bag: 06

464 93 27
                                    

Sebenarnya mengapa ada antagonis dalam cerita, ketika kalian jelas mengerti dosa itu nikmat?

.

Sehari setelahnya jeje enggan masuk sekolah. Hyunjinpun masih sedia disana, meski berkali-kali jeje bilang semuanya akan baik-baik saja.

Kembar menangis kencang melihat ayahnya dirumah sakit dengan kaki kiri hanya sampai lutut. Jeje lagi-lagi kembali bermain kata, mengajak adik-adiknya untuk dewasa lebih cepat

"Ayah kerja mulu, sama Allah dipinjem kakinya. Sekarang ayah dirumah terus nemenin bunda sama lu pada. Ayah udah enggak bisa kerja kan ki. Jadi kita harus lebih hemat, gaboleh iri-iri lagi sama temen disekolah, gaboleh ngamuk-ngamuk sama bunda! Kalo lu pada tetep kelakuan kaya setan nanti abang kasih aja ke mbak kunti sama bang ruwo ya!"

.

.

.

Malam itu hari kedua setelah kejadian di rumah sakit. Adik-adiknya sudah tidur, jeje bersiap ke rs untuk tidur disana sekalian gantian menjaga ayahnya.

Hyunjin sudah pergi duluan, tinggal chan yang menunggu dimotor untuk mengantar jeje. Saat akan berpamitan tiba-tiba saja bunda memeluknya sambil menangis.

"Maafin bunda ya bang, gabisa jadi orang tua yang baik"

Jeje sudah akan mengeluarkan kata-kata penenangnya, sebelum kalimat berikut yang benar-benar ia tak sangka.

"Bunda udah menyerah tanpa usaha. Bunda punya uang tabungan, buat beliin motor abang buat jaga-jaga sekolahnya abang..."

"..,tapi kemarin bunda ga bilang sama abang. B-bunda pikir lebih baik ayah ga ada aja..."

Benar. Faktanya mereka masih tetap manusia bukan? Mengeluarkan uang sebegitu banyaknya, sementara mereka dapatkan adalah kepala keluarga yang jelas tak bisa lagi menafkahi mereka.

Toh akhirnya mereka harus bekerja lebih keras lagi untuk kembali mencari hidup.

Tak ada yang salah. Atas kehendak apa ia bisa menghardik seorang perempuan yang tiap hari harus bangun dengan menjalani tugas ibu dalam keluarga, pun bekerja tanpa ada istirahat, ah~ dan berpikir makan apa anak-anaknya di esok hari?

Jeje hanya diam, mengelus lembut punggung ibunya yang menangis terisak.

Tak ada yang tau. Ia memarahi resepsionis untuk menyelamatkan ayahnya, tapi dalam hati berdoa pada waktu agar berputar lebih cepat.

Ia berdoa untuk hilang rasa sakit ayahnya dengan cepat.

Ya jeje sempat berharap sang pencipta segera mencabut nyawa ayahnya...

Mereka benar-benar seorang manusia bukan?

Tak ada lisan yang sanggup jeje keluarkan. Memilih tersenyum kecil lalu meninggalkan rumah dibonceng chan.

.


"Gw balik ya? Sori gabisa ikut jaga. Yang sabar ya je, gw tau lo"

Berat. Mulutnya hanya terbuka tak bisa membalas kata-kata chan. Memilih melambaikan tangan dan chan serta motornya menjauh pulang.

Addition || HYUNJEONGWhere stories live. Discover now