Chapter - 8. Mission Failed

193 24 3
                                    

HAPPY READING 📖

--------------------------------

Siang ini, Richard terus mengulas senyum. Di genggamannya sudah ada sekotak bekal dan sekotak susu untuk Andrea. Bak bocah kecil, ia tersenyum lebar ke orang-orang yang ia lewati. Begitulah Richard Bell, sosok humoris dengan tingkah kocaknya.

Ia mengintip melalui kaca transaparan ke posisi Andrea apakah sudah datang atau belum. Sebab, ia agak terlambat datang karena membuat sarapan ini. Matanya membulat dan berbinar, ternyata Andrea sudah duduk manis sembari mengeluarkan barang-barangnya ke meja.

Ia membuka pintu dan langsung berkata, "Selamat pagi, baby Rea! Aku membawa sarapan untukmu! Kau tahu, aku membuatnya spesial untuk makhluk tercinta dengan penuh cinta!" Bak seorang koki handal, Richard meletakkan benda yang ia bawa ke meja Andrea dan tersenyum lebar. Padahal dalam hati ia agak gusar melihat ekspresi Andrea yang terlihat tidak sedap.

"Keluar," kata Andrea teramat datar hingga Richard agak gelagapan. Andrea memalingkan wajah dengan sinis kemudian menyalakan komputer.

"Hei, Sayang. Aku membawa sarapan. Kau tidak mau cicip dulu? Hatiku sakit melihatmu begitu, tahu tidak?" Andrea mendengkus sembari memutar bola mata. Tapi entah mengapa, ia mengambil kotak bekal itu kemudian membukanya. Sandwich daging berbentuk segitiga disertai saus yang sudah digambar smiley dan love terpampang jelas. Ia menggelengkan kepala, sedangkan Richard terkikik.

"Cantik, kan? Cantik sepertimu," goda Richard sembari duduk di sudut meja, memperhatikan Andrea menatap makanan yang ia buat. Ada sedikit harapan saat Andrea menerima makanannya. Akhirnya, sedikit demi sedikit ia berhasil mengambil hati Andrea walaupun tidak sepenuhnya. Perlahan tapi pasti, ia akan menyingkirkan pacar Andrea dan merebutnya ke pelukan.

"Baru sadar kalau aku cantik?" sinis Andrea sembari mengambil sandwich menggunakan tisu karena ia malas mencuci tangan.

Richard tertawa geli sembari menggaruk tengkuk. Salahnya juga karena menghina Andrea. Seharusnya ia menunjukkan saja jika ia menyukai Andrea. Toh, agar memperlancar sesi pendekatan. Tapi sudah terlambat. Eh, tidak. Tidak ada kata terlambat untuk mendekati sosok dicinta.

"Enak?" tanyanya kemudian saat melihat Andrea menghabiskan sepotong sandwich.

Andrea melengkungkan bibirnya ke bawah sembari mengangkat bahu. "Not bad."

"Aku akan membawakan sarapan untukmu tiap hari, baby Rea! Tenang saja, gratis!" seru Richard, terlalu bahagia ternyata hasil makanan buatannya tidak buruk. Seharusnya dari kemarin ia melakukan ini. Karena kalau sampai sekarang, mungkin Andrea sudah menjadi pacarnya.

"Terserah," singkat Andrea. Mengapa ia menerima ini? Karena ia memang belum sarapan. Merasa mendapat keberuntungan, ia menerima saja pemberian Richard. Untung saja rasanya memang tidak buruk. Kalau tidak, mood-nya benar-benar hancur. Mendengar penuturan Richard mengenai sarapan gratis, dalam hati ia ingin tertawa. Bagus juga jika begini. Ia merepotkan Richard tanpa disuruh dan ia mendapat keuntungan lebih setiap hari.

"Kalau begitu, aku kembali kerja! Habiskan sarapanmu dan berikan kotaknya kepadaku, oke? Kau bisa mengembalikannya ke ruang divisiku atau saat makan siang. Aku menunggumu, Darling!" kata Richard teramat riang. Ia hendak keluar, namun baru beberapa langkah, kakinya terantuk karena ia berjalan sembari menutup mata.

Bunyi antukan membuat perhatian semua orang teralihkan, termasuk Andrea. Richard meringis kemudian berbalik sembari menggosok tengkuk lalu ke lutut.

"Sialan!" rutuk Richard. Senyumnya tampak canggung saat matanya bersitatap dengan Andrea apalagi raut Andrea tampak bertanya. "Eum, ini kesalahan kecil. Aku tidak apa," katanya santai. Padahal kakinya terasa mau copot.

Unexpected Destiny ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang