5. SEPI SENDIRI

10.2K 816 113
                                    

Satu tamparan keras membuat pipi kiri Bima terasa pedas. Laki-laki jangkung itu hanya diam terpaku, seolah pasrah menerima hukuman dari sang istri.

“Pulang kamu, Mas! Pergi!” Kirana menunjuk ke arah pintu.

“Kiran …”

STOP! Diem disitu!” Bima terpaksa menghentikan langkahnya.

"Aku nggak mau liat kamu lagi Mas! Sekarang kamu pergi dan silahkan temuin perempuan itu lagi!"

"Kirana, please ...kasih aku kesempatan buat jelasin." Kirana menggeleng.

"Aku nggak ada niatan buat selingkuh. Aku cuma iseng ikut tantangan anak-anak kantor."

Kalimat Bima justru semakin memancing emosi Kirana. Mata beningnya membulat memancarkan amarah.

"Apa kamu bilang? Iseng? Tantangan? Hh! Segampang itu kamu bilang iseng?"

Kirana menggeleng tak percaya mendengar penjelasan Bima. Laki-laki berjambang tipis itu hanya bisa mengangguk lemah.

“Aku minta maaf, Sayang. Aku khilaf.”

"Tolong pergi sekarang, Mas. Aku capek! Aku mau istirahat."

"Kirana ...."

Bima akan memeluk istrinya, tapi Kirana beringsut dan berjalan menuju pintu lalu membukanya. Tanda suaminya harus segera pergi dari kamar.
Dengan berat hati, Bima akhirnya berjalan ke arah pintu. Sebelum pergi, mantan pemain band itu mengecup pucuk kepala istrinya. Kirana membuang muka.

"Aku pulang dulu yah, kamu harus banyak istirahat. Jangan lupa minum vitamin. Aku pasti bakal kangen banget sama kamu, Kiran."

Kirana tak menanggapi pesan suaminya. Segera ia menutup pintu dan menguncinya saat Bima baru saja keluar. Kali ini air mata kembali membanjiri pipi mulusnya.

Ibu hamil muda itu terduduk lemas di lantai dan bersandar ke pintu. Ia tak menyangka kepercayaannya bertahun-tahun tergadai begitu saja hanya demi sebuah tantangan. Malam ini Kirana akan mulai membiasakan diri tidur sendiri berteman sepi, tanpa Bima di sisi.

Sementara Bima segera kembali ke rumah, usai berpamitan dengan kedua mertua. Laki-laki berjambang tipis itu yakin jika Kirana tidak benar-benar akan bercerai dengannya. Ia percaya istrinya masih sangat mencintainya, apalagi ada buah cinta mereka yang kini bersemayam di rahim Kirana.

Bima pun siap menerima konsekuensi dan hukuman apa pun dari Kirana maupun keluarganya, asal bukan perceraian. Dan malam ini ia akan menyelesaikan hubungan gelapnya dengan si perempuan malam.

****

Pagi menjelang, matahari kian menjulang. Bima mulai mengerjap dan matanya menyipit karena sinar yang terang benderang menyelusup di sela-sela tirai.

Suami Kirana mulai menyadarkan diri dan menyeret nyawanya kembali dari alam mimpi. Betapa terkejutnya Bima saat melihat angka 08:10 pada jam digital di nakas.

"Astagaaaa! Udah jam delapan!"

Bima terlonjak dari kasurnya dan setengah berlari menuju kamar mandi. Tapi sebelumnya ia mencari-cari kain handuk.

"Sayaang ... Kiran ... liat handuk aku nggak? kamu kok nggak bangunin aku sih?" Cerocos Bima sambil membuka lemari baju, matanya awas mencari sesuatu.

"Sayaaang ... kamu taruh handuk dimana? Udah kesiangan nih. Kirana ...."
Gagal menemukan yang dicari, Bima lalu keluar kamar dan menuruni tangga. Berharap menemukan handuk sekaligus istrinya yang ia duga sedang memasak di dapur.

Namun, langkah Bima terhenti di ujung tangga. Saat menyadari tak ada seorang pun di rumah selain dia. Dapur yang biasanya mengepul di pagi hari, terasa hening dan rapi.

BEKU ✔️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant