Chapter 18

6.7K 506 12
                                    

Malam yang sunyi.

Mansion Kao sangat sunyi hanya ada suara gemericik air dari air mancur taman.

Joss dan Gulf sedang duduk di taman sembari membahasa semua rencana mereka.

"Joss ku harap kau tak melakukan kesalahan, dan ikuti semua perintahku ingat itu!"

"tenang saja Gulf"

"Gulf!" Terdengar samar samar suara Kao dari ruang tamu.

"Kao?" Joss langsung berdiri dan menjauh dari Gulf, agar Kao tak curiga akan kedekatan mereka.

"Gulf kau di sini, cepat masuk dan ayo makan malam" Kao menghampiri mereka berdua dan memegang tangan Gulf.

"Kao aku sudah makan tadi jadi kau makan saja" Ujar Gulf.

"Kalau begitu masuklah ke kamar ini sudah malam" Kao melepas genggaman tangan Gulf lalu berjalan masuk dan di ikuti oleh Joss.

"shit!, perutku mual lagi" Perut Gulf mulai mual kembali, Gulf langsung berdiri lalu berlari ke kamarnya.

"Kenapa mual begini sih" Gulf mendudukan dirinya di lantai kamar mandi.

"Hoekk"

"Hoekk"

Gulf keluar dari kamar mandi dan langsung mengambil Vitamin yang ia sembunyikan di saku celananya.

"Semoga ini membantu"

Gulf menelan satu pill Vitamin, dan berbaring di atas tempat tidurnya.

Kao masuk ke kamar Gulf dan langsung menghampiri Gulf.

"Gulf kau kenapa?" Tanya Kao.

Gulf sebenarnya tidak ingin dekat seperti ini dengan Kao tetapi demi rencananya ia harus tetap melakukan ini, ya bersifat sok baik di depan Kao.

"Ntah lah perutku sedikit mual" Gulf mulai mengelus perutnya perlahan.

"Ku panggilkan dokter ya?"

"boleh saja" Jawab Gulf.

Selang beberapa menit dokter pribadi Kao sampai.

"Permisi"

"Silahkan Dok" Kao berdiri dari ranjang Gulf dan duduk di sofa yang lumayan jauh dari jangkauan mereka.

"Tuan merasakan apa saja?" Tanya dokter itu.

"Perutku sangat mual dok, kepalaku pusing" Jelas Gulf.

"Oke sebentar saya cek dulu ya"

Dokter mulai menge-check Gulf.

"Tuan , maaf sebelumnya apakah anda percaya lelaki bisa hamil?" Tanya dokter itu.

"ntah lah" Jawab Gulf singkat.

"Sepertinya anda mengalami itu sekarang"

"Male pregnant"

Kao yang mendengar itu kaget, ia langsung benranjak dari sofa lalu mendekat kearah dokter.

"maksud anda dok?"

"Benar Tuan, Tuan Gulf sedang hamil"

Wajah Kao berubah menjadi sangat senang, mendengar Gulf hamil. Ia dan Gulf memang pernah melakukan hubungan intim saat hari pertama Gulf di culik.

"Kalau begitu saya pamit dulu, jangan lupa jaga kesehatan tuan Gulf" Dokter pun keluar dari kamar Gulf.

Gulf tersenyum licik melihat Kao, rencana Gulf berhasil Kao tidak tau bahwa anak yang ia kandung adalah anak Mew.

"Gulf kau hamil!" Kao memeluk Gulf.

Gulf sama sekali tak membalas pelukan Kao.

"Gulf kau istirahat dulu ya" Kao merebahkan Gulf di ranjang lalu keluar dari kamar Gulf.

"Huft mudah sekali bermain dengannya" Gulf kembali mengusap perutnya.

"Phi Mew lagi ngapain ya, hm telfon aja kali ya"

Gulf mengambil Handphonenya yang ia sembunyikan di laci meja, untung saja batrai Handphone Gulf tidak lowbat jadi ia bisa menelfon Mew sekarang.

"Phi Mew~"

"Kana!"

"Kana kangen phi mew~"

"phi juga sayang, tunggu sebentar lagi ya, kita akan terlepas dari Kao"

"heem, oh iya phi masa Kao percaya kalo anak yang aku kandung itu anaknya"

"kenapa dia bodoh sekali"

"ntah lah, phi~ baby ingin bertemu daddynya"

"benarkah, babynya yang ingin atau papanya yang ingin bertemu dengan daddy?"

"ih phi mew, udah ah kana tutup dulu, babayy~"

"kenapa?, kana marah ya?"

"nggak, kana ngantuk"

"yaudah, selamat malam, dan selamat tidur sayang"

Gulf mematikan telfonnya sepihak, akhirnya ia bisa mendengar suara sang kekasih walaupun hanya lewat telfon. Setidaknya ini bisa mengurangi sedikit rasa rindu Gulf.

.

.

.

"Bright sahamnya turun drastis"

Bright sangat senang mendengar perkataan Nine.

"benarkan kerja yang bagus!" Bright sudah menyelesaikan satu pekerjaannya sisa satu pekerjaan lagi yaitu menghabisi semua pasukan Kao.

"Sayang, kau bisa membantuku kan?" Ucap Bright.

"Kenapa?, beraksi lagi?" Tanya Win.

"Heem, ini terakhir deh janji"-Bright

"terakhir bulan ini maksudmu?" -Win

"terakhir minggu ini"

"bole ya?" Sambung Bright.

Sebenarnya Bright bisa menyelesaikan semuanya tanpa bantuan kekasihnya tetapi ia hanya ingin menghabiskan waktunya bersama sang kekasih dengan cara yang berbeda.

"Iya akan ku lakukan" Ujar Win.

"makasi winniee~" Bright langsung memeluk Win hangat, sudah lama mereka tidak berpelukan seperti ini.

"ekhm" Nine masih di sana dan menyaksikan sepasang kekasih itu sedang berpelukan,Bright dan Win langsung melepas pelukan itu.

"Bright, sepertinya kau bisa melakukan rencana itu besok" Ujar Nine.

"Kita harus tunggu kak Mew dulu" - Bright.

"Telfon saja dia"

Bright langsung mengambil handphonenya dan menelfon sang kakak.

"halo kak"

"kenapa?"

"masalah saham sudah tuntas"

"baiklah, beso kita bicara"

Tutt

Telfon di matikan sepihak oleh Mew.

"Bagaimana Bright?" Tanya Nine.

"Beso kita bicarakan lagi bersama kak Mew" Ujar Bright.

TBC.

Mafia X Baby [END] Where stories live. Discover now