23

1.5K 219 2
                                    

Jangan ditanya seberapa canggung hubungan Ayara dan Rayyan keesokan harinya! Berpapasan di koridor saja, Ayara memilih untuk putar balik.

"Aduh, pagi gue kenapa harus ketemu dia, sih?" keluh Ayara. Mana satu-satunya jalan untuk sampai ke kelasnya hanya koridor ini pula! Gadis itu memilih untuk bersembunyi ke toilet yang terletak di ujung koridor.

Sedangkan Rayyan? Jelas sekali ia melihat bayangan tubuh Ayara yang memilih untuk berputar balik untuk menghindarinya itu. Jelas juga jika sampai harus berpapasan dengan Ayara, ia bingung harus bereaksi seperti apa pada Ayara.

Jadi biarlah seperti ini. Biarlah Rayyan bersikap tidak tahu jika Ayara bersembunyi darinya. Tak perlu membuat sesuatu yang sudah canggung menjadi semakin canggung, bukan?

Kenapa sesusah ini untuk dapetin lo, sih, Ay? batin Rayyan.

🌹🌹🌹

"Aduh, Ga! Gue kok bego banget, ya, kemarin pakai sok-sokan ngungkapin perasaan?" keluh Rayyan ketika jam istirahat. Seperti biasa, Geng Kapuk sedang asyik berkumpul di kantin.

"Baru sadar, lo?" jawab Ega.

"Ck, sekarang gue tahu kenapa banyak cowok yang lebih milih friendzone daripada ditolak."

"Jadi lo lebih milih friendzone-an sama si Aya?" goda Ega.

"Ya, nggak gitu juga!"

"Terus rencana lo apa?"

"Menurut lo, gue harus apa?"

"Kejar sampai dapet, lah! Jangan tanggung-tanggung."

"Enak banget mulut buaya lo kalau ngomong!" gerutu Rayyan sambil menyendokkan nasi dan kuah soto ke dalam mulutnya. Ia jelas memilih untuk mengabaikan saran Ega.

Ega hanya mendesah keras. Ingin rasanya ia memasukkan kepala Rayyan itu ke mangkuk soto di hadapannya. Untung saja akal sehatnya masih menahan dirinya untuk melakukan hal itu.

🌹🌹🌹

"Ay, lo agak aneh hari ini," ucap Rania.

"Aneh apa?" tanya Ayara.

"Ke perpustakaan ini hal yang aneh," jawab Rania sambil menutup salah satu buku yang ia ambil dan buka secara acak.

Ayara menatap Rania polos. "Gue mau serius sama pelajaran."

"Seserius-seriusnya elo, lo nggak pernah ke perpustakaan, Aya," protes Rania. "Memang ada apa, sih? Lo dipaksa buat ngalahin nilai Aryana? Orang tua lo memaksakan kehendak mereka lagi?" tanya Rania prihatin.

Ayara hanya terdiam. Bukan, bukan itu alasan utamanya.

"Apa perlu gue panggilin Ray biar-"

"Jangan!" jawab Ayara cepat. Terlalu cepat bahkan, sehingga membuat Rania curiga.

"Ada apa sama Ray?"

"Nggak, nggak ada."

"Bohong!"

"Nggak!"

"Gue tahu lo bohong!"

"Nggak!"

"Ayara."

Jika Rania sudah memanggil namanya secara lengkap dengan nada yang datar, itu berarti Rania tak suka dengan sikap Ayara, dan Ayara akan segera mengalah dan mengubah sikapnya.

Rania mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban dari Ayara.

"Kemarin... kemarin Ray bilang kalau dia bener-bener suka sama gue."

AYARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang