.

"beli di luar lah" 

"kalau jatuh miskin, dan tidak bisa membeli diluar?"

"kalau udah jatuh miskin juga ga bisa beli bahan makanan."

"jadi? kamu ingin menunggu ajal begitu saja?"

"aku juga ga mungkin jatuh miskin"

"heh, siapa tau. ada hal yang tidak terduga terjadi di hidup ini" 

"cerewet" gumam naoya.

---

aku mendengus kesal dan memilih memotong sayur-sayuran di hadapanku untuk dibuat sup. sementara ini adalah pertama kalinya naoya memasak, atau mungkin pertama kalinya naoya bersentuhan dengan dapur. biasanya dia hanya menunggu makanan dari pelayan keluarga zenin.

"aku harus apa?" tanya naoya bingung.

"oh iya.. campur tepung, telur 2, sama air sedikit. terus rendam ayamnya disana, habis itu masukin rendaman ayam itu ke tepung panir. ulangin 2x" ucapku tanpa melihat naoya. aku masih sibuk memasukkan sayur-sayuran tersebut ke dalam panci.

"kamu memerintahku?" tanya naoya kesal. aku berbalik menatap naoya dengan tatapan takkalah kesal.

"heh! yang nanya harus apa, kan kamu. kok kamu yang julid sih" ucapku kesal sambil menunjuk-nunjuk naoya dengan pisau. naoya mendesis kesal, dan mulai melakukan perintahku. tapi dia bingung apa perbedaan tepung dan tepung panir. dengan asal naoya memasukkan tepung yang dia anggap tepung berwarna putih, tanpa menanyakannya padaku. untung saja benar.

"bagaimana cara memecahkan telur?" tanya naoya bingung. 

"fft-" aku berusaha menahan tawaku. 

"cih" naoya mendecih pelan, dan memecahkan telur itu dengan caranya sendiri. *crack* telur itu pecah di atas meja dapur, karena naoya membenturkannya terlalu keras. 

"bwahahaahahaha," aku tertawa lepas melihat naoya yang menahan kesal, karena telur yang dia benturkan offside. naoya menatapmu dengan tatapan kesal, bercampur marah karena aku menertawakan dia. ingin sekali naoya melemparkan telur itu ke wajahku.

"pecahinnya jangan pake emosi lah" aku menunjukan cara yang benar dalam memecahkan telur tersebut. naoya hanya manggut-manggut, lalu mencoba memecahkan telur lagi, tapi kali ini telur itu meninggalkan cangkang di adonan yang dia buat. naoya kembali emosi, tapi dengan segera aku mengambil cangkak itu.

"memecahkan telur juga butuh latihan, jadi jangan meremehkan dia yang memasak untukmu!" aku kembali sibuk dengan sup yang sudah hampir mendidih. aku memasukkan garam, gula, dan micin sedikit demi sedikit. lebih baik terasa hambar dari pada keasinan.

---

"masukan saja ayamnya ke minyak panas itu-" ucapku sedikit kesal karena sedari tadi naoya hanya menatap genangan minyak di atas penggorengan. naoya menatapku dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

"kalau dimasukkin minyaknya bakal nyiprat?"

"iya sedikit, cepetan masukin!" ucapku geram.

"kena ciprat minyak sakit gak?" 

"heee.. naoya-san takut? pfft-" aku terkekeh pelan, melihat naoya yang kesal karena perkataan meremehkan dariku. decihan kesal terdengar dari bibir naoya. 

"gak!" naoya memasukkan ayam itu ke dalam genangan minyak itu, dan seketika minyak tersebut mencuat keluar. aku segera menutupnya dengan tutupan panci. 

"jangan lupa kamu balik-" ucapku sambil tersenyum meremehkan. aku berbalik sambil membawa piring berisi chicken katsu yang sudah ku goreng duluan tadi. meninggalkan naoya, yang sepertinya begitu kesulitan. 

"gadis kurang ajar-" helaan nafas kasar keluar dari bibir naoya. naoya mengusap pelan tengkuknya, karena dia tidak tau harus bagaimana sekarang.



To be Continued
Jangan lupa vote

Between Love and Hate (Naoya Zenin x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang