part 27

4K 422 97
                                    

Dulu kufikir bersamanya kembali walau niat awal ingin mengacaukan hidupnya nyatanya tdiak berjalan sebagaimana mestinya. Bukan hanya Kafka yang kacau di sini, aku juga bahkan mungkin Kalina.

"Siang tadi aku bertemu Kalina?" ucapku, pada Kafka yang tengah berbaring disampingku. Usai percintaan kami. Ya, malam ini dia di sini bersamaku.

Kafka diam, tangannya bergerak menarikku ke dalam pelukannya. Mengecup keningku lama, lalu perlahan melepaskannya.

"Kamu tidak ingin tahu apa yang Kalina katakan padaku?" Tadinya aku penasaran reaksinya. Kufikir dia akan mencercaku dengan banyak pertanyaan. Nyatanya Kafka hanya diam. Tidak seperti yang kubayangkan.

Kafka melepas pelukannya. Lalu perlahan ia bergerak bangun meraih boxernya yang berserakan di lantai dan berjalan ke kamar mandi. Sementara kedua mataku terus mengamati pergerakannya. Tidak lama dia di sana, mungkin hanya menuntaskan panggilan alam. Lalu kembali bergelung disampingku di atas tempat tidur.

"Kamu tidak penasaran apa yang Kalina katakan?" Tanyaku sekali lagi.

Kudengar Kafka menghela nafas. Lalu tubuhnya ia biarkan menghadap keatas langit-langit kamar. Sebelah tangannya dia taruh di atas keningnya.

"Ka, aku bertanya sama kamu?" Desakku padanya. Aku tidak suka dengan reaksinya.

"Memangnya apa yang harus aku katakan?" Akhirnya dia buka suara juga.

Sedikit kesal akan jawabannya, spontan aku bangun dan duduk hingga selimut untuk menutupi tubuhku yang telanjang terlihat. Kulihat Kafka melirik sekilas. Kuabaikan, aku bergerak turun dari tempat tidur. Mengabaikan dirinya yang mungkin diam-diam melirikku. Mengabaikan rasa malu, walau ini bukan pertama kalinya tapi terasa berbeda saat dalam fase nafsu menguasai dengan saat kalian dalam keadaan sadar. Aku tetap tidak nyaman mempertontonkan langsung diriku yang tanpa busana di depannya.

Aku berjalan ke lemari, meraih satu baju tidur bertali spaghetti. Bukan lingerie hanya baju tidur biasa dengan celana selutut berbahan satin. Lalu aku kembali naik ketempat tidur, duduk tepat disampingnya. Menurungkan tangan yang menutupi wajahnya. "Lihat aku!" Pintaku padanya.

Kafka menoleh ke arahku, sedikit tersenyum. Tangannya bergerak menyentuh pipiku. Dia lalu menarikku hingga aku jatuh tepat diatas dadanya. Aku mencoba melepaskan diri. Namun, ia semakin mempererat pelukannya.

"Apa yang Kalina katakan?" Pelan ia mengatakannya tanpa melepaskan pelukannya.

Tidak lagi memaksakan diri lepas dari pelukannya. Aku malah merapatkan tubuhku ke dadanya.

"Kalina meminta aku melepaskanmu."

"Lalu jawabanmu?" Tanyanya balik. Sambil tangannya bergerak mengusap tengkukku, membuat bulu kudukku berdiri.

Kulirik Kafka sekilas, lalu kembali kurapatkan kepalaku diatas dadanya. Dan dari sana bisa kudengar irama jantungnya. "Menurutmu?" Tanyaku balik padanya.

"Aku tidak tahu. Kamu yang memutuskan."

Aku gamang akan perkataannya. "Kamu ingin aku lepaskan?"  Tanyaku balik padanya. Jujur saja aku sedikit cemas akan jawabannya.

Alih-alih menjawabku, Kafka malah memutar tubuhnya, hingga tubuhku berada tepat dibawahnya. Mata kami bertemu. Lalu kurasakan dia mengecup kedua mataku perlahan. Hingga kebibirku. Aku menggeliat saat bibirnya mencium bahuku yang terbuka.

"Ka..." Panggilku, di sela-sela sentuhannya yang membuatku nyaris tidak bisa bernafas. Hingga satu desahan halus akhirnya berhasil lolos keluar, saat tangan Kafka masuk kedalam piyamaku, meremas payudaraku.

"Ka... stop." Pintaku padanya. Dan semakin aku melarangnya semakin Kafka bergerak. "Please Ka, rintihku tertahan."

Walau terpaksa akhirnya Kafka menghentikannya. Dia lalu bergerak ke sampingku. Aku tahu saat ini dia pasti menginginkannya. Dan sama sepertinya aku juga. Tapi, aku lebih ingin berbicara dengannya.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Sep 07, 2021 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Cinta Yang SalahDonde viven las historias. Descúbrelo ahora