bag: 01

877 109 64
                                    

Pernah dengar jokes ini?

Saat kamu remaja pasti punya salah satu bi. Bisexual atau bipolar.

.

Menitipkan dagangan dikantin untuk tambahan uang jajan. Apa yang kau pikirkan? Seorang murid baik hati kelas menengah bawah yang mengandalkan beasiswa, memiliki wajah yang rupawan, tidak disukai banyak orang dan memiliki kekasih badboy tajir yang digandrungi seantaro sekolah?

Mungkin sekali berpikir seperti itu, jika fantasi kalian yang terlalu terkontaminasi kisah cinta remaja sma yang menggelitik dan pastinya happy dan good ending. Tapi tidak. Sekarang keluar dari halaman cerita membosankan ini.

Orang-orang memanggilnya jeje. Teman dan murid yang biasa saja, tidak mendapat beasiswa karena otaknya yang biasa saja juga. Memiliki lingkaran pertemanan yang normal. Bermain video game, dihukum karna tidak mengerjakan PR, dan nonton JAV disaat ingin. Ya remaja pada umumnya bukan?

Bedanya, dia tidak terlalu memiliki banyak waktu untuk hangout bersama teman lainnya.

Tentu saja jeje juga memiliki akal dan tau diri. Omong kosong jika ada yang bilang main sama temen ya main aja ngapain mikir ada duit apa kagak.

"Lo anjing kalo ngomong kaya gitu."

Dua kali pernah percaya. Memang segalanya dibayarin, tapi mata temannya mencuri lirik saat ia mengambil batang rokok kedua.

Berikutnya main ditempat yang jauh, rumah jeje yang memiliki arah yang berbeda dari lainnya. Benar diantar pulang. Tapi dia harus berjalan 5km lagi karena alesan temannya yang disuruh cepat pulang, padahal karena jarum Speedometer temannya mendekati E.

Sudah pulang jalan kaki, sampai rumah kena hantam ayahnya, suara kedua adik kembarnya yang menangis merengek meminta pasang wifi, lalu adik pertamanya yang marah karena diganggu belajar meminta sang ibu yang sedang masak makan malam untuk memarahi adik kembarnya itu

Cukup.

Akhirnya ia hanya akan ikut jika ada duit, dan memastikan jika tempatnya tidak terlalu jauh.

Satu hal yang jeje benar-benar syukuri adalah bisa lolos tes masuk SMA negeri enam bulan yang lalu. Pulang dari pengumuman, ibunya memasakan nasi kuning dengan segala macam lauk pelengkapnya (minus daging). Ayahnya menepuk punggungnya tiga kali tanpa memudarkan senyum lebarnya, ketiga adiknya yang cengengesan dengan mulut penuh dan beberapa butir nasi menempel disana-sini dan ibunya yang menangis haru.

Jelas saja. Masuk negeri akan mengurangi begitu banyak pengeluaran. Mungkin pada awalnya orang tua jeje pasrah seperti Tes masuk smp dulu, dan mengira ia tidak lagi lolos. Spp smp swasta saja sudah membuat mereka hampir lupa rasanya ayam. Mungkin jika meneruskan sma swasta jeje hanya bertahan beberapa bulan lalu mengikuti jejak ayahnya merenovasi rumah orang. Atau jika ngotot lagi pindah ke kosan petak dan makan nasi garam selama tiga tahun.

"Je, ngikut gak nyebat dibelakang?"

Chan. Teman kelasnya, yang selalu menawari rokok tapi tidak mengharapkan kita benar-benar mengambilnya. Tidak naik kelas hingga ia memanggilnya bang.

"Kagak bang. Skip"

"Aelah, ini gw kasi sebatang. Beneran gw kasih, tapi elo doang yang lain kagak. Sumpah dah."

"Hehe yaudah deh bang chan cakep banget kagak bohong"

Keduanya berjalan menuju kamar mandi ujung yang jarang dipakai karna jaraknya yang terlampau jauh. Jadi tidak kaget jika dijadikan anak-anak tempat merokok diam-diam. Ditegur? Tentu saja tiap senin selesai upacara. Tapi namanya juga murid? Semakin dilarang terasa begitu ingin dilanggar.

Addition || HYUNJEONGWhere stories live. Discover now