33. 🍁

74 23 1
                                    

Flashback on

"Tukang sampah kok gak dateng-dateng? Udah numpuk gini padahal," gumam pemuda bermata bulat setelah meletakkan sekantung sampah di depan rumah Jaehyun. Menggerutu karena tukang pengutip sampah tak kunjung datang padahal sudah menumpuk. Menunggu jemputan minta diangkut.

Pagi sekali Sunwoo keluar rumah. Bahkan matahari belum sepenuhnya menampakkan wajah ke atas langit. "Jalan-jalan bentar kali ya?"

Ia melangkah, menapaki jalanan aspal yang tak satupun dilewati kendaraan. Udara pagi memang paling bagus untuk dihirup. Sunwoo menarik napasnya dalam-dalam. Merasakan setiap oksigen segar yang masuk ke dalam paru-parunya yang entah kenapa akhir-akhir ini sering terasa sesak. Menoleh ke kanan dan kiri dan tak melihat siapapun, membuat bulu kuduknya merinding.

"Emang sepi gini tiap hari? Kok gue jadi serem," tanyanya entah pada siapa. Lalu mengelus kedua tangan yang saat ini bulunya sudah menegang.

Tak banyak rumah di sekitar sana. Bahkan tetangga Jaehyun hanya ada dua. Itu juga Sunwoo tak pernah melihat siapa penghuninya. Jaehyun bilang, mereka orang sibuk yang sangat jarang berada di rumah. Itulah mengapa perumahan di sini tampak sepi juga menyeramkan.

Saat berbalik arah, Sunwoo merasa ada sebuah mobil yang mengikutinya. Menoleh, betapa terkejut ia bahwa sang ayah dan kedua pasukan di kanan dan kirinya sudah berdiri dengan wajah yang amat tegas. Seolah meminta penjelasan, Johnny–ayah Sunwoo berdiri menatap anak semata wayangnya dengan sedikit amarah yang terpancar di wajahnya.

"Bintang. Ikut papa!" Santai, tapi begitu mengintimidasi disetiap katanya.

Sunwoo, anak itu menggeleng kukuh. "enggak!" Tekan anak itu. "Bintang gak mau pulang, pa," sambungnya.

"Tanpa penolakan. Bawa dia!" Ujar Johnny. Setelah mengatakan itu, kedua pasukan yang sejak tadi diam, kini bergerak ke arah Sunwoo. Memegang kedua lengan anak itu dengan tangan kekar seakan siap membogem Sunwoo jikalau anak itu memberontak.

Tapi Sunwoo tak mau, ia memberontak tentu saja. Walau suatu hal sia-sia karena badannya tak cukup bertenaga untuk melawan dua pria kekar di samping kanan dan kirinya. Anak itu digeret masuk ke dalam mobil. Seperti adegan penculikan disinetron tv, Sunwoo menjerit. "Papa gak boleh paksa Bintang kayak gini. Bintang udah besar pa! Bintang gak mau hidup di atas skenario yang papa buat, Bintang capek!" Sesak nafasnya karena menjerit juga mengeluarkan tenaga yang begitu banyak demi melawan kedua pasukan papanya. Walau dia tau tak akan bisa melawan.

"Lepasin gue!"

.

.

.

.

.

.

Dengan terpaksa dan berat hati, Sunwoo akhirnya kembali memasuki rumah–ahh tidak, ini sangkar. Dia bagai burung yang terkurung di dalam sangkar. Atau tahanan yang terjerat di dalam besi penjara. Sunwoo lelah. Lelah sekali rasanya.

Tapi entah kenapa, satu harian ini ia merasa bahwa sang ayah sedikit berubah. Seperti lebih perhatian kepadanya. Ayahnya sedikit...menghangat?

"Papa gak maksa kamu lagi," ujar pria yang lebih tua di hadapannya.

"Apapun yang kamu inginkan, papa bakal turutin. Termasuk kebebasan yang kamu inginkan selama ini,"

Sunwoo seperti tak percaya. Sembari dalam hati merapalkan doa agar yang ia lihat sekarang bukanlah sang ayah yang sedang kesurupan. Kan tidak lucu, kalau sang ayah ternyata bersikap seperti itu karena telah dirasuki oleh makhluk halus yang berhati baik.

REVENGE : Maple Leaf Sheets || Ljn  [✓]Where stories live. Discover now