matahari : 03

89 31 0
                                    

- 16 juni 2020

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- 16 juni 2020.

langit kota terlihat sangat gelap saat kakiku melangkah masuk kedalam gedung serba putih dengan bau obat menyengat. nenekku dirawat disini, jadi aku harus menjenguknya, seorang diri. ayah dan ibuku sibuk dengan kedai nya jadi  tidak bisa datang malam ini.

"itu ada di lantai dua."

"baiklah terima kasih." dengan sweater biru langit dan celana hitam aku melangkah masuk kedalam lift yang paling dekat dengan pintu masuk. keluar saat pintu lift terbuka tepat di lantai dua. hanya perlu beberapa meter lagi untuk sampai ke kamar dimana nenekku dirawat.

jujur saja ya, bau obat-obatan dirumah sakit yang sangat pekat ini hampir membuatku mual. jika saja aku tidak makan sebelum kemari tadi, mungkin aku sudah mengeluarkan semua cairan di perutku.

aku berhenti melangkah saat melihat orang yang familiar 5 meter di depanku. seorang pemuda dan pria tua yang saling berhadapan. pemuda itu -kim sunoo-terus menerus membungkukan tubuhnya didepan pria tua itu.

aku melangkah mendekat secara perlahan. "maaf dan terima kasih pak. saya tidak akan mengulanginya." pria tua itu lantas pergi. akupun berjalan mendekati sunoo. "apa yang kau lakukan disini?" tanyaku. sorot mataku lalu beralih ke kantong plastik putih yang ada di tangan kanannya. saat ia menyadari aku memperhatikan benda itu, dengan cepat ia meletakan tangan nya di belakang tubuhnya.

"tidak ada kok." ia tersenyun lagi. namun wajahku tetap datar. "kau berbohong lagi. kemarin kau tidak masuk sekolah. kau sakit?" dia tidak menjawab. sesekali remaja kim itu menunduk dan menunjukan kembali senyumnya. "payah. kenapa kau tersenyum?"

ia menunduk kembali. aku terus menatapnya nanar. ini pertama kalinya aku melihat cahaya mataharinya seredup ini. "maafkan aku." suaranya terdengar parau. aku sontak kaget. ini pertama kalinya ia menangis.

"kau baik-baik saja?" tanyaku kawatir. dengan tangan kirinya yang kosong, sunoo mengelap wajahnya- yang mungkin basah karna air mata. ia mengangkat kepalanya lagi, menunjukan kembali senyumannya yang tulus. "aku harus pergi. sampai jumpa besok." tanpa menunggu responku, dengan langkah yang terburu-buru ia pergi begitu saja.

tiba-tiba saja sebuah ide datang ke kepalaku. dengan cepat aku berjalan menuju tangga dan turun kelantai dasar, lalu mencari sosok kim sunoo. syukurlah dia belum keluar dari gedung ini. dengan hati-hati aku mengikuti langkahnya kemanapun ia pergi.

benar, aku mengikutinya. seperti penguntit saja, tapi mau bagaimana lagi? rasa perasaanku akan kim sunoo sudah tidak bisa dikikis lagi.

langkah kaki ku tidak pernah berhenti barang sejenak. apa dia tidak lelah? bukannya dia bisa naik bus saja?

manikku akhirnya menangkap pandangan dimana sunoo masuk ke dalam sebuah rumah kecil yang kuyakini sebagai rumahnya. baguslah. satu hal darinya sudah kuketahui, yang lain akan lebih mudah mengikuti.

matahari,kim sunoo. 「✓」Where stories live. Discover now