Nineteen : Insanity

383 40 0
                                    

Rhysand sedang keluar karena ada urusan dengan klien, begitu kata Rhysand pada Lleana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rhysand sedang keluar karena ada urusan dengan klien, begitu kata Rhysand pada Lleana. Sudah 1 bulan sejak kejadian itu. Kejadian dimana Lleana diculik oleh kekasihnya sendiri. Gadis berambut emas itu berbaring di atas ranjang, dua manik menerawang langit-langit sedangkan pikirannya berkelana kemana pun yang ia bisa. Ia merindukan segala hal. Orang tua yang sangat ia sayangi, sekolah, Claire dan Sophia, toko donat, bahkan ia merindukan pekerjaannya yang membosankan di minimarket itu. Semuanya. Hidup terasa mudah dan sederhana ketika sebelum bertemu dengan Rhysand.

Ia tertawa getir, bulir-bulir air mata terjun bebas membasahi sprei yang sedang ia tiduri. Tangis dalam diam berubah menjadi isakan, Lleana membiarkan diri hanyut dalam jurang kesedihan dan putus asa yang mendalam. Sudah berapa lama ia di sini, 1 minggu? 1 bulan ? Atau bahkan 1 tahun ? Haha tidak mungkin 1 tahun. Waktu terasa berjalan sangat lambat.

*Drrt drrt*

Lamunan Lleana dipecah oleh suara ponsel yang berdering di atas nakas. Dua hari lalu, Rhysand memberikan Lleana sebuah ponsel kecil yang sudah disetting untuk bisa menelepon hanya ke 1 nomor . Ya, hanya nomor Rhysand. Lleana sudah mencoba berulang kali menelepon polisi atau orang tuanya, bahkan ia membongkar ponsel itu untuk mengutak-ngatik siapa tahu berhasil. Hasilnya tetap nihil. Pria ini benar-benar berpikir 1000 langkah di depan Lleana, ia sudah mengantisipasi semuanya.

Dengan malas, Lleana bangkit dari ranjang dan melangkah ke arah nakas untuk segera mengangkat telepon Rhysand, kalau tidak pria itu akan menggila. Helaan napas lolos dari sela bibir Lleana yang terbuka. Ia segera menempelkan ponsel itu di daun telinganya.

"Halo?"

"Temui aku di bawah," ujar Rhysand dengan nada tegas tak terbantahkan, menciptakan guratan keriput di dahi Lleana.

"A-apa aku melakukan kesalahan?"

"Tutup mulutmu dan temui aku di bawah, sekarang."

"Maaf?"

"Temui. Aku. Di bawah. Aku ingin bertanya sesuatu kepadamu."

"Tentang apa, Rhysand? Kau bisa naik ke atas dan bertanya padaku. Mengapa harus aku yang turun ke bawah?"

Lleana mematikan ponsel kecil itu dengan kasar, memasukkannya ke dalam kantong yang berada di gaun, segera ia berjalan menuruni tangga dengan napas yang naik turun, tak lupa kaki yang ia hentakan di setiap anak tangga.. Pandangan gadis itu menangkap Rhysand yang sedang duduk di sofa seraya menghisap sebatang rokok yang ada dijemarinya. Kepulan asap terhirup memenuhi relung dada. Paku pandang Rhysand berubah ke arah Lleana yang sudah berdiri dengan wajah yang merah padam.

Apa lagi yang pria ini inginkan...

"Berikan ponselmu," titah Rhysan dengan intonasi lembut yang terdengar sangat dipaksakan.

"Tidak mau."

"Berikan aku ponselmu, Lleana."

"Mengapa aku harus memberikannya? Kau yang memberikan ponsel ini kepadaku dan kau juga yang mensetting ponselku agar aku hanya bisa menghubungimu. Apa lagi sekarang?" Tangan mungil itu terkepal sangat erat. Lleana geram. Apakah semua ini masih belum cukup? Lleana memberikan Rhysand tatapan permusuhan. Rhysand tertawa, ia tidak percaya gadis manis dan penurut ini sudah berubah. Rhysand menyeka ujung matanya karena tidak bisa berhenti tertawa.

Heavenly Adoration [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang