10. g

2.4K 389 9
                                    

naoya berjalan mendekatiku, saat dia semakin mendekat refleks aku ikut mundur. aku menghela nafas kasar, aku mengepalkan tanganku, menguatkan diriku sendiri.

"jaga jarak dariku!" ucapku ketus. aku mengusap tengkukku, naoya menyadari gerak gerikku yang aneh. bukannya menjauh naoya semakin mendekatiku.

"ha? kenapa aku harus menjauhimu?" naoya menyentuh pipiku perlahan. tubuhku membeku seketika, naoya mengibas pelan rambutku. tangannya mentuh leherku, seringaian kecil muncul dari bibirnya.

"kamu takut padaku karena ini?" tanya naoya dengan nada meremehkan. aku berdecih kesal.

"brengsek!"

"he.. kamu tidak pernah mendapatkannya?"

"g"

"gadis polos rupanya-" naoya mengacak kasar rambutku, membuatku berdecih pelan.

"aku bukan gadis polos!!" ucapku kesal, netraku menatap tajam kearah naoya.

"terserah~"
"jika kamu tidak menyukainya, aku tidak akan melakukannya lagi. untuk beberapa saat ini" naoya menarik pergelangan tanganku, membuatku berjalan mengikutinya.

"ngapain?"

"lanjutin tidur lah, kamu terlalu cepat bangun!" naoya mendorongku dengan kasar ke atas kasur.

"itta-" tiba-tiba naoya memeluk tubuhku dengan erat, dan menjadikanku gulingnya. lalu dengan cepat dia tertidur lagi.

---



katanya waktu akan berjalan semakin lambat ketika kita bersama dengan orang yang kita benci. benar 100% benar!

sudah sebulan berlalu, sejak pertemuan pertamaku dengan naoya. dia semakin bertambah menyebalkan, dan semakin sering membuatku naik pitam.

"naoya-san!!!!" teriakku di tengah lapangan hijau di taman kampus. naoya bergerak begitu cepat, dan terlihat seperti teleportasi dari pada bergerak. helaan nafas kasar keluar dari mulutku. aku terduduk lesu di bawah pohon, melihat naoya yang memakan bekalku dari jauh.

ketika sudah selesai makan, naoya menghampiriku lagi. aku memalingkan wajahku darinya, dan memilih sibuk dengan tugas kuliahku. naoya terus-terusan menyerukan namaku, tapi aku tidak peduli.

"jangan sekali-kali mengabaikanku!" naoya mencengkram rahangku, membuatku terpaksa menatapnya.

"cih!! jangan sekali-kali merebut bekalku!" ucapku kesal. naoya tersenyum kecil, dan melepaskan cengkramamnya.

"aku cuman makan setengah, lain kali buatkan buat aku juga"

"dih minta buatin, buat sendiri napa"

"masak kan tugas peremp-"

"matamu. kalau ga mau buat sendiri, gausah makan! huh!" aku membuka kotak bekalku dan memakan nasi goreng yang tersisa setengah disana.

"kalau ga mau buat sendiri yang minta buat orang lain lah-"

"dasar anak manja!"

"apa kamu bilang?"

"emosi kan, pasti karena sadar kalau dirinya anak manja" aku menutup kembali  kotak bekal yang sudah ku habiskan dengan cepat. aku meraih botol minum dan meminum dalam diam. naoya menatapku dengan tatapan kesal.

"apa liat-liat?!"

*brukk*

aku memejamkan mataku, karena terkejut saat tubuhku didorong oleh naoya. aku tidak merasakan rasa sakit apapun, saat membuka mata. aku melihat naoya yang wajahnya begitu dekat denganku, dan posisinya yang menidihku.

"n-naoya minggir!" aku menyadari bahwa aku dan naoya sedang menjadi pusat perhatian.

"panggil, naoya-sama"

"g"

"aku cukup menyukai posisi ini"

"ggg, cih.. naoya-sama udah ya!" ucapku dengan cepat. wajahku memerah padam, naoya menyeringai kecil. lalu dia merubah posisinya agar tidak terlihat ambigu.

"fft-" naoya terkekeh pelan melihat wajahku yang memerah. aku sedikit tertegun, ini pertama kalinya naoya tersenyum. yang pasti bukan senyuman meremhkan yang membuatku emosi.

"rasanya aneh mendengar perkataan sopan dari mulutmu!"




To be Continued
Jangan lupa vote

Between Love and Hate (Naoya Zenin x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang