Keysar 2

443 50 22
                                    

Happy reading!

******

Aku berjalan keluar dari kamar dan menuju ke balkon yang ada di samping kamarku, tanganku membawa foto berbingkai warna merah, lalu aku duduk di kursi samping balkon pandanganku lekat menatap foto itu dan bibirku pun tersenyum. Foto itu adalah fotoku bersama dengan teman kelasku waktu sd.

"Nggak nyangka lo satu sekolah sama gue ga, besok gue harus ketemu langsung sama lo," kataku sambil mengusap-usap foto di tanganku.

Aku melihat awan hitam dan bintang-bintang berhamburan di langit sangat damai di pandang. Lalu pandanganku beralih ke pintu gerbang tambak Mang Iman (Mang Iman satpam rumah ku) sedang membukakan pintu dan mobil hitam masuk ke halaman rumah ku, iya papa ku sudah pulang sekarang pukul 10 malam.
Aku langsung keluar dan mencari papa.

"Pa tumben jam segini baru pulang?"
Tanyaku sambil berjalan dan duduk di sofa, papa juga ikut duduk berhadapan denganku.

"Iya sya tadi lagi meeting dengan klein lain di kantor, anak papa kenapa belum tidur jam segini?"

"Kalo papa belum dateng Kesya ga bisa tidur," kataku sambil tersenyum manis.

"Kamu ini kaya anak kecil aja, mama belum datang sya?" tanya papa sama aku.

Sebenarnya aku males buat jawab tapi karena papa yang nanya aku jawab aja
"Belum."

"Tumben jam segini belum pulang," kata papa sedikit khawatir.

"Biarin aja pa, lagian dia ga inget sama Kesya sama papa juga," kataku dengan mimik datar.

"Kesya kamu ga boleh ngomong gitu, mama kamu sibuk sedang ngobati pasien yang sakit, jadi dokter memang sibuk kamu harus ngerti." Ucap papa sedikit marah denganku.

"Pa Kesya udah ngertiin setiap hari bahkan Keysa berusaha bodo amat dengan kesibukan mama, tapi apa. Mama ga pernah ngertiin Kesya pa, mama ga pernah perhatian, apalagi kasih sayangnya dengan Kesya ga pernah kesya rasain. Mama seperti engga anggap Kesya anak, cuma papa yang selalu ada buat Kesya." Kataku dan engga terasa air mataku jatuh mengalir membasahi pipiku aku nangis di depan papaku.
Papa berjalan mendekat dan duduk di sampingku.

"Kesya dengerin papa, mama sayang sama kamu mama engga seperti yang kamu pikirin, menjadi dokter memang susah dan sibuk, kalo mama kamu di rumah terus berati sama aja mama membunuh nyawa orang. Karena itu mama harus waktu ke waktu untuk mengobati pasien yang sakit, itu sudah jadi kewajiban dokter, anak papa harus bisa ngerti itu."

"Sama aja pa mama engga sayang sama Kesya, kenapa harus setiap waktu mama ada untuk pasien, dan kenapa engga ada sedikitpun waktu untuk anaknya," aku terisak menahan sesak di dada air mataku terus mengalir deras.

"Kesya," papa membelai rambutku papa engga merespon kataku tadi.

"Pa--papa ngerti kan sama kesya. Papa tau kan apa yang Kesya rasain selama ini." Aku menatap papa, matanya juga berkaca tapi papa berusaha supaya aku tidak melihatnya.

"Papa ngerti, Kesya anak papa yang paling cantik maafin mama sama papa belum bisa buat kamu bahagia." Papa meluk aku seketika tangisan ku pecah di pelukan papa.

Tangannya terus membelai rambutku dan pelukannya yang hangat papa berikan untukku, bahkan tanpa mama aku merasa bahagia cukup dengan hanya papa yang selalu ada di sisiku. Atau dengan kehadiran mama akan lebih bahagia dari ini?

"Udah berhenti nangis, udah malem kamu harus tidur besok sekolah," kata papa sambil melepas pelukannya.

Aku mengangguk dan mengusap air mataku dan berjalan ke kamar, aku ada di pertengahan anak tangga dan suara klakson berbunyi itu pasti mamaku sudah pulang. Aku langsung mempercepat naik tangga agar cepat sampai di kamar, aku malas ketemu dengan mama.

KEYSAR (END√)Where stories live. Discover now