• Kemarahan Samudra

1.6K 229 78
                                    

Halooo manusia2 jomblo yang masih setia dan sabar nungguin cerita ini update 🤣😛 jadwal update nya lebih cepet dari biasa kan? Wkwkw. Janji abis baca cerita ini langsung bobo ya, besok senin soalnya 🥺

Yuk langsung dibaca ajaa

ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ

Setelah adzan subuh berkumandang, Ayah Basta bergegas melakukan shalat subuh berjamaah dengan anak dan keponakannya. Tentu dirinya lah yang menjadi imam pada shalat kali ini.

Mereka sangat fokus dalam beribadah termasuk Icy, perempuan satu-satunya yang berada di barisan paling belakang.

Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, mereka beristighfar dan berdzikir. Kemudian Ayah Basta memimpin doa yang diamini oleh mereka.

Shalat subuh sudah selesai, keluarga Achilles pun bersiap-siap untuk memulai aktivitasnya lagi di hari biasa.

Hari ini Ayah Basta sengaja berangkat lebih dulu dari anak-anaknya. Tujuan utama adalah rumah sakit, matahari belum terbit namun dengan semangat pagi ia membelah jalanan kota Jakarta dengan mobilnya.

Senyum tak luntur dari wajahnya yang yang tampan walau pun sudah berumur.

ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ


Dengan satu tangan menenteng paperbag, ia berjalan santai di koridor rumah sakit milik almarhum istrinya. Perawat mau pun dokter yang bekerja di rumah sakit itu menyapa Basta. Selalu ada rasa rindu yang memuncak tiap kali ia menginjakkan kaki di sini. Terlalu banyak kenangan.

Apalagi spanduk besar di beberapa bagian ruang yang berisikan foto almarhum dengan gelar dokter terbaik pada tahun-tahun itu.

Istrinya terlihat sangat cantik dan mempesona ketika mengenakan jas dokter.

Kaki yang berbalut sepatu pantofel itu berhenti di depan ruangan putra kembarnya. Namun baru membuka sedikit pintu, ia melihat momen manis dari dalam sana. Di mana si kembar tengah bersenda gurau, sesekali Samudra dibuat kesal oleh Marvin.

Ayah Basta tak dapat menyembunyikan senyumnya melihat momen itu. Terlalu manis. Tak ingin berlama-lama, ia membuka pintu lebar-lebar dan masuk sambil mengucapkan salam.

"Assalamualaikum, anak-anak Ayah."

Kedua remaja itu menatap bersamaan ke arah pintu. Marvin menjawab salam dengan pelan, berbeda dengan Samudra yang...

"Ayah masa Apin bilang Sam gendutan. Kan enggak ya, Yah? Mata Apin yang makin gede jadi apa yang diliat semuanya ikut gede. Ya kan, Yah?"

Sambil meletakkan paper bag itu, si ayah tertawa pelan. Ia menjawab sambil mengeluarkan 3 kotak makan dari tas. "Sam gak gendut, Apin. Cuma tambah gemoy. Liat tuh pipinya. Kaya bakpao."

"Kok Ayah sama aja?!"

"HAHAHAHA!"

Marvin tertawa puas sekali sambil memukul-mukul tempat tidurnya. Sementara itu wajah Samudra tampak masam.

Berbeda sekali dari Samudra yang dulu, yang pendiam dan tidak banyak bicara setelah bunda meninggal.

"Kamu ini, orang ucap salam bukannya di jawab dulu."

Samudra semakin cemberut.

"Dah sini kita makan bareng. Kak Renzo loh yang masakin."

Dibukanya tutup Tupperware itu satu per satu. Salah satunya ada bubur ayam.

"Kata dokter, Marvin baru boleh makan bubur. Jadi Kak Renzo bikinin bubur ayam spesial buat kamu," ujarnya sambil membantu Marvin duduk, namun tak melepaskan nasal kanula nya. "Yuk makan."

The Achilles •Local VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang