Three : Talk to Her

1.1K 122 8
                                    

Hari sudah malam dan Rhysand sedang berjalan keluar dari salah satu kafe dengan perasaan dongkol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah malam dan Rhysand sedang berjalan keluar dari salah satu kafe dengan perasaan dongkol. Ya, dia sudah selesai menemui kliennya dan sepertinya dewi keberuntungan sedang tidak berpihak karena klien hari ini kurang menyukai desain Rhysand. Sebagai sosok yang diakui berkompeten dalam bidangnya, Rhysand baru pertama kali menghadapi klien yang tidak suka dengan rancangan yang ia buat.

Ya, memang dia akui sejak beberapa hari lalu ia masih saja tidak bisa sepenuhnya fokus pada pekerjaan. Tidak seperti seorang Rhysand yang senantiasa disebut sebagai workaholic oleh rekan kerjanya. Mau tidak mau ia harus membuat ulang rancangan itu. Sungguh hari yang melelahkan, dari pagi buta ia harus membuat rancangan hingga petang, lalu harus berangkat bertemu klien.

Tiba-tiba Rhysand menghentikan langkah kala mengingat penyebab ia bisa tidak fokus seperti ini, dengan yakin ia berbelok arah dan sudah pasti itu bukan jalan menuju motel. Coba tebak kemana Rhysand akan pergi? Betul sekali, minimarket tempat di mana ia bertemu gadis itu.

Ketika sudah tiba di jalan seberang minimarket, Rhysand tidak langsung berusaha mendekati Lleana yang sedang membersihkan meja depan. Ia berhenti dulu karena melihat ada seorang remaja laki-laki berjalan menuju minimarket dan Rhysand penasaran apakah Lleana akan memberikan senyum pada semua orang atau memang hanya untuk Rhysand?

Jarak antara Lleana dan pemuda itu sudah berdekatan. Detik selanjutnya entah kenapa ada perasaan senang menyelimuti relung hati Rhysand. Terlihat Lleana menyadari keberadaan sang pemuda dan gadis itu hanya tersenyum sedikit. Bisa Rhysand lihat dengan jelas, senyum itu berbanding terbalik dengan senyum yang Lleana berikan padanya beberapa malam lalu.

Jadi, senyuman manis itu memang hanya untukku.

Sebenarnya, mampu melihat Lleana kembali dengan mata kepalanya secara langsung saja sudah membuat ia sedikit senang ditambah dengan Rhysand mengetahui fakta bahwa senyuman manis Lleana hanyalah untuk dirinya membuat pria itu sangat senang hingga lupa akan niat awalnya kemari.

Yakin tidak yakin, Rhysand melangkah dengan tidak melepaskan paku pandangnya terhadap Lleana yang belum menyadari keberadaan Rhysand. Tiba-tiba saja pria bernetrakan langit malam itu memiliki sebuah ide yang ia sendiri tidak tahu akan berhasil apa tidak.

*Bugh*

Rhysand menjatuhkan tas yang ia jinjing ke tanah, menciptakan suara sedikit berdebum. Sengaja ia lakukan agar Lleana melihat ke arahnya.

Lihat aku

Lihat aku

Kumohon lihatlah aku

Deg!

Usaha Rhysand benar-benar membuahkan hasil, karena saat ini matanya sama sekali tidak berniat untuk melepaskan pandangannya dari Lleana.

Mata itu.

Bibir itu.

Kilauan rambut itu.

Semuanya terlihat sangat jelas dalam pandangan Rhysand diakibatkan oleh jarak mereka yang bisa dibilang lumayan dekat.

"Apa kau baik-baik saja, Sir?"tanya Lleana ketika melihat Rhysand yang malah melamun bukan mengambil tas jinjing yang masih tergeletak di salju.

"Sir?" Lleana masih kekeuh memanggil Rhysand ditambah ia menggerakan tangannya di depan wajah pria itu.

"Ah ya?-"

Rhysand sedikit berjingkat kaget ketika ia melihat bahwa Lleana sudah berdiri benar-benar tidak jauh dari tempatnya, dengan posisi sudah memeluk tas milik Rhysand.

"A-aku baik-baik saja."

Detik selanjutnya terjadi sesuatu yang mampu membuat jantung Rhysand seolah akan melompar keluar dari tempatnya. Dari jarak yang lebih dekat, akhirnya Rhysand bisa melihat senyuman yang membuatnya gila beberapa hari belakangan ini. Senyum yang entah kenapa mampu menghapus setiap rasa lelah dan stres yang Rhysand alami.

"Syukurlah. Aku sedikit panik ketika Tuan tidak bergerak sama sekali tadi."

Terlihat Lleana menghela nafas lega.

Tunggu, apakah gadis muda ini baru saja mengkhawatirkan aku? Opini bahwa Lleana yang mengkhawatirkannya merupakan ide yang bagus. Begitu pikir Rhysand.

Beberapa detik kemudian, Lleana menyodorkan tas Rhysand yang sudah ia bersihkan dari salju yang menempel. Ketika Lleana bergerak mendekat, gadis itu sedikit terkejut sekaligus merasa bodoh karena ia baru sadar siapa pria di hadapannya itu.

Sosok tinggi nan gagah dengan dua manik hitam legam dan rambut yang menyentuh pucuk telinga. Dia adalah pria yang ia senyumi beberapa hari lalu. Tidak ia sangka hari ini akan bertemu lagi dan bahkan mereka sedikit berbicara.

Jujur saja, Lleana sempat terkagum akan ketampanan pria ini, namun ia ingat bagaimana pria ini mengacuhkan senyumannya beberapa malam lalu. Tapi, melihat kejadian sekarang Lleana menjadi berasumsi jika pria ini memang suka melamun atau mungkin memiliki sebuah kelainan (?)

"Jika Tuan butuh, minimarket kami menjual beberapa obat pereda rasa sakit."

Rhysand sempat mengernyitkan dahi karena ucapan Lleana. Tapi, sepersekon kemudian ia sadar bahwa Lleana mengiranya sedang tidak sehat. Senyum tipis terbit di wajah Rhysand, sangat tipis hingga Lleana saja tidak sadar.

"Terima kasih, Nona. Tapi aku baik-baik saja. Aku akan pamit sekarang karena hari sudah larut."

Sungguh sebenarnya Rhysand ingin sekali menetap di situ untuk beberapa waktu, tapi sekali lagi ia tidak ingin dicap pria aneh karena berduaan dengan seorang anak gadis.

"Baiklah, Tuan. Semoga malammu menyenangkan!" ujar Lleana ramah. Dengan berat hati Rhysand melangkahkan kaki untuk kembali ke motelnya, bahkan ia tidak yakin apakah malam ini ia bisa tidur atau tidak karena malam ini untuk pertama kalinya Rhysand mendengar suara Lleana.

Suara yang memabukkan hingga membuat Rhysand lupa untuk menanyakan nama gadis itu.

Sial.






TBC

Heavenly Adoration [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang