Kalina

1.5K 188 18
                                    

Aku dan kakakku bisa dibilang tidak seberuntung yang lain. Kedua orang tua kami meninggal saat aku dan Kak Faris masih membutuhkan perhatian mereka. Hidup berdua dengan Faris, membuat aku sangat takut kehilangannya lagi. Kemanapun dia aku harus ikut. Dan dari sanalah aku mulai berkenalan dengan Kafka, Gerry, Eza, Tobby dan Gita.

Sejak awal mengenalnya, aku mulai jatuh hati pada Kafka. Dan ternyata ia juga membalas perasaanku. Bersama Kafka aku melewati banyak hal. Teman-teman Faris sangat menyenangkan. Selain itu mereka juga sangat perhatian padaku. Lalu memasuki masa SMU perhatian Kak Faris mulai berubah. Sejak ia mengenal Gita. Dilain sisi Kafka tumbuh menjadi pemuda yang tampan, membuat banyak gadis seusia kami mulai meliriknya. Sering kali aku mendapatinya bersenda gurau dengan teman wanita disekolah kami. Sikap Kafka yang ramah membuat orang-orang senang berada disekitarnya. Kami memang tidak sekelas. Tapi, semua orang tahu aku pacar Kafka.

Sikap Kafka menurutku terlalu berlebihan. Kuanggap dia suka tebar pesona ke sana sini dan dibantah olehnya. Ia berkata hanya mencoba bersikap ramah. Kadang kami bertengkar hanya karena menemukannya di dalam kelasnya berdua dengan rekannya. Entah apa yang mereka lakukan, kadang Kafka tidak menyadariku ada. Dia terlalu asyik dengan obrolannya.

Lalu suatu ketika aku menemukannya bersama Gita. Tidak ada yang salah sebenarnya. Mereka diperpustakaan tengah mengerjakan tugas. Tapi, itu mengangguku. Entah apa yang Kafka katakan, hingga Gita terlihat tersipu malu. Fikiranku mulai berkelana. Terlebih Gita adalah pacar Faris.

Kafka sering membatalkan janjinya dengan dalih dia ada tugas bersama yang lain. Alih-alih membiarkannya pergi, aku memilih ikut. Toh ada Eza, Gerry dan Tobby juga Faris. Mereka semua sekelas plus Gita kecuali aku yang berbeda.

Hari itu Mereka mengerjakan tugas di rumah Eza. Aku yang bukan teman sekelasnya memilih menghabiskan waktu dengan menonton. Walau sesekali aku melirik mereka yang tengah asyik mengerjakan tugas. Tapi, saat mataku tidak menemukan Kafka dan ada seorang gadis yang juga teman kelasnya tidak ada di sana, aku mulai merasa cemas. Aku bergerak mencarinya, dan menemukan mereka di dapur. Gadis itu tertawa, entah apa yang Kafka katakan sampai membuatnya tertawa sumringah. Aku yang tidak menyukai pemandangan ini spontan melangkah mendekat dan menariknya menjauh dari Kafka. Reaksi Kafka tentu saja terkejut. Tapi, dia tidak mengatakan apapun.

Lalu sejak kejadian itu Kafka menghindariku. Sering kali aku mengajaknya pergi tapi dia memiliki banyak alasan. Aku bahkan selalu meminta kak Faris agar membawaku pergi kemanapun karena kutahu ada Kafka di sana dan juga Gita. Kafka sering sekali melarangku ikut, hingga membuatku marah. Dia melarangku ikut dan mengatakan ini acara laki-laki. Aku marah padanya. Bagaimana bisa ia melarangku sementara Gita bisa ikut.

Kami sering bertengkar. Kafka menudingku terlalu mengaturnya dan cemburuan parah. Aku tidak terima tuduhannya. Tapi aku mencoba berkompromi, mungkin benar aku terlalu berlebihan.

Hari itu hari sabtu, aku mengajak Kafka keluar nanti malam. Maklum kami sudah lama bersama. Kafka mengatakan tidak bisa, dia ada urusan. Karena bosan di rumah kuajak Eza menemaniku ke mall. Dan di sana aku melihatnya bersama gadis itu, yang kuketahui namanya Nita. Gadis yang tempo hari kudorong di rumah Eza.

Emosi tak tertahan, kuhampiri mereka dan kutampar pipi gadis itu. Aku menangis didepan Kafka. Dia bahkan mencoba menjelaskannya namun tangannya kutepis. Dan berlari menjauh.

Keesokan harinya Kafka menghampiriku mencoba menjelaskan. Kalau dia dan Nita tidak ada hubungan apa-apa. Nita memintanya untuk membantunya mencari buku yang dia butuhkan untuk persiapan ujian nanti. Hanya itu. Saat kutanya kenapa bohong, dan tidak meminta izin padaku, Kafka berkata dia takut reaksiku begini. Kejadian itu membuatku kesal dan marah sekaligus. Aku memintanya menjauh dari Nita dan gadis lainnya. Awalnya Kafka menurut. Karena aku tidak percaya ada pertemanan antara pria dan wanita. Tapi, seiring waktu dia merasa kukekang. Kami kembali sering bertengkar.

Cinta Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang