26.

986 168 61
                                    

"That's a great, man." Ara menepuk pundak Vivi, mencoba mencairkan suasana yang berubah menjadi tegang, "Lo sama Chika bukan saudara kembar."

Vivi tertawa getir, mengangguk sekali, "Ya, lo bener. That's a great."

Ara ikut tertawa, "Jadi-"

"-ah, udah bel. Waktunya pulang." Ucap Vivi, ia tersenyum ke arah papahnya Christy lalu berjalan keluar dari UKS.

"Sebentar." Ucap papahnya Christy.

Vivi menghentikan langkahnya, "Iya."

Laki-laki itu berjalan keluar sambil tetap menggendong Christy, ia mengambil sesuatu yang sudah ia siapkan lalu ia berikan kepada Vivi. "Ini."

Vivi mengerutkan keningnya, melihat hadiah berbalut kertas kado yang berukuran cukup besar. "Dari siapa?"

"Kamu akan tahu kalo kamu membukanya."

Vivi menerima hadiah itu, ia menatap ke arah laki-laki itu lalu tersenyum, "Baiklah, terimakasih. Selamat siang."

Vivi berjalan keluar dari ruang UKS, banyak yang melintas di otaknya saat ini. Ia memang berharap kalau si Thomas Stinson itu bukan papahnya, tapi entah mengapa ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Ada perasaan hampa saat mengetahui kalau Thomas Stinson bukan papahnya.

"Jadi siapa orang tuaku?" Tanya Chika.

"Orang tuamu sama dengan orang tuanya Christy dan Shani."

"Jadi aku gak ada hubungannya sama Vivi?"

"Untuk saat ini tidak."

Chika memicingkan matanya, ia menunjuk dirinya sendiri, "Kenapa papah gak ngasih tahu aku dari dulu? Dan kenapa papah besarin aku, kak Shani, san Christy dipisah? Kita keluarga, kan?"

Laki-laki itu mengangguk, ia menunjuk liontin yang dikenakan Chika, "Semua jawabannya ada disitu."

"Siapa orangnya? Aku udah nyari kemana-mana tapi gak ketemu."

"Buat apa nyari?"

Chika menaikkan satu alisnya, "Buat apa nyari?"

"Kita gak akan nyari seseorang untuk mendapatkan jawaban, orang itu yang akan datang sendiri." Ucap laki-laki itu kemudian mengajak Christy untuk pergi dari UKS.

Chika menghela napas panjang, ia mengeluarkan liontinnya dari balik seragamnya. Ia bersusah payah mencari siapa foto orang yang ada di dalam liontin ini dan papah, setelah menghilang lama sekali, tiba-tiba datang dan mengatakan kalau ia tidak perlu mencari orang ini.

"Gimana aku bisa nemuin orang ini tanpa ada petunjuk?" Gumam Chika, ia membuka liontinnya.

Fiony yang berdiri di dekat Chika dan selalu memikirkan apa yang ingin ia ucapkan, menoleh ke arah liontin yang dipegang oleh Chika. Keningnya berkerut, ia seperti mengenali foto orang itu.

"Aku pernah liat foto itu." Ucap Fiony tiba-tiba.

Mira, Ara, dan Chika langsung menoleh ke arah Fiony secara kompak. Setelah Fiony terus terdiam, kini akhirnya Fiony berbicara dan secercah cahaya muncul dari atas kepala Fiony.

"Kamu tahu?" Tanya mereka bertiga secara kompak.

Fiony mengangguk, "Tapi sekarang lupa."

Chika menahan pundak Fiony, ia memperlihatkan foto yang ada di liontinnya, "Liat lagi. Liat lagi. Liat lagi."

"Aku lupa."

"Liat lagi!" Bentak Chika.

Ara menarik tangan Chika, "Biar gue."

AlmostWo Geschichten leben. Entdecke jetzt