Rezeki Nomplok

50 43 16
                                    

Pagi ini Zoya tak bisa menghentikan bibirnya untuk tersenyum. Hari ini ia bangun lebih awal, sejak semalam pikirannya tidak bisa tenang menanti datangnya hari ini. Zoya membubuhi sedikit bedak pada wajah manisnya tidak lupa ia juga mengaplikasikan lipbam pada bibirnya.

"Pagi Ayah, Bunda" Sapa Zoya pada kedua orangtuanya yang tengah berada di meja makan.

"Pagi sayang" sahut bundanya

"Kesambet apa lo ?"

Mendengar ucapan kakaknya Zoya mendelik ke arahnya

"Sirik aja lo"

"Masih pagi jangan berantem" peringat ayahnya pada kedua anaknya yang tak pernah bisa akur ini.

Usai acara sarapan, Zoya masih setia duduk di meja makan padahal yang lain sudah pada pergi. Bundanya yang melihat itu kemudian menaikkan sebelah alisnya pertanda ia sedang bertanya.

"Bun masih ada sisa nasi gorengnya gak ?"

"Ada dikit zo, kamu mau nambah?"

"Enggak Bun, zo udah kenyang. Kalau zo bawa bekel ke sekolah boleh ? buat makan siang nanti"

"Tumben kamu. Tapi boleh aja sih, bentar ya bunda ambilin kotak makan dulu"

Setelah mendapat apa yang diinginkannya, Zoya menghampiri kakaknya yang sudah duduk di atas motornya. Tanpa diketahui Zaidan ia langsung duduk di kursi penumpang, hal ini membuat terkejut kakaknya yang asik chatting dengan gebetannya.

"Ngagetin aja lo"

"Yok berangkat" ujar Zoya penuh semangat

Kelas masih sepi, ini kesempatan Zoya untuk menaruh kotak bekal yang ia bawa di lokernya Abi. Sebenarnya ia sengaja membawa bekal untuk Abi untungnya masih ada sisa nasi gorengnya. Zo juga menuliskan pesan di dalam kotak makannya, ia tak mau jadi penggemar rahasia. Biar saja Abi tahu kalau ia yang memberikan ini.

Zo terkejut melihat banyaknya makanan yang ada di dalam lokernya Abi.  Coklat,brownis,susu bahkan ada bunga juga, Zo yang tak mau kalah menaruh bekalnya pada bagian paling atas. Semoga saja Abi memakan pemberiannya.

Yanti yang baru memasuki kelas, melirik aneh ke arah Zo. "Kenapa lo?"

Zo tidak menjawab pertanyaan Yanti, ia hanya mengidikkan bahunya saja.

"Kesambet ni anak" gumam Yanti pelan

Abi yang juga baru datang tersenyum ke arah Zo dan berjalan mendekat ke arah kursi Zo. Deg-deg-deg jantung Zo mulai berdetak tak karuan, tinggal satu langkah lagi Abi akan sampai di bangku Zo. Namun sayangnya ia malah berbelok ke kanan, sial Zo lupa kalau Abi duduk di  sebelah kanan bangkunya. Tingkat gr nya Zoya rasanya sudah terlalu tinggi. Zo menundukkan kepalanya berharap tak ada orang yang menyadarinya yang tengah dilanda malu.

"Morning beb" sapa Monika sambil mendudukkan diri di sebelah Zo

"Hmm"

"Lo sakit ? Muka lo merah gitu" Monika meraba dahinya dan Zo mencoba membandingkan panas tubuh mereka

"Gak panas kok"

"Gak sakit gue" sahut Zo datar

"Ohh, habis tu muka merah kayak tomat"

Zo memberi tahu Monika perihal ia yang akan bertemu dengan Abi di perpus nanti. Mendengar itu Monika, mulai paham penyebab perubahan sikap Zoya. Abi rupanya.

10 menit sudah berlalu namun Abi belum juga datang menemui Zo ke perpustakaan, padahal Zo rela tak pergi ke kantin dan memilih langsung ke perpustakaan saat bel istirahat tadi.

"Udah lama Zo" suara Abi terdengar sangat dekat, Zo menoleh ke samping dan langsung mendapati wajah Abi.

"Gak kok" Zo tersenyum ke arah Abi

"Sorry, tadi aku makan dulu. Aku makan nasi goreng yang kamu kasi tadi. Enak banget, makasi banyak Zo" Ucapan Abi terdengar tulus yang membuat Zo menjadi tersipu malu.

"Kita langsung aja Zo, bentar lagi bel masuk" Ujar Abi sambil menyodorkan buku paket fisika pada Zo

"Jadi ?" Tanya Zo

"Aku gak paham sama materi  yang ini, kamu bisa jelasin gak ?

"Ohh ini, jadi ini tu gini.." Zo menjelaskan panjang lebar mengenai materi yang ditanyakan Abi mulai dari konsep,rumus hingga contoh soalnya.

"Aku paham Zo, sesuai hukum newton 3 gaya aksi sama dengan reaksi. Sama kayak  lagi suka sama orang "

"Maksud kamu ?" tanya Zo dengan polosnya

"Kalau suka sama orang tu pasti kita harus usaha dulu lah pdkt Zo, setelah itu baru ada reaksi dari orang itu. Kalau kita diem aja kan gak tahu kalau kita suka sama dia, gak  ada reaksi alias gak bakal jadian." Ujar Abi yang diakhiri dengan kekehan.

Zo merasa tersentil dengan ungkapan Abi, dia benar kalau menginginkan sesuatu kita harus berusaha agar bisa mendapatkannya. Termasuk cinta tidak masalah siapa yang memulai usahanya.

Tak lama waktu yang dapat Zo habiskan dengan Abi, gara-gara bel masuk ia harus mengakhiri sesi berduannya dengan Abi. Meski sebentar Zo merasa sangat senang bisa menghabiskan waktu dengan orang yang telah lama ia sukai.

"Temen gue bahagia banget ni, dari tadi senyum mulu"

"Gue seneng banget Monik, akhirnya bisa berduaan sama Abi" ujar Zoya sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya.

Pak Dirman yang tengah mengajar bahasa Inggris pun merasa terusik dengan suara kaki Zoya.

"Itu yang pake bando kuning lagi apa ?" Pak dirman menatap nyalang ke arah Zoya

"Kebelet pipis pak" sahut Ardan yang ditertawakan oleh seisi kelas

"Enggak pak, saya lagi.. itu.. e-emm ada semut masuk ke sepatu saya pak"

"Jangan ribut di kelas kamu ! atau saya keluarkan dari kelas" peringat Pak Dirman yang membuat Zoya bergidik ngeri, Zo murid yang teladan. Di keluarkan dari kelas berarti mimpi buruk bagi Zo.

"Jangan seneng dulu lo belum jadian" bisik Monika di telinga Zoya

"Jangan berisik" sahut Zo sambil menempelkan telunjuknya di depan bibirnya.

Part ini agak pendek, otakku lagi buntu geng
Ingat masukin cerita ku di library kalian
Aku juga gak bakal lelah untuk mengingatkan "don't forget to vote and coment" 😁
Follow aku disini
See you next part






Ternyata Bukan CintaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora