Part 9

1.7K 310 12
                                    

Pukul 6 sore dan kereta itu berjalan sesuai jamnya. Isi kereta tidak terlalu ramai. Bangku yang dipesan juga tidak dalam compartment seperti kemarin.

Ini gerbong pada umumnya. Empat seat, dua berhadapan dengan meja ditengahnya.

Indira menatap kaca besar di sampingnya. Pemandangan desa Eropa memang tiada duanya. Baik musim dingin, panas, semi, gugur. Mereka tetap indah.

"Nih, gue beli cemilan dari kantin. Mungkin lo mau."

Arka datang dengan segelas coklat dingin serta kopi panas dan satu paperbag kecil berisi burger, kentang, dan roti lapis.

"Makasih."

"Gue denger-denger, keluarga lo dateng dari militer. Apa lo juga kerja jadi abdi negara?" tanya Indira.

"Nggak. Gue kerja buat usaha keluarga."

Bibir Indira membeo. Jarang sekali ia menemukan seseorang yang datang dari keluarga abdi negara terkenal lalu mempersilahkan keturunannya bekerja di bidang lain.

"Padahal penampilan lo cocok banget jadi tentara," komentar Indira.

"Gue ga secinta itu sama negara. Ketimbang abdi negara, lebih cocok jadi abdi games online."

Tawa Indira lepas mendengar ucapan konyol Arka. "Cowok selalu gitu ga sih?" tanya Indira.

"Ya apa bedanya? Cewek juga selalu sibuk sama drama Korea kalian kan?"

Arka melemparkan pertanyaan berbalik pada Indira. "Kan butuh cuci mata juga," jawab Indira.

Ia mengambil satu kentang goreng dan memasukkannya ke dalam mulut. "Impas deh. Lo abdi games online, gue abdi oppa-oppa ganteng di drakor."

Bibir Arka melengkung membentuk senyuman.

"Asal ga Abdi Setan, gue ga masalah."

"Dasar jokes tua," gerutu Indira setengah geli mendengar perkataan Arka.

Enam jam perjalanan membawa mereka tiba di Saint Gilgen. Jam menunjukkan pukul 1 malam. Untung saja Indira sudah memesan hotel sebelum mereka sampai.

Walaupun harus membayar lebih karena mereka membeli setengah hari. Ketentuan waktu check-in di Austria adalah pukul 10 pagi. Terpaksa Indira membayar lebih agar mereka bisa masuk pukul 1 malam untuk bermalam.

"Kocak juga kita geret-geret koper jam 1 malem dari stasiun ke hotel," celetuk Indira.

"Yang penting ga ada orang mabok aja tiba-tiba nyosor ke kita dari semak-semak," timpal Arka.

Arka mengingatnya, ia kala itu baru tinggal 5 bulan di Jerman dan pulang dari salah satu welcome party temannya. Pukul 2 malam dan seorang pria mabuk melompat keluar dari semak-semak hanya karena—

—dia mabuk.

Mereka akhirnya sampai di penginapan. Begitu bertemu kasur, Indira langsung berbaring. Mengistirahatkan tubuhnya.

Walaupun tubuhnya lelah, kepalanya masih terus memikirkan satu hal. Keberadaan sang ayah.

Semoga aja papa ada di sini. Gue bisa ketemu dia.

Indira penasaran. Cerita apa lagi yang akan ia dapati tentang ayahnya. Kebaikan apa lagi yang Aaron lakukan di kota ini.

Senyum di wajah Indira tak bisa menghilang membayangkan cerita-cerita yang akan menantinya.



~~~



Pagi datang dan Indira sudah bersiap untuk mencari keberadaan ayahnya. Ia bersemangat sekali sampai-sampai mengetuk pintu kamar Arka terlalu keras.

Mengejar Papa [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang