7

2.5K 366 46
                                    

🥀Bisakah aku melepas setiap topeng yang selama ini kukenakan? Aku ingin menjadi diriku sendiri. Aku ingin bahagia dengan apa adanya diriku.🥀

🌹🌹🌹

"Aya," Aryana mengetuk pintu kamar Ayara.

"Masuk, Ar," jawab Ayara.

Tak lama, Aryana pun masuk. "Belajar apa, lo?" tanya Aryana sambil duduk di kasur Ayara.

"Fisika," jawab Ayara sambil menatap buku tulisnya.

"Oh."

Hening meliputi mereka sejenak. Selain fokus dengan PR-PRnya, Ayara sendiri malas untuk banyak berbincang dengan kakaknya ini.

"Tadi gue lihat lo diantar Rayyan," ucap Aryana yang memecah keheningan.

Tangan Ayara berhenti bergerak seketika.

"Dia udah balik? Katanya satu sekolah sama lo. Bener?"

"Iya." Ayara membalik hadapnya ke Aryana.

"Gue denger sekarang dia ganteng, loh. Iya, nggak?"

"Lumayan."

"Ih, masa cuma lumayan? Katanya dia banyak dikejar cewek-cewek. Bahkan cewek sekolah gue ada yang suka sama dia."

"Iya sih, dikejar cewek. Tapi kayaknya cewek-ceweknya yang harus periksa mata, deh," jawab Ayara yang tampak berpikir. Apa iya Rayyan seterkenal itu?

Aryana tertawa. "Kayaknya lo, deh, yang harus periksa mata."

Ayara balas tertawa. "Kayaknya sih, iya."

"Lo ada hubungan sama dia? Pacaran gitu?"

"Hah?" Ayara tampak terkejut sekilas, matanya melebar. "Enggak."

"Iya juga gak papa, kok."

"Tapi gue beneran nggak ada apa-apa sama dia. Cuma temen aja kayak dulu."

"Beneran?"

"Bener."

"Lo nggak lagi ada rahasia apa gitu?"

"Enggak. Kenapa, sih? Kok tumben kepo?"

"Nggak papa. Udah lama aja nggak ngobrol sama lo. Jadi kangen pas masih kecil dulu," jawab Aryana.

Ayara termenung sebentar. Iya, ia dan Aryana sangat dekat dulu. Dulu, sebelum Aryana malah ikut menyerangnya tanpa, atau bahkan dengan ia sadari.

"Lo nggak ada cerita atau rahasia apa, gitu? Orang yang lo suka? Atau orang yang suka sama lo?"

"Enggak, Ar. Hidup gue flat," jawab Ayara sekilas.

"Hmm," Aryana bergumam pelan. "Sorry, ya masalah lo nggak boleh nyanyi."

"Untuk apa lo ngerasa bersalah?"

Aryana mengangkat bahunya sekilas. "Karena gue nggak bisa bantu lo apa-apa."

"Oh. Iya, gak papa."

"Kalau lo ada masalah, cerita ke gue. Oke? Siapa tau gue bisa bantu," ucap Aryana.

Ayara tertawa pelan. "Siap, kakak gue tersayang. Sana, balik! Gue mau lanjut kerjain PR, nih."

Aryana ikut tertawa. "Siap, Ay! Belajar yang rajin, biar bisa banggain Mama dan Papa," ujarnya sambil mengacak pelan rambut Ayara.

Ayara menghela panjang begitu Aryana beranjak keluar kamar. Ia tersenyum getir.

Cerita? Bukannya justru lo yang selama ini ngebocorin masalah-masalah gue ke Mama-Papa? Elo orang yang paling ngehancurin gue, Ar. Mana bisa gue percayain semua rahasia gue ke elo? Dan parahnya lagi, lo nggak sadar kalau perbuatan lo itu udah nyakitin gue.

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang