Thirty Nine : The Enigma of Fractured Heart

256 55 72
                                    

"Aku harap kita bisa kembali ke hidup kita yang dulu," ucap Lleana tiba-tiba sembari menatap ke arah luar jendela mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku harap kita bisa kembali ke hidup kita yang dulu," ucap Lleana tiba-tiba sembari menatap ke arah luar jendela mobil.

"Kapan yang kau maksud, sayang?"

"Ketika semuanya masih sederhana. Di Montana aku hanya perlu pergi sekolah, bekerja paruh waktu, dan membantu ayah ibu menjaga toko roti. Begitu juga denganmu, dulu kau hanya perlu bekerja menemui klien, mendesain, lalu di penghujung hari kau akan menjemputku bekerja, sembari membawakan kotak bekal hangat berisi masakanmu, kemudian kita akan makan bersama di taman. Di tempat kita dulu semuanya terasa hangat dan menyenangkan. Dan di mana kita sekarang, semuanya terlihat gelap, dingin...dan sunyi."

Dalam keheningan yang menghampiri, Lleana tidak mendengar sautan apa pun dari Rhysand, matanya melintas pada suaminya yang juga tenggelam dalam pemandangan yang sama.

"Sejujurnya.....sama. Aku juga berharap kita berdua bisa kembali ke masa lalu, di mana kita berdua bahagia dan bebas. Aku yakin kau yang lebih paham apa itu arti kebebasan daripada aku. Aku bahkan rindu hal terkecil seperti membeli eskrim dari truk eskrim kesukaanmu itu." Rhysand menatap Lleana yang masih setia memandang lahan kosong di hadapan mereka. Rhysand dan Lleana sedang istirahat di sebuah lahan parkir yang sangat luas dari sebuah minimarket. Minimarket ini berada di antah berantah dan Lleana sendiri tidak yakin ini berada di mana.

Dalam samar gelapnya keadaan Lleana, ia terus bergantung pada Rhysand dengan penuh keyakinan yang tak tergoyahkan. Meskipun suasana hatinya serasa terbenam dalam bayang-bayang suram, Lleana tak bisa melepaskan diri dari belenggu cinta yang telah memperbudaknya. Ia merasa seakan-akan hidupnya hanya ada dalam lingkaran yang dibentuk oleh Rhysand, dan dalam bayangan itu ia merasa selamat juga merana.

Namun, di balik semua itu, tersembunyi juga keinginan yang dalam di lubuk hati Rhysand. Ia merasa Lleana pantas mendapatkan pengalaman hidup yang lengkap dan bebas, melalui pendidikan yang tak ternoda dan masa remaja yang penuh dengan kegembiraan. Sebelum Rhysand mencoba untuk meminta Lleana menjadi miliknya secara resmi kepada orang tua gadis itu, ia berharap Lleana dapat menikmati setiap momen berharga sebagai remaja yang bahagia dan terbebas dari belenggu yang mengikatnya.

"Aku tetap senang dengan kita yang seperti ini." Suara lembut Lleana lagi-lagi memecah lamunan Rhysand, yang membuat pria itu mengarahkan seluruh atensinya kepada sang istri, "Aku senang mengobrol bersamamu saat hujan dan udara dingin, ditemani camilan dan minuman kesukaanku, dibalut dengan selimut hangat sembari mendengar suara hujan. Damai sekali rasanya."

Pipi Rhysand mendadak tersirami oleh sentuhan lembut cinta saat Lleana melontarkan kata-kata yang mengguncang hatinya. Rhysand membiarkan jarinya menyentuh pipi Lleana dengan lembut.

"Apa kau serius dengan ucapanmu itu, Lleana? Kau senang bersamaku?"

"Entahlah, Rhysand. Apakah pada akhirnya hatiku dengan sukarela dimiliki olehmu? Setelah sekian lama berjuang untuk melindungi diriku sendiri dan menerimamu dalam waktu yang bersamaan. Aku pun tidak tahu."

Heavenly Adoration [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang