14.

1K 166 38
                                    

"Gue pikir Vivi bakal nembak Fiony."

Ara mengaduk es jeruk di depannya, tidak tertarik dengan kertas kisi-kisi di samping gelas es jeruknya. "Dia emang nembak Fiony."

"Nyerempet." Ucap Mira. Ia membalik kertas kisi-kisi yang sedang ia baca. "Gue baru tahu Vivi bisa gunain pistol."

"Cuma beruntung."

Selama hampir 4 tahun mereka saling mengenal satu sama lain, itu pertama kalinya mereka melihat Vivi menembak menggunakan pistol dan beruntungnya hanya menyerempet pahanya Fiony. Entah apa jadinya kalau peluru itu menembus paha Fiony atau lebih parahnya lagi bersarang di jantungnya Fiony.

"Kita kemarin beruntung." Ucap Ara, "Gak ada yang terluka fatal."

7 orang mengalami luka tembakan termasuk bu Aya dan Fiony, sekitar 3 orang saja yang sudah benar-benar sembuh dan bisa pergi ke sekolah, sisanya harus menjalani perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Fiony termasuk orang yang sudah bisa berangkat sekolah, Fiony hanya mengalami luka gores di bagian paha kiri.

Mira menghela napas panjang, "Tapi kemarin pelakunya kabur dan sampe hari ini belum ditemuin."

"Gimana kalo laki-laki itu bakal ngelakuin sesuatu yang lebih parah dari kemarin?" Tanya Ara.

"Itu urusannya polisi. Kita beruntung masih hidup sampe sekarang, nasib baik juga pak sopirnya gak kena tembakan jadi kita bisa selamet."

Ara menoleh ke samping, ia melihat Vivi dan Chika berjalan beriringan di koridor menuju kantin, "Apa yang akan lo lakuin?"

"Gak ada lah, gue gak mau ikut campur masalah polisi."

"Bukan itu, tapi itu." Ara menggerakkan dagunya, mengkode agar Mira melihat apa yang saat ini ia lihat.

Mira menoleh sekilas kemudian ia kembali fokus dengan kisi-kisinya, "Gak ada."

"Lo sama Vivi belum ngobrol?"

"Belum."

"Kenapa?"

"Mereka deket belum ada sebulan, gue gak mau hancurin ekspektasi Vivi."

Ara menatap malas ke arah Mira, "Lo pengen dapetin Chika, tapi lo takut ngerusak hubungan pertemanan sama Vivi."

"Itu alasan kedua."

"Alasan pertama?"

"She doesn't like me."

Alasan yang sangat klasik dan kuno menurut Ara, di kamus percintaannya alasan seperti itu sudah tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk tidak mengambil langkah ke depan. Kalau pun Mira dan Vivi menyukai orang yang sama, harusnya mereka berdua saling terbuka dan bertanding secara adil.

"Cuma pengecut yang bilang kayak gitu." Gumam Ara.

Mira mengangguk pelan, "I am."

"Chika juga bilang kalo dia gak suka sama Vivi, tapi Vivi tetep aja deketin Chika. Dan kemarin Indy anak ipa 1 bilang kalo Chika lebih cerewet waktu sama Vivi."

"Lo gak bisa pukul rata semua orang, Ra. Vivi ya Vivi. Gue ya gue. Elo ya elo. Kalo emang bakalan sama Vivi ya sama Vivi, gue tinggal nyari yang lain."

Ara mengibaskan tangannya, "Terserah."

Mira mengusap kasar wajahnya, "Lo inget motto gue? Peraturan gue satu-satunya?"

"New is always better."

"Trus ngapain gue di sini, ngejar-ngejar seseorang? Itu bukan gue banget. Prinsip gue itu permen karet, habis gue gunain yang gue buang. Gue bahkan gak inget siapa aja orang yang pernah gue ajak jalan. Dan sekarang kepala gue isinya cuma dia, gue ngerasa stuck sama dia terus." Kesal Mira.

AlmostWhere stories live. Discover now