Bad Day

50 23 54
                                    


Hayyyy guys
Aku up lagi
Happy reading 😁

Setelah mengetahui kedatangan lelaki yang tempo hari pernah Zoya temui di taman, ia sudah bisa membayangkan bagaimana hari-harinya di sekolah nantinya. Bukannya pergi dan mencari tempat duduk lain lelaki ini malah tetap berada di meja Zo. Padahal sesi perkenalannya sudah lewat beberapa menit yang lalu.

Flashback on

"Lo sekolah disini ?" tanya Monika

"Iyaa aku murid baru, sayangnya kita gak sekelas. Padahal pinginnya sama kalian" Ucap lelaki itu

Zo membatin setidaknya gue bisa bebas kalo jam pelajaran

"Mbacan, kita kan belum kenalan ?" Ujar lelaki itu pada Zo

"Maksud lo apa manggil gue macan ?!"

Mendengar itu Monika tertawa "Lo kan galak Zo"

"Ehhh gak gitu kok, mbacan bukan macan. Mbacan, mbak cantik maksudku. Aku kan belum tahu nama mbaknya"

"Gue itu belum tua, jadi gak usah panggil mbak-mbak terus"

"Berarti kita harus kenalan, Ansel jayangga. Bisa panggil Ansel atau Angga tapi jangan panggil jaya " Ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya pada Zo.

Bukannya menerima uluran tangan Ansel, Zo hanya menatap tangan lelaki itu. Monika yang merasa heran dengan sikap Zo, langsung nyelonong meraih tangan Ansel dan memperkenalkan dirinya.

"Gue Monika"

"Ansel" setelah menyalami Monik, Ansel kembali mengulurkan tangannya pada Zoya. Kali ini Zo masih tak bergeming.

"Kalo kenalan kayak gini Zo" Monik meraih tangan kanan Zo, kemudian menautkan tangannya pada Ansel.

"Namanya Zoya, lo bisa panggil Zo. Iyaa kan Zo ?" Lanjut Monik

"Serah" Zo segera menarik tangganya kembali

"Dia emang gitu, agak jutek tapi sebenernya baik banget. Dia itu juara umum 1 berturut-turut dari kelas IPA"  Monik kembali menjelaskan mengenai Zoya.

"Wow, tapi udah keliatan sih pinter"

Flashback off

Sedari tadi lelaki yang bernama Ansel ini tidak berhenti mengoceh, parahnya lagi Monik terlihat senang meladeni Ansel. Sedangkan Zo, ia hanya memutar bola matanya jengah mendengar penuturan Ansel. Selain SKSD lelaki ini juga orang yang sombong, dengan bangga ia menyebutkan juara yang pernah ia raih di pertandingan basket.

Sepengetahuan Zo juga, Monik tak pernah menyukai yang namanya olahraga apalagi basket. Hobinya itu kan maraton drakor, sekarang tiba-tiba saja ia mengaku suka basket. Lebih lagi minta di ajarin Ansel, mungkin ini yang disebut modus mode on.

"Lo gak ada niatan mau pergi ?" Setelah sekian lama, akhirnya Zo mengeluarkan suaranya

"Aku ?" Ansel balik bertanya untuk memastikan

"Iyalah"

Monika mencubit lengan Zo "Lo  kenapa sih ?"

"Udah deh, lo diem"

"Kenapa aku harus pergi ?" Lagi-lagi  Ansel bertanya pada Zo

"Karena gue gak suka lo"

"Kenapa kamu gak suka aku ?"

"Lo tu cowok tapi cerewet ya, emang butuh alasan buat gak suka sama orang ?"

"Iyaa dong, semua hal di dunia ini harus jelas asal-usulnya"

"Serah gue gak peduli" Segera Zo menarik kursinya, kemudian pergi meninggalkan kantin

Melihat temannya pergi, Monik langsung memasukkan sisa sosisnya ke dalam mulutnya lalu meneguk habis sisa minumannya.

"Gue duluan yaa, btw itu temen gue jangan terlalu dipikirin. Lagi PMS kayaknya tu" Setelah mengucapkan itu, Monik berlari menghampiri Zoya yang masih berjalan lurus tanpa memperdulikan panggilan Monik dari arah belakang.

"Lucu banget sih dia" gumam Ansel pada dirinya sendiri

Sementara Monika masih berusaha menyamai langkahnya dengan Zo. Zo itu pendek, kakinya juga tidak panjang. Kenapa jalannya bisa secepat ini ? Merasa sudah dekat dengan Zo, segera Monik menarik tangan Zo dari arah belakang agar dia mau berhenti.

"Apa sih Monik ?"

"Lo itu yang kenapa ? Kesel sama orang gak jelas gitu, lo punya masalah apa sama An ?

"An ?" Zo mengernyitkan alisnya bingung

"An, Ansel Zo"

"Gak ada, gue cuma gak suka aja sama tu cowok"

"Tapi kenapa ?"

"Gak tahu. Pokoknya gak suka" ujar Zo dan melanjutkan langkahnya

Sebelum memasuki kelasnya, Zo sempat melihat Abi bergandengan dengan seorang cewek yang ia ketahui cewek itu kakak kelasnya. Laksmi namanya, ia memang cukup terkenal di kalangan cowok di sekolah ini. Secara dia itu memang cantik tinggi semampai, kulit putih bersih ditambah mata bulatnya yang menyerupai boneka membuatnya terlihat sempurna. Kabarnya Laksmi blasteran Jepang, ayahnya berasal dari Jepang.

Berjalan melewati Zo, Abi sempat melirik ke arah Zo dan memberikan senyuman untuknya. Tapi bibir Zo tak bisa menyunggingkan senyumnya sama halnya yang dilakukan Abi. Ia masih terpaku, hingga akhirnya Monika menyadarkannya.

Melihat perubahan raut wajah Zo, membuat Monik merasa khawatir "Are you okay ?"

"Emang aku kenapa ?"

"Kamu keliatan syok"

"Enggak,,, yaudah masuk yuk" Zo menarik lengan Zo, menuntunnya memasuki ruang kelas

Sampainya di kelas, Zo lebih memilih duduk di bangku guru dibandingkan bangkunya sendiri. Reflek Monik menarik salah satu kursi kemudian duduk dihadapan Zoya.

Monik mengusap-usap asal rambut Zo yang tengah terlungkup di meja
"Lo beneran gak papa?"

"....."

"Zo"

"Hmm"

"Lo...."

"Gue beneran gak apa kok, cuma bete aja. Maybe es krim bisa bantu balikin mood gue"

"Okeedeh gue traktir lo, wait yaa 5 menit doang" tanpa menunggu jawaban, Monik langsung ngacir kembali ke kantin. Baik banget kan dia.

Baru memasuki kantin, dua orang yang tengah asik menikmati hidangannya mengalihkan perhatian Monik. Tentunya itu Abi dan Laksmi, bisa-bisanya mereka seakrab itu. Tanpa ragu Monik menghampiri dua orang itu dan ikut bergabung disana.

"Gue boleh gabung ?" Ujarnya sambil menunjuk dirinya sendiri

"Bolehlah" Laksmi yang menjawab

"Kamu mau makan apa ? Sekalian aku pesenin"

"Emm, gue gak lama-lama kok disini lagian gue udah kenyang. Gue cuma mau nanya aja sama Abi"

"Iyaa Monik ?" Reflek Abi segera menjawab

"Kalo kita punya janji ke orang, emang harus ditepatin ya ?"

"Ya iyalah, janji kan termasuk hutang" lagi-lagi Laksmi yang menjawab

"Ohhh gitu, yaudah deh. Gue duluan ya Abi, Laksmi "

Monik sengaja menanyai Abi, karena ia teringat bahwa hari ini Abi berjanji mengantar pulang Zo. Melihat kedekatan Abi dengan Laksmi ditambah kabar bahwa Abi berangkat bareng Laksmi tadi pagi, sudah berangkat bareng pulangnya juga pasti bareng. Hal ini  membuat Monik merasa kesal dengan Abi. Seharusnya ia tidak menjanjikan hal yang sama pada orang yang berbeda tapi pada waktu yang sama. Jadinya kan gini, Zo pasti merasa sakit hati bila Abi tidak menepati janjinya.

Jangan lupa tinggalkan jejak
Vote dan komennya
See you next part 😁 😀






Ternyata Bukan CintaWhere stories live. Discover now