14. Membuat Rencana

389 68 42
                                    

"Jadi, apa yang bisa gue bantu? "

Eren merasa senang mendengar penuturan sahabatnya itu. Tapi sebenarnya, sudah bisa dipastikan kalau Armin pada akhirnya akan membantu Eren. Laki-laki berzodiak scorpio itu tetap akan membantu Eren meskipun tidak diminta.

Jadi, tanpa basa-basi lagi, Eren mengutarakan tujuannya. "Gue pengin lo bantuin gue buat menjatuhkan Kak Rivaille! "

"Jatuh... apa? Kak Rivaille? Itu, mah, gampang banget, Eren! "

Sepasang mata bulat Eren langsung berbinar senang. "Beneran? Gimana caranya? "

"Yaelah, Eren. Kalau cuma kayak begini doang, mah, lo nggak perlu minta tolong ke gue. "

"Tapi gue nggak tahu gimana caranya. "

"Lo pengin jatuhin Kak Rivaille? Gampang banget! Lo cukup jalan aja di belakangnya pelan-pelan, terus lo dorong punggungnya kuat-kuat! Nah, dia bakalan jatoh, deh! "

Binar di mata Eren berubah membelalak tak percaya.

"Tapi, lo jangan sampai ketahuan pas mendep-mendep di belakangnya. Karena kalau sampai ketahuan, Kak Rivaille bakalan langsung ngelak pastinya. Bisa-bisa malah lo yang bakal jatuh karena gagal ngedorong dia. "

Eren masih menatap tak percaya pada Armin yang kini sudah tergelak karena humor recehnya.

Iya, receh sekali.

Sangat bukan Armin Arlert sekali....

"Armin... Lo itu dolar! Guyonan semacam itu, tuh, nggak cocok buat orang-orang seperti lo! " Eren menghela napas jengah. "Jadi Armin yang serius kayak biasanya aja, deh. "

"Hahaha... Maaf maaf... Gue cuma nyoba-nyoba... " Armin menyeka ujung matanya yg berair. "Annie bilang, gue terlalu serius untuk seorang yang jenius. Gue juga terlalu kaku untuk seorang kutu buku. Jadi, dia sempat nyaranin ke gue buat belajar sedikit tentang humor-humor masa kini. Dan... Gue minta, lah, Connie buat jadi tutor gue. Hasilnya, ya... Yang kayak gitu tadi... " Dia memberikan cengiran khasnya sebagai penutup.

Mendengar ada nama baru yang keluar dari mulut seorang Armin, Eren mengernyitkan dahinya bingung. "Annie? Kenapa lo harus nurutin apa kata Annie? Ada hubungan apa juga antara lo sama dia? " tanya Eren seduktif.

"Cuma sebatas temen klub membaca aja, kok. Nggak lebih. " Armin tersenyum lagi. "Lagian, gue cuma mau menghargai sarannya aja. Gue juga tahu, kok, kalau karakter gue nggak cocok sama humor-humor semacam itu. "

Eren mengangguk setuju. "Iya. Kesan humornya malah jadi dark gitu. Kan, aneh. "

"Hehe... iya... "

"Yaudah, sekarang kita lanjut lagi pembahasan kita. Jadi, gimana caranya supaya gue bisa menjatuhkan orang itu? Jatuh disini udah pasti lo tahu, kan? "

Armin terkekeh lagi lalu mengangguk. "Iya, gue ngerti, kok, Ren. Intinya, lo nggak suka sama Kak Rivaille yang mendadak populer di sekolah ini, kan? Lo nggak suka title cowok populer lo direbut orang dan... yang paling parah, para fans lo juga bakalan direbut nantinya? "

"Iya! Gue nggak mau hal itu sampai terjadi! "

"Kenapa harus segitunya banget, sih, Ren? Terlalu mengagungkan ketenaran? " tanya Armin lagi.

Eren menatap lekat di kedua mata Armin. "Ini bukan masalah terlalu lebay atau apapun yang lo pikirin, Armin. Ini tentang perjuangan! Lo bayangin aja, deh; gue udah setahun lebih sekolah disini, dan ada banyak pengorbanan yang gue lakuin buat bisa jadi seterkenal sekarang! Dari ekskul basket, beladiri, aksi heroik yang lo bilang tadi, kemampuan gue nyanyi di band sekolah, semua itu butuh perjuangan, Armin! Dan mendapatkan perhatian dari orang-orang udah gue anggap cukup sebagai imbalannya. "

My (Handsome) Girlfriend [EreRi Fanfiction]Where stories live. Discover now