SETELAH SEKIAN LAMA, AKHIRNYA TAMAT JUGA CERITA INI 😂
KALAU MASIH ADA YANG BACA, KALIAN KEREN, SIH 😅 SAKING KERENNYA, PENGEN NGIRIMIN BUKU UGLY KIDNAPPER 😁
HAPPY READING 📖
-----------------------------------------------
"Dulu dia adalah temanku. Teman yang paling baik. Bahkan aku sudah menganggapnya keluarga. Aku tidak tahu kalau dia memiliki perasaan sedalam itu padaku. Padahal selama ini kukira perlakuannya murni karena dia menganggapku keluarga juga," cerita Kim mengenai masa lalunya bersama Avery. Bantal mini di depan perutnya ia peluk. Keluarga harmonis itu berkumpul di sofa empuk, bertukar cerita tentang masa lalu.
"Padahal selama ini aku tidak berpikir kalau dialah yang membunuh ibuku. Kukira dia baik, ternyata begitu mengecewakan." Kim menutup cerita dengan pandangan menerawang. Kilasan bagaimana ia melihat jelas pembunuhan Aida tepat di depan matanya, tak akan pernah bisa menghilang dan akan ia bawa hingga tutup usia.
Rizzo mengelus punggung mungil itu dengan tangan besar yang memberikan kehangatan. Ia mendekap Kim dari samping, menenangkan istrinya yang dilanda kesedihan.
"Maaf," kata Richard dengan suara kecil. "Aku minta maaf atas nama ayahku."
Kim langsung menggeleng. "Tidak perlu minta maaf. Kau tidak salah apa-apa. Jangan menganggung beban kesalahan ayahmu, Nak."
Richard terdiam karena ia ingin membalas, tapi takut jika menyinggung. Ia mendengar cerita Kim tadi, merasa bersalah berkali-kali lipat, meskipun itu terjadi sangat lama. Darah daging tetaplah begitu kental. Ia tidak bisa menganggap jika ini bukan salahnya karena Avery adalah ayahnya. Mau tak mau, ia juga menanggung kesalahan itu.
"Itu sudah lama. Lama sekali."
"Aku sampai sekarang juga tidak tahu kalau dia adalah ayahku. Dia bilang kalau dia pamanku dan memang dia bertanggung jawab membesarkanku. Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaanku sekarang. Entah harus marah, sedih, atau benci. Aku sudah tidak tahu." Setipis senyum terulas di bibir. Tepatnya dua hari lalu, ia berkunjung menemui ayahnya. Tak banyak kata yang terucap. Mereka berpandangan untuk waktu yang lama kemudian hanya kata sapaan mengenai kabar yang keluar di bibir.
"Bagaimana kabarmu?" Richard pun tak tahu harus menggunakan sapaan apa. Paman atau ayah? Mereka sudah terlalu jauh hingga ia merasa tidak bisa menjangkaunya.
"Seperti yang kau lihat." Di kedalaman netra biru yang tiba-tiba diselimuti kemerahan, tak banyak yang bisa Avery katakan. Semua sudah terkuak dan ia tahu Richard pun enggan untuk bertemu dengannya. Mungkin keluarga Kim yang membujuk Richard untuk datang sebagai formalitas?
Tenggorokan Richard tercekat setelah mendengar suara lembut itu. Wajah Avery yang telah memerah, amat jelas terlihat di matanya. Dugaannya mengatakan jika Avery malu untuk bertemu setelah semua yang telah diperbuat. Apa yang harus ia katakan? Apa ia harus mengatakan hal-hal yang menenangkan sementara ia sendiri berperang dengan batin yang tak berkesudahaan?
"Pulanglah. Tidak perlu melihatku sekarang. Aku tahu kau enggan untuk melihatku."
Suara lembut itu mengalun lagi dan ia tak tahan untuk tidak menjatuhkan air mata yang sulit sekali ditahan.
Richard menggeleng dengan isakan tipis. Matanya terpejam sesaat. "Aku sama sekali tidak enggan untuk melihatmu. Aku hanya ...." Selebihnya ia merasa sulit melanjutkan.
Avery pun merasakan hal yang sama. Dengan sel sebagai pembatas, tak menjadi batasan untuknya tahu bahwa Richard terluka. Obsesinya pada Kim membuatnya lupa bahwa ada Richard ada di hidup gelapnya. Richard hadir dari kesalahan. Richard hadir karena perjuangan Grichela, bahkan wanita itu mengorbankan nyawa. Entah malaikat mana yang merasuki jiwa, akhirnya ia mengambil tanggung jawab besar untuk menghidupi Richard sebagaimana mestinya. Namun, ia tidak pernah terima jika Richard harus memanggilnya ayah, apalagi anak itu berasal dari kesalahannya bersama Grichela. Semua itu akhirnya terungkap dan ia sama sekali tidak menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Destiny ✅
Romance#SERIES KEDUA UNEXPECTED PSYCHOPATH# [Follow, vote, dan komen dibutuhkan] Pertama kali publish : 5 Maret 2021 . Mereka selalu bertengkar. Di kantor, pertengkaran tak berguna itu sudah biasa dilihat dan didengar oleh beberapa divisi. Jangan lupakan m...