Bagian 14

216 28 3
                                    


___________________________________________

Orang-orang yang terpengaruh banana fish itu terus berdatangan seakan tak ada habisnya.

Sing dan yang lainnya mulai kelelahan, persediaan peluru mereka juga mulai menipis.

'apa yang harus kulakukan?' Sing menggigit bibir bawahnya, tak jarang ia melirik teman-temannya yang sepertinya juga mulai terdesak.

"Sing! Apa yang harus kita lakukan?" Bones lari dengan panik ke arah Sing.

"Kita harus bertahan!" Sing menatap Bones yakin

"Tapi..."

"Aku yakin, Ash dan Eiji bisa mengatasi lelaki berambut biru tadi"

Sing menatap langit-langit diatasnya, bibirnya terangkat menampilkan senyumannya yang sangat jarang ia tunjukkan.

Rona wajah di kedua pipi Bones tak dapat disembunyikan, mungkin karena ini adalah kali pertamanya melihat senyuman tulus dari seniornya itu.

"Kalian sangat percaya diri ya"

Suara menggema datang dari seseorang yang berdiri dari balik tirai di ujung sana. Karena membelakangi sorot lampu, ia hanya terlihat seperti bayanga sehingga tak ada satupun yang dapat mengenalinya

"Siapa?" Tanya Bones agak panik

Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu, mereka juga tak bisa berlama-lama fokus pada lelaki itu.

Para terinfeksi banana fish masih terus menyerang mereka tanpa jeda.

"Akh! Sialan! Sing apa yang harus kita lakukan?" Tanya seorang bawahannya, ia terlihat sangat kesulitan membidik zombie-zombie itu karena jumlahnya yang terlalu banyak.

Sing tak bisa menjawabnya, jarinya terlalu sibuk menarik pelatuk sambil otaknya yang terus berputar mencari jalan keluar.

"Yahhh sepertinya kalian sudah di ambang batas. Bahkan pemimpin kalian pun tak dapat menemukan jalan keluarnya" lelaki itu bergerak dari tempatnya, ia terus maju hingga perlahan sinar lampu menampakkan dirinya.

Sing mundur beberapa langkah untuk berjaga-jaga. Ia juga mengarahkannya pistolnya dan bersiap menarik pelatuk jika lelaki itu melakukan gerakan yang mencurigakan.

"Apa kau takut?"

Jantung Sing seakan berhenti berdetak, dia tahu suara ini tidak asing di telinganya. Ia pernah mendengar suara ini disuatu tempat.

Berusaha memeriksa semua memori dalam otaknya, namun juga tak ketemu.

"Dia...." Telunjuk Bones yang bergtar menunjuk ke arah lelaki itu.

"Ada apa? Apa kau kenal?"

"K-kalian juga pasti mengenalnya"

"Apa?! Katakan cepat!" Yang lain juga malai tak sabar.

"Dia adalah...." Bones menunjuk ke Sana, telunjuknya bergetar.

Karna rasa penasaran yang meluap, Sing dengan cepat melirik ke arah lelaki itu kemudian dia membeku untuk beberapa saat.

"Y a m a m o t o" eja sing dengan suara yang begitu dalam.

"Rencana yang sempurna bukan" Lelaki itu menampakkan dirinya, ia tersenyum lebar diatas Sana dengan media tangan yang dibentangkan menikmati kemenangannya itu.

"Kauuu..." Geram Sing mengarahkan pistolnya ke atas Sana. Matanya merah menyala, ia tak percaya orang sebaik Yamamoto berada di komplotan yang sama dengan penjahat.

"Penghianat!" Sorak Sing melepaskan pelurunya.

Dengan sigap Yamamoto berpindah tempat dan lolos dari bidikan Sing.

"Penghianat? Aku bukanlah seorang sampah seperti itu" Yamamoto meraih pistol kecil dari belakang celananya, ia memainkan bends itu sembari menuruni satu persatu anak tangga.

"Kau menghianati kami!" Sorak seseorang disana yang juga sibuk menahan para zombie banana fish.

Sing menggeleng diimbangi senyumannya
"Aku bahkan tidak memihak kalian sejak awal. Bagaimana bisa aku disebut sebagai penghianat"

"Kau!!"

"Sstttttt" Yamamoto meletakkan jarinya di depan bibir.

Semua terdiam termasuk lara zombie yang seakan membeku.

Lagi-lagi senyuman lebar keluar dari bibir tipis Yamamoto, "GAME OVER" teriaknya Lalu tertawa terbahak-bahak.

Entah sinyal dari Mana, tapi para zombie it semakin menggila diiringi tawa Yamamoto.

Mereka maju tanpa rasa takut. Mengoyak dan menggigit satu persatu orang yang ada di hadapan mereka.

"Gyahahahaha bunuh mereka!! Kalian adalah alat perang yang paling cantik" Yamamoto menggila tanpa kendali. Dia benar-benar berbeda dari apa yang mereka kenal selama ini. Orang yang sekali tersenyum dan selalu membangun dengan segudang infonya Sudah tak ada lagi. Tidak, lebih tepatnya sifat-sifat itu memang Sudah tidak ada sejak awal.

"Hey, sisakan pria china itu untukku"

Bulu kuduk Sing berdiri saat dirinya ditunjuk oleh Lelaki gila yang terus tertawa di anak tangga itu. Dua body guard keluar dari persembunyiannya, menerobos antara zombie yang entah bagaimana bisa tenang lagi.

Dengan paksaan, kedua tangan Sing diseret menjauh dari teman-temannya yang juga Sudah bajir darah.

"Sing!" Sorak mereka kehilangan pemimpin yang Tiba-tiba ditarik dari mereka.

Sing meronta berusaha melepaskan diri namun percuma. Hal it malah menambah sakit tubuhnya yang Sudah dicengkram erat.

"Sisanya" Yamamoto kembali berubah, Hanya mendengar suaranya para zombie yang tadinya membeku Sudah bergerak sedikit menunggu kelengkapan perintah dari si Bos.

"BUNUH!!" Yamamoto bersorak bersamaan dengan para zombie yang mencengkram dan menggigit pasukan Sing tanpa belas kasih.

Gelak tawanya bersatu dengan suara jeritan dan erangan dari mereka yang tersiksa bersama para monster itu.

Tenggorokan Sing serasa di cekat, ia Tak mampu mengeluarkan suaranya sedikitpun. Hanya air mata yang mengalir turun dari pipinya melihat teman-temannya dibunuh tepat di depan matanya.

Kepala Sing penuh dengan suara jeritan dan bayangan darah yang muncrat dimana-mana.

Tubuhnya yang sudah lemas tak berdaya itu entah diseret kemana. Kesadarannya mulai hilang saat ia akhirnya dilemparkan ke sebuah tempat dengan alas dingin seperti besi dan tumpukan kotak kayu yang menghantam punggungnya.

-----------------------------------------------------------------

___________________________________________

BESIDE YOU [Ash & Eiji Next Story'] |Completed✓|Where stories live. Discover now