Part 7

1.7K 312 9
                                    

Mostviertel berubah menjadi kota yang sangat sepi ketika malam datang. Selesai dari mencari makan malam, Indira dan Arka menuju sebuah bar terkenal di kota atas rekomendasi pelayan restauran tempat mereka makan malam.

Bar itu dipenuhi muda-mudi yang tengah memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan sesama mereka.

Tak jarang terdapat orang tua yang menikmati bir mereka atau kopi hangatnya sambil bercanda bersama temannya. Sebuah panggung kecil yang kosong. Tampak tidak akan digunakan malam ini.

Arka memesan empat botol bir untuk mereka berdua. Juga makanan ringan selagi mereka akan duduk di sana.

"Mau yang lain?" tanya Arka. Indira hanya menggeleng.

Begitu pesanan mereka datang, Indira tak banyak bicara langsung meneguk bir di hadapannya. Namun tiba-tiba Indira menangis sesunggukan.

Astaga! Dia mabok! Baru satu botol bir terus Indira udah mabok. Pekik Arka terkejut dalam diam.

Wajah Indira bersemu merah. Apalagi pipinya. Lalu air matanya terus keluar. Sesekali Indira mengusap air matanya.

"Tjokrotama sialan! Dia yang buat gue ga punya papa begini. Dia buat nyokap bokap gue kepisah. Dia buat kakek ga suka sama papa. Dia nyulik Om Arya," gerutu Indira.

Arka terus diam mendengarkan keluh kesah Indira. "Kalau gue ketemu sama salah satu orang Tjokrotama itu, pengen gue cakar mukanya. Kesel!"

Sesekali Indira mengusap sudut bibirnya yang basah karena bir. Lalu memakan churros cokelat yang ada di depannya.

"Untung lo bukan dari keluarga Tjokrotama. Kalo ga, udah gue maki-maki sekarang." Indira menunjuk Arka yang duduk di depannya. 

"Apa yang Tjokrotama lakuin itu udah pasti?" tanya Arka pada Indira.

"Gue baca di agenda mama. Kenapa mereka sampai segitunya? Perasaan orang ga bisa dipaksa. Mama udah ketemu papa. Mama udah bahagia sama papa. Apa kalo mereka rebut kebahagiaan mama, itu impas? Apa mereka ga sadar ada gue yang ga pernah punya figur ayah?" tanya Indira.

Rasanya di kepala Indira ada ribuan makian serta cerca untuk keluarga bernama Tjokrotama. Kesalahan utama tidak hanya pada sang kakek tapi pada keluarga maksiat itu.

Kakeknya sudah menerima keberadaan Aaron. Ayah dan ibunya sudah menikah. Lalu keluarga Tjokrotama itu yang menolak pernikahan ibunya dan menggantinya dengan menculik Arya Wicaksono serta menghancurkan bisnis Syanendra.

"Rasanya miris. Gue selalu liat temen-temen gue sama bokap mereka. Bahkan sampai hari ini. Pergi ke sekolah, wisuda bareng, sampai nikah pun ada figur ayah. Gue ga pernah tau bokap gue. Foto papa juga ga pernah ditunjukin."

Indira mulai bercerita tentang semua yang ia rasakan. Bagaimana teman-temannya selalu mengolok-oloknya karena tidak memiliki ayah. Atau ketika beranjak remaja ia mendengar obrolan ibu-ibu di sekolah yang mengatakan jika Triyani, ibunya adalah seorang simpanan pria asing.

"Ga semua yang ber-ayah itu bahagia, Indira." Arka akhirnya bersuara.

"Seenggaknya mereka yang punya papa ga akan dicela kayak gue atau mama," balas Indira.

Arka diam tak mau menimpali perkataan Indira. Banyak kasus di luar sana tentang ayah yang menyakiti anak-anak serta keluarganya bahkan rela menjual dan membunuh mereka.

Ada juga ayah yang tidak bisa mensupport kehidupan anaknya. Hanya membawa kemauan kepalanya hingga anaknya terkurung dalam dunia ayahnya.

Juga ayah yang tampak acuh tak acuh pada kehidupan sang anak dan istri. Meninggalkan mereka untuk seseorang yang lain.

Mengejar Papa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang