• Otw

2.1K 282 101
                                    

Lumutan gak nungguin ff ini? Wkwk

"Boleh saja kamu menggantikan Dokter Rian untuk menangani adik kamu, tapi satu pertanyaan saya, Dokter Sagara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Boleh saja kamu menggantikan Dokter Rian untuk menangani adik kamu, tapi satu pertanyaan saya, Dokter Sagara. Apa kamu sanggup?"

Kening Sagara memunculkan kerutan pertanda bingung, suasana di ruang rapat dokter mendadak hening. "Maaf? Maksudnya?"

Dokter wanita yang berstatus sebagai teman baik bundanya itu menghela napas, di sandarkannya punggung itu ke kursi. "Menangani keluarga sendiri di situasi gawat darurat bukan hal yang bagus. Maksud saya, saat kita menangani pasien yang tidak kita kenal saja rasa panik karena takut kehilangan itu ada. Bagaimana jika yang kita tangani itu keluarga sendiri? Apakah kita bisa membagi antara fokus dan panik?"

Seluruh dokter yang menghadiri rapat dadakan itu mengangguk kecuali Sagara. Mereka setuju dengan yang dikatakan Dokter Lena.

Yah, memang benar. Sagara membenarkan perkataan perempuan itu dalam hatinya, ia juga tidak yakin akan bersikap biasa saja jika suatu saat nanti kondisi Samudra sedang gawat darurat. Sagara itu mudah panik, apalagi yang berhubungan dengan anggota keluarganya.

Kedua bahu Sagara yang semula tegap, kini meluruh. Kepalanya tertunduk, tangan kanannya terangkat tuk memijat pelipisnya yang kening.

"Dokter?"

Dokter yang berada di samping Sagara menyentuh bahunya. Menatap Sagara dengan khawatir.

"Oke. Saya rasa rapatnya sudah selesai. Saya membenarkan perkataan Dokter Lena. Saya tidak bisa menangani adik saya sendiri."

Puluhan dokter di ruangan itu menatap Sagara penuh iba.

"Kami mengerti perasaanmu, Dokter. Tidak perlu khawatir, percayakan saja semuanya pada Dokter Rian."

Sagara menghela napas kemudian mengangguk.

ᴛʰᵉ ᴀᶜʰⁱˡˡᵉˢ

Atap rumah sakit adalah tempat favorit Sagara di saat ia merasa penat dengan semuanya. Duduk di bangku panjang seorang diri sambil merasakan semilir angin yang menerpa wajah tampannya.

Siang ini cuaca cukup mendung, membuatnya semakin betah berada di sini karena sejuk. Beruntung semua pasien sudah di tangani.

"Udah jangan di pikirin."

Laki-laki itu terlonjak mendengar suara yang amat di kenalinya muncul tiba-tiba. Dia Jisora. Sahabat baiknya. "Nih, minum."

Ia menyodorkan salah satu dari dua cup minuman di tangannya ke arah Sagara, langsung diterima dengan baik oleh pria itu.

"Makasih."

Gadis itu mengangguk dan menempatkan diri di samping dokter tampan itu.

"Lagi ga ada jadwal?" Tanya Sagara setelah menyeruput kopi panas tersebut sedikit demi sedikit.

The Achilles •Local VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang