Two : Her Smile in Rhysand's Memory

1.4K 128 7
                                    

Mengapa dia tersenyum padaku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengapa dia tersenyum padaku?

Aku sama sekali tidak pernah bertemu dengannya apalagi kenal dengan gadis itu...

Apakah kami memang pernah bertemu tetapi aku lupa?

Ini adalah hari ketiga Rhysand berada di Montana karena urusan pekerjaan, dimana salah satu klien perusahaan mereka berada di kota kecil ini. Rhysand baru pertama kali mendapatkan pelanggan dari area terpencil seperti Cooke City. Sebenarnya ia tak masalah melakukan perjalanan jauh menggunakan mobilnya sendirian. Hitung-hitung menyegarkan mata dengan melihat pemandangan alam yang telah disajikan oleh Tuhan.

Rhysand Gray Anderson, seorang pria berusia 25 tahun yang berprofesi sebagai interior desainer yang bekerja pada perusahaan design terkemuka di Las Vegas. Beberapa hari lalu pimpinan perusahaan mengutus ia untuk merancang ruangan sebuah restoran asia yang akan dibuka bulan depan. Jadi estimasi waktu yang ia butuhkan untuk singgah di sini sekitar 3 sampai 4 minggu.

Saat ini, Rhysand tengah duduk di meja kerjanya; menatap lusinan kertas rancangan yang terhampar di hadapan. Ini sudah siang dan ia telah bekerja dari pagi, namun kenapa Rhysand sama sekali tidak bisa memikirkan sebuah desain yang sempurna seperti biasa. Jemarinya bergerak untuk memijat pangkal hidung berusaha fokus pada kerjaannya. Tetap tidak bisa, karena pikirannya dipenuhi oleh kejadian beberapa hari lalu tapi entah kenapa terus berputar di kepalanya untuk beberapa hari belakangan.

Flashback On*

Hembusan angin malam terasa cukup menusuk permukaan kulit, hingga mengibarkan jubah mantel panjang kecokelatan yang bertengger pada bahu lebar itu. Hari pertama Rhysand di kota kecil ini, jujur saja ia tak sangka jika udara di Montana akan jauh lebih dingin ketimbang di Las Vegas, lalu teringat bahwa tanah tempat ia berpijak saat ini memang daerah yang masih asri dikelilingi oleh pegunungan.

Gemerisik suara salju yang jatuh menimpa dedaunan itu menemani setiap suara tapak kaki Rhysand. Uap hangat tak henti keluar dari mulutnya kala ia menghembuskan napas. Saat ini pria berambut hitam legam itu memang tidak memliki tujuan, hanya berniat mengeksplor kota lebih lanjut sebelum besok bertemu dengan salah satu klien.

Rhysand hanya bisa melihat 1 atau 2 orang yang berlalu-lalang selama ia berjalan. Tentu saja, siapa yang ingin keluyuran di tengah hujan salju seperti ini dan jam juga sudah menunjuk pukul 11.54 p.m. Hingga hampir 30 menit berjalan, Rhysand memutuskan untuk berhenti, mengistirahatkan kakinya yang terasa sedikit pegal. Pandangannya beredar, berusaha untuk menemukan sebuah bangku tapi hasilnya nihil. Sepanjang perjalanan yang ia lihat hanyalah tiang-tiang lampu jalan.

Daripada tidak ada sama sekali, Rhysand menyandarkan tubuhnya di lampu jalanan itu seraya menggosokan kedua tangannya agar mendapat sedikit kehangatan. Dua irisnya masih setia mengagumi setiap jengkal pemandangan kota yang kecil namun manis ini. Suara televisi yang sayup-sayup terdengar dari salah satu rumah penduduk dan jalanan yang nyaris kosong. Sangat tenang di sini dibandingkan Las Vegas.

Beberapa menit kemudian, paku pandang Rhysand beringsut ke arah seseorang yang keluar dari sebuah minimarket. Lebih tepatnya, seorang gadis yang sedang menenteng dua buah plastik sampah berukuran besar. Entah kenapa Rhysand memperhatikan setiap pergerakan gadis itu hingga pandangan mereka tidak sengaja saling bertemu.

Bisa Rhysand lihat jika gadis ini terlihat sangat muda dan mungkin masih dibawah umur. Rambut keemasan yang terikat pita biru berterbangan akibat angin sepoi yang menerpa. Gadis ini sangat mungil, dengan tinggi sekitar 1.60 meter tubuhnya nampak tenggelam dalam balutan jaket tebal. Lampu jalanan yang menjadi sandaran Rhysand tadi hanya mampu menyorot sedikitnya wajah gadis itu.

Tunggu dulu, kenapa dirinya malah memperhatikan gadis yang tidak ia kenal?

Kesadaran Rhysand mendadak kembali ketika ia bisa melihat gadis itu menyunggingkan senyum. Apakah ia tersenyum untuk orang lain? Tidak mungkin, selama beberapa menit berdiri di blok ini Rhysand sama sekali tidak melihat orang berlalu lalang kecuali seorang gadis yang barusan masuk ke dalam minimarket.

Jadi senyum itu ditujukan untuknya?

Tidak paham karena harus bagaimana seolah senyum itu mengunci setiap syaraf otaknya hingga Rhysand tidak tahu harus berbuat apa. Jadi ia lebih memilih balik badan dan melangkahkan kaki menuju motel tempat ia menginap, meninggalkan nona muda yang masih setia mematung ditempatnya. Niat Rhysand untuk berkeliling hingga dini hari, ia urungkan karena mendadak ia tidak bisa berpikir jernih.

Flashback Off*

Rhysand berdiri dari kursinya, meregangkan tubuh yang terasa pegal. Kantung mata yang menghitam akibat kurang tidur selama dua hari. Karena pekerjaan? Bukan. Karena gadis semalam? Sepertinya iya karena setiap kali ia memejamkan mata kilas balik senyuman itu akan muncul lagi dalam ingatannya. Senyum yang disunggingkan hanya untuk sekian detik namun nampak sangat tulus.

Oh c'mon it's just a smile!

Rhysand tiada hentinya merutuki diri sendiri karena dengan berani teringat akan sosok gadis yang sudah pasti ia masih di bawah umur. Banyak orang akan tersenyum padanya kala berpapasan atau bertemu, tapi Rhysand tahu betul senyum mereka hanyalah sebuah bentuk formalitas atas keramah-tamahan, itupun dari orang yang Rhysand kenal.

Sesungguhnya, Rhysand sama sekali tidak paham apa yang sedang terjadi padanya.






TBC

Heavenly Adoration [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang