Suasana hening dan damai kini mulai sirna berganti dengan kegaduhan yang saling bersahut menyudutkan satu sama lain. Ketika seorang guru datang bersama dua orang asing yang tak pernah bertemu, kini mereka sudah berdiri didepan kelas menyita semua perhatian kepadanya dan mulai berbicara apa tujuannya datang kemari.
Ia mengaku seorang donatur dari sekolah ternama namun juga rahasia hanya sedikit yang mengetahuinya, mereka akan mengambil satu dari setiap sekolah yang mereka minati untuk pergi bersamanya dan itu keputusan mutlak yang tak bisa digugat oleh siapapun karna sudah ada kesepakatan bersama.
Dari sekian lama tak pernah mengambil anak dari berbagai sekolah kini mereka datang kesekolah swasta biasa yang berada didalam perkampungan, hal itu menyebabkan kegaduhan ditempat tersebut yang tak pernah diduga bisa terjadi begitu saja.
Ada gosil yang mengatakan tempat itu tak sehat tapi bukan sakit dimana jika ada yang masuk kesana mereka tidak akan tenang, penghuninya dihuni oleh orang aneh semacam gila yang tak pernah terjadi, sehingga tak ada yang mau pergi kesana dan menyebabkan kegaduhan yang saling menyudutkan.
Keputusan pun diambil secara bersama ketika ada yang mengusulkan bahwa ada yang terlambat itu yang akan ikut bersama mereka sebagai hukuman, karna setiap pelanggaran akan mendapat sanksi dan untuk hari ini sungguh tak beruntung.
Pandangan pun mengarah kepada seorang gadis remaja yang baru saja masuk kelas setelah mengucapkan salam dan mendapat izin untuk masuk, ia terlihat begitu lelah juga berkeringan karna terburu buru ketika pagi sudah siang.
"Pak maaf saya terlambat"
"Pak dia terlambat jadi pergi dengan mereka" gadis itu berdiri dengan linglung tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan, pergi kemana memangnya, bahkan ia baru saja sampai kenapa disuruh pergi.
"Karna kamu terlambat, dengan berat hati saya mengatakan bahwa kamu harus ikut bersama mereka sebagai hukuman karna sudah terlambat hari ini" ia semakin bingung dengan ucapan guru tersebut, membuat otaknya blank seketika karna tak bisa memahami segalanya apa yang sedang terjadi, Namun ucapan dua orang asing itu membuatnya sangat terkejut.
"Dengan adanya kesepakatan jadi kamu ikut bersama kami sebagai siswa baru, semua pasilitas sudah disediakan cukup mengikuti aturan yang sudah berlaku" kebingungan semakin melanda entah apa yang harus ia lakukan dan perbuat antara menerima atau menolak namun keduanya sama sama memiliki resiko yang cukup serius terlebih lagi untuk mendapat izin dari keluarga cukup susah terutama sang ayah.
"Kami yang akan mengantarmu pulang untuk meminta izin dengan keluarga dan langsung berangkat sekarang juga karna sudah tak banyak waktu lagi" tatapan sulit diartikan kearah setiap penjuru kelas sudah jelas dari tatapan mereka yang mengancam jika menolak seolah berkata 'pergi kau tak ada artinya' bahkan ada yang bicara secarang langsung sungguh membuat hatinya berdenyut nyeri ternyata tak ada yang mau menerimanya lagi seolah ia diusir secara paksa namun halus.
"Dia pasti tersiksa karna penghuninya gila semua hahahaa."
"Itu sih udah pasti hahahaa."
"Akhirnya pergi juga kenapa gak dari dulu aja sih."
"Gw mau aja ikut sama mereka tapi masih sayang nyawa gak mau mati muda hahahaa."
"JANGAN PERGI."
Dengan ragu ia anggukan kepala lalu berpamitan kepada semua warga sekolah untuk pergi, ketika sampai diluar terdengar tawa bahagia ada juga yang sedih terutama sahabat baiknya namun ia hanya diam dan menunduk dengan sakit terselip marah tak bisa diungkapkan dengan kata kata.
Awalnya keluarga tak terima bahkan marah jika anaknya akan dibawa begitu saja oleh orang asing yang entah dari mana dengan mudahnya pihak sekolah mengizinkan, namun dengan santainya mereka menjelaskan dan menjamin kehidupan putrinya akan terjamin sehingga diperbolehkan untuk pergi dengan memenuhi semua kebutuhannya.
Selama perjalanan hanya ada keheningan, ia melihat keluar dengan pandangan kosong memikirkan semua yang sudah terjadi padanya selama ini, rasa sakit pun mulai terasa ketika mengingat semua perkataan pedas kepadanya yang membuat batinnya tersiksa, tanpa sadar ia tertidur dengan air mata yang mengalir. Ia hanya membawa pakaian seperlunya yang dibutuhkan nantinya karna sisanya sudah tersedia.
Dari mulai rumah, biaya keperluan sekolah maupun sehari hari sudah disediakan dengan lengkap tanpa ada kekurangan satu pun, ia cukup jadi anak baik saja itu lebih bagus.
YOU ARE READING
Ku Ukir Cinta Dihatimu (on going)
General FictionKau tau namamu begitu indah terselip dihati, namun sangat sulit untuk kumiliki. Kesunyian seolah bertanya siapa pemiliknya dan aku hanya diam tak bisa berkata. Bisakah kau katakan pada mereka siapa pemilik hatimu sebenarnya.