• Pesan Ancaman

3K 342 79
                                    

Hai? Masih ada yang baca ff ini nggak?

Hai? Masih ada yang baca ff ini nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Brak!

Marvin melempar tas nya begitu saja ke meja yang berada di ruang tamu. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa lantas menghela napas.

'Lu suka sama Samudra?'

'Emang siapa sih Kak yang nggak suka sama Kak Samudra? Dia kan pinter, juara sekolah, walau pun dia pendiem tapi dia baik.'

Marvin tersenyum miris begitu mengingat perkataan adik kelasnya tadi yang membahas tentang kebaikan Samudra. Bolehkah Marvin iri dengan kembarannya itu?

Ya... memang sih, Marvin sendiri mengakui kalau Samudra itu lebih baik dari dirinya yang bandel. Tapi biar pun bandel begitu Marvin juga punya sisi baik, hanya saja Marvin tidak suka mengumbar kebaikannya di depan umum. Karena itulah, yang orang-orang tahu adalah Marvin yang nakal.

"Ck!"

"Kenapa sih, Dek?"

Marvin menoleh, mas nya datang dan duduk di sampingnya sambil memegang toples berisi makanan ringan.

"Gapapa, Mas," jawabnya lesu.

"Gapapa gimana? Mas perhatiin kamu bete banget dari tadi, mana ngebanting tas juga. Bukannya hari ini kamu bawa laptop?"

Marvin lupa jika di tasnya ada laptop, ia main asal banting saja tadi. Pantas saja bunyinya beda. Ah tapi masa bodoh, ia hanya meluapkan kekesalannya.

"Sini cerita sama Mas, jangan di pendem sendiri." Sagara mengusap kepala belakang Marvin dengan sayang.

Sebagai kakak tertua yang dewasa, tentunya Sagara tahu kegundahan hati sang adik bungsu. Tadi Samudra juga menceritakan semuanya, bahkan Sam memohon padanya untuk tidak membedakan kasih sayangnya. Sagara tentu terkejut, karena selama ini Sagara tidak pernah membedakan, hanya saja memang mereka lebih tegas kepada Marvin karena watak anak itu yang sedikit keras.

"Tumben kamu pulang cepet, Dek? Nggak main dulu?"

"Kenapa emang? Mas nggak suka aku pulang cepet?"

"Ya ampun sensi amat. Bukan gitu. Lagi pms apa?" Sagara menghela napas.

"Aku kurang apa sih, Mas? Ganteng, udah. Kece juga udah dari lahir, baik? Udah pasti. Tapi kenapa semuanya ngira aku ini cuma anak bandel?"

Si yang tertua tersenyum mendengar kejujuran sang adik. "Vin..." panggilnya lembut.

"Aku juga pengen di puji kaya Samudra, dapet kasih sayang yang banyak dari Mas sama Ayah."

"Dek, dengerin Mas."

Marvin terdiam dan menatap mata sang kakak tertua.

"Ayah, Mas Saga, Arnesh, Samudra, kita semua sayang sama kamu. Sayang banget. Apa kamu nggak bisa rasain itu, hm?"

The Achilles •Local VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang