Biarkan Jari Bicara

• Syafira

Makin hari orang-orang makin sibuk dengan dirinya sendiri. Sampai-sampai mereka lupa kalau manusia itu mahluk sosial. Hingga mereka yang ingin diperhatikan melakukan segala cara. Yang bisa membuat diri mereka dianggap ada. Bukannya mendapat perhatian, cara tersebut malam membuat orang lain membullynya. Seperti gadis yang satu ini. Nia namanya. Dia anak broken home, keluarganya berantakan. Dia kirang perhatian. Hingga dia selalu mencurahkan isi hatinya melalui media sosial yang dia punya. Hanya satu tujuannya, ingin diperhatikan.

Banyak tipe orang agar mereka dapat mendapat perhatian dari orang lain. Seperti menunjukkan prestasinya, bahkan ada yang menunjukkan kesalahannya.
Namun bagaimana bila ada orang yang haus akan perhatian? Seperti Nia, kegiatan yang Nia lakukan, apa-apa selalu Nia posthing untuk mendapatkan perhatian. Bahkan aib sendiri pun dia posthing untuk mendapatkan simpati mereka. Bukannya akan mendapat pujian, tapi dia malah akan mendapan gunjingan. Miris sebenarnya.

Namun apa daya? Dia ingin di perhatikan. Iya diperhatikan, namun setelah ada orang yang memperhatikannya, dia seakan tidak cukup. Dia seolah-olah ingin satu dunia memperhatikannya.

Dia seperti awan kelabu yang akan menurunkan hujan, yang awalnya hanya awan yang berwarna kelabu tidak diperhatikkan, namun lama kelamaan akan ada air yang tumpah. Sehingga orang yang tadinya tak melihat dia, jadi melihatnya. Dia seperti selalu ingin di nomer satu kan oleh orang lain. Dia ingin selalu mendapat dukungan orang lain. Tapi dia tidak berpikir, kalau orang lain malah menganggap dia lebay atau kekurangan perhatian.

Pujian, dukungan, ingin dilihat. Sepertinya hanya itu yang mereka pikirkan. Biasanya orang yang seperti itu adalah orang yang kurang mendapatkan kasih sayang orangtuanya. Seperti Nia saat ini.

Sebenarnya boleh saja ingin diperhatikan, namun kita juga harus tau. Bahwa semua hal tidak bisa kita ceritakan atau kita publikasikan. Kita juga harus punya privasi.