4. Itadakimazz~

2.5K 448 47
                                    

naoya berjalan mendekatiku di meja makan, sambil membawa chicken katsunya yang sudah gosong disatu sisi. aku tertawa kencang melihat raut wajah naoya, yang mirip dengan kucing kecebur got. menyedihkan. naoya menatapku  kesal, lalu mengambil duduk di hadapanku

"lain kali jangan mengajakku melakukan perkerjaan perempuan, cih" ucap naoya kesal.

"sudah aku bilang memasak itu tidak memandang gender!" 

"cihh, tetap saja memasak tugasnya perempuan"

"mana ada, dih!" 

aku menukarkan chicken katsu milikku dengan chicken katsu gosong milik naoya. naoya menatapku bingung.

"aku hanya menggantikanmu kali ini" ucapku sambil tersenyum tipis.

"memang seharusnya." 

ucapan naoya membuatku jadi kesal. padahal aku merasa sudah berbaik hati menukarkan makananku dengannya. padahal makanan gosong seperti itu sudah lagi tidak layak untuk  di makan. karena kesal secara tidak sengaja aku berdiri dan meninggalkan naoya di meja makan. sendirian.

secara tidak sadar aku ber-ekspentasi bahwa lelaki di hadapanku tadi bisa bersikap lebih baik dan menghormati perempuan. tapi ekspentasi itu lah yang menghancurkanku, aku menghela nafas kasar. aku membuka pintu yang menghubungkan balkon dengan kamarku. netra coklat dibalik frame kacamata, milikku menatap bulan yang terlihat bersinar terang malam ini. 

aku merasakan suara derapan langkah, dan saat aku berbalik untuk mencari tau. naoya sudah berdiri di hadapanku dengan jarak yang sangat dekat. kedua tangan naoya mengunci pergerakanku di sudut balkon yang hanya sebatas perutku. nafasku terasa tercekat, saat netra coklat tua milik naoya menatapku tajam. 

"a-apa?" tanyaku gugup. aku memalingkan wajahku dan secara tidak sengaja netraku melihat ke arah bawah, membuat hamparan kota terlihat dari balkon lantai 40. mataku membulat, dan aku takut dengan ketinggian.

seringaian kecil terulas dari bibir naoya. tangan naoya bergerak, untuk menyampirkan rambutku ke belakang telinga. naoya melakukan itu dengan perlahan, membuat kulitku yang terlampau sensitif jadi merasa sedikit geli. naoya mendekatkan wajahnya pada telingaku, dan mulai berbisik.

"takut?" satu kata yang penuh dengan nada meremehkan. membuatku mendorong dada lelaki itu dengan kasar. tapi naoya tidak bergerak sedikit pun, hingga dia menarik tubuhnya sendiri dariku.

"aku tidak bisa makan sendirian-" ucap naoya. naoya berbalik dan langsung menarik tanganku dengan kasar, aku berdecih pelan. dan mengikuti langkah panjang naoya dari belakang.

---

naoya membagi chicken katsu itu menjadi 2 bagian. sebagian yang gosong untuknya dan sebagian sisanya untukku.

"ittadakimasu-" ucap naoya.

"mmh.. selamat makan" kita berdua makan dalam keheningan, tidak ada perdebatan ataupun percakapan.

---

aku menyodorkan piring kosongku ke depan naoya, membuat naoya bingung. dengan santainya, naoya meletakkan piringnya di atas piringku. aku mendengus kesal, lalu meletakkan semua piring itu di bak cucian.

"gak dicuci?"

"besok"

"jangan menunda pekerjaan, cepat cuci. aku bantu"

"beneran dibantu?!"

"iya aku bantu liatin, cuci piring kan tugasnya pelayan."

"oo asu, aku bukan pelayan kamu!" ucapku kesal.

"heh! jaga omongannya"

"apa amnjic?! gasuka?"

"berhenti ngomong kasar atau cium?"

"cium tembok sana, amnjic, mesum!?"

"maksudnya kamu yang cium tanah-" tiba-tiba naoya sudah berdiri di belakangku dan dengan bang*pipp* nya dia menjegal kakiku. hingga wajahku benar-benar mencium tanah,


To be Continued
Jangan lupa vote

Between Love and Hate (Naoya Zenin x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang