3. MENYESAL

13.1K 959 151
                                    

“Aku mau cerai!”

Bima masih mencerna kalimat Kirana, “kamu kenapa sih, Sayang? Kok tiba-tiba ngomong begitu?”

Mulut ibu hamil muda itu kembali terkunci rapat, Bima semakin dibuat penasaran.

“Aku nggak ngerti sebelum ini kamu habis ngapain, habis nonton drakor apa atau habis mimpi apa sampai tiba-tiba minta cerai, yang jelas kita nggak akan pisah. Sampai kapan pun.”

Kirana akan menarik tangan kirinya yang bebas dari infus untuk menjauh, tapi kalah cepat karena suaminya sudah mengenggam jemarinya, erat. Perempuan berlesung pipi itu menoleh ke kiri dan mendapati Bima sedang tersenyum manis, seolah tak pernah terjadi apa-apa.

“Aku mau cerai, Mas!”
Lagi, Kirana mengulang kalimatnya. Bima hanya menggeleng.

“Aku nggak sudi hidup bersama seorang pembohong dan pengkhianat!”

Seketika Kirana menarik tangannya dari kungkungan jemari Bima. Laki-laki berjambang tipis itu menarik napas dalam, sebelum terdiam.

“Aku nggak akan rela anakku tinggal sama seorang ayah yang pembohong dan pengkhianat!”

Mendadak Bima merasa dikuliti, netra Kirana menyorot tajam bak belati yang menghunus ke ulu hati.

“Aku tahu kamu nggak training di Bandung. Selama ini kamu masih ada di kota ini, iya kan? Tega kamu bohongin aku, Mas!”

“Hh … Kiran, bisa aku jelasin. Kemarin ak-“

“Nggak perlu! Aku udah tahu semuanya.”

Sekuat tenaga Kirana menahan cairan di pelupuk matanya agar tak kembali luruh. Ia tak mau terlihat lemah di depan Bima.

“Siapa Rani?”

Kirana bisa melihat perubahan air muka suaminya saat mendengar nama perempuan yang sering berbagi kata mesra dengan Bima. Bak maling yang tertangkap basah, suami Kirana hanya bisa menelan ludah dan menunduk.

“Sejak kapan, Mas?”

Perempuan berambut lurus itu memulai interogasinya, ia ingin mendengar jawaban jujur dari sang suami tercinta.

“Jawab, Mas!”

Bima memijat keningnya sebelum berkata, “aku … minta maaf, Sayang. Aku khilaf.”

Kirana menggeleng tak percaya mendengar jawaban suaminya yang mengisyaratkan kebenaran atas semua bukti-bukti yang ia lihat.

“Kenapa, Mas?”

Manik cokelat itu sudah mulai berkabut, satu kedipan berhasil meneteskan cairan bening yang sedari tadi sudah Kirana tahan.

“Iya, aku akui aku salah, aku udah jahat sama kamu, Kirana. Please … maafin aku.”

Bima berusaha mengusap bulir air mata di pipi Kirana tapi lagi-lagi tangannya ditepis, “jangan sentuh aku! Aku jijik sama kamu, Mas!”

Suami Kirana itu kini hanya bisa terduduk lesu di kursi samping brankar. Rasanya penjelasan apapun tak akan berguna bagi Kirana saat ini. Dalam hati Bima menyesali kecerobohannya sendiri yang lupa menghapus riwayat pesan Rani, dan lupa memberi tahu perempuan mudanya untuk tak menghubunginya jika sedang di rumah.

“Pulang dari rumah sakit, aku mau tinggal di rumah Mama.”

“Kiran, Sayang … kamu kan lagi hamil. Sebaiknya kamu di rumah, Sayang.”

“Justru karena aku lagi hamil. Aku mau nenangin diri, aku nggak mau ketemu kamu sampai proses perceraian kita selesai.”

“Tapi, Ki-“

BEKU ✔️Where stories live. Discover now