10

1K 137 2
                                    

Bismillah

Tekan ⭐

--------

"Yaya!"

"Ah, hai Gema!" Yaya menaruh selang ditanah. Setelah dirasa semua tanaman sudah disiram, ia keluar dari halaman rumahnya dan menghampiri temannya itu.

"Kau sudah pulang?"

Yaya mengangguk. "Iya, seperti yang kau lihat."

"Bagaimana keadaan kak Yusuf?" Tanya remaja itu.

"Lebih baik dari sebelumnya. Oh ya, kak Yusuf menanyakan kau. Katanya, kenapa kau tidak ikut denganku untuk menemuinya?" Ucap Yaya.

Remaja itu tersenyum. "Alhamdulillah. Kakak menanyakanku?"

Yaya mengangguk. "Dia sepertinya sangat senang dengan dirimu saat pertama lihat kau kemarin." Ucapnya terkekeh.

Remaja itu menjadi salah tingkah. "Em... memang, apa yang membuatnya menyukaiku?"

"Dia bilang, kau itu tampan sepertinya, haha, kau lucu, baik, dan satu lagi yang benar-benar aku tidak menyangka.. dia berharap..." ucap Yaya menggantung. Ia menutup wajahnya. Melihat itu, remaja tersebut mengernyitkan dahinya.

"Apa?"

Yaya menggeleng. "Ah tidak. Bukan apa-apa."

Remaja itu mendengus. "Apa? Jawab dong apa?"

"Tidak apa-apa Gema!"

"Apa apa apa apa apa?" Remaja itu menggoyangkan tubuh Yaya memaksa untuk menjawabnya.

"Dia berharap kau menjadi adik iparnya." Ucap Yaya cepat dan tanpa sadar. Lalu menutup mulutnya.

Remaja itu mengernyitkan dahinya. Ia sama sekali tidak paham dengan apa yang diucap temannya itu. "Ipar? Apa itu ipar?" Tanyanya polos.

Yaya menepuk dahinya. "Kau tidak mengerti sama sekali Gem?" Remaja itu menggeleng pelan.

***

Solar membuka pintu kamar rawat milik kakaknya. Ia melihat kakaknya yang sudah bangun. Namun, bukan tampak segar, Taufan malah terlihat murung.

Solar tersenyum tipis dan menghampiri kakaknya. Lalu ia menaruh makanan yang ia bawa ke meja. "Makanlah, kak!" Ucapnya. Tidak ada jawaban dari sang kakak.

"Kak! Kau harus sarapan!" Masih hening.

"Ck!" Solar menggeleng kepalanya. Ia melangkah sedikit dan duduk di ranjang Taufan. Solar menatap wajah kakaknya yang menunduk.

"Kau masih memikirkan yang kemarin?" Tanya Solar.

Taufan mengangkat kepalanya. "Aku yakin itu Gempa, Sol!"

"Kakak pasti salah lih-"

"Kau tidak percaya pada kakakmu ini?!" Solar tersentak. Ia berdiri karena shock.

"Bu-bukan begitu, kak. Tapi..."

"Keluar!"

Solar menunduk. Ia melangkah keluar dengan perlahan. Membuka pintu. Sebelum menutup kembali, Solar berbalik melihat kakaknya. "Sarapan jangan lupa dimakan kak!" Solar menutup pintunya.

Taufan melihat pintu yang baru saja ditutup oleh adik bungsunya itu. Ia sebenarnya merasa sangat menyesal telah membentak adiknya itu. "ARGGHH!!!"

***

Solar berjalan di koridor rumah sakit. Tampak sepi. Ia menatap lantai dengan pikiran kosong.

Solar menghela nafas. "Aku harus mencari kak Gempa." Monolognya.

HATE! | Elemental BoBoiBoy | [ON GOING]Where stories live. Discover now