Chapter 8

25.9K 3.6K 293
                                    

Partnya masih acak ya:( sorry:( lagi diusahain buat dibenerin nih. Keknya wattpad aku eror deh:(

Jadi untuk sementara urutinnya sendiri dulu ya hehe

______________

Saat sedang menengguk minum, terasa sebuah kain yang menyentuh wajahnya lalu mengusap butiran keringatnya dengan pelan dan lembut. Itu membuat Daisy tertegun untuk sejenak.

"Dai..."

________

Xander memanggil Daisy dengan nada lembutnya, hal yang baru pertama kali Xander lakukan pada seorang gadis. Netra keduanya bertemu, seperti ada magnet yang kuat, pandangan mereka saling terkunci. Menyelami netra satu sama lain.

"Daisy?" Panggilan orang dibelakang mereka mengakhiri sesi tatap-menatap. Dilihatnya, Xavier tengah berdiri dengan raut wajah syok.

Xander dan Daisy segera menjayhkan diri dan berdehem pelan. "Oh? Ada perlu apa Yang Mulia?" Tanya Daisy tenang.

"Yang mulia? Panggil aku seperti biasanya Daisy!" Xavier merasa marah saat Daisy memanggil Xander dengan namanya sedangkan memanggilnya dengan kata 'Yang Mulia'. Dulu Daisy-nya selalu memanggil Xavier dengan nama biasa tanpa bahasa formal. Tapi sekarang apa?

Apa memang Xavier melakukan kesalahan yang fatal hingga Daisy akhir-akhir ini menjauh darinya?. "Ah itu, saya rasa itu tidak sopan Yang Mulia" jawab Daisy.

Xavier memicingkan matanya. "Kalau tidak sopan, lantas mengapa kau memanggil kakakku dengan namanya saja?"

"Itu karena kita sudah sepakat untuk berbicara non formal, iya kan Xan?" Daisy menoleh pada Xander dengan mata melotot, seakan matanya berkata 'iyain, atau kau mati!'.

Xander hanya mengangguk, terlihat enggan menjawab. Xander sangat kesal dengan Xavier yang tiba-tiba datang diwaktu yang sangat sangat tidak tepat! Padahal sebentar lagi... lupakan!

"Kalau begitu panggil aku seperti biasa dan jangan menggunakan bahasa formal" Xavier tetap kekeuh agar Daisy mau memanggilnya seperti dulu lagi.

"Err, baiklah" Daisy memilih mengalah, daripada ia habiskan waktu lebih banyak dengan Xavier, mending di iyakan saja agar cepat selesai.

"Kalau begitu sa- aku pergi dulu. Ayo Xan" Daisy mengapit lengan Xander dan menariknya agar cepat pergi dari sana.

Xavier lagi-lagi menghela nafas kasar. Darahnya mendidih saat melihat tangan Daisy dan Xander bertautan. Kenapa dengannya?

"Sialan! Kenapa aku selalu kalah!"

🦋🦋🦋

Daisy dan Xander memberhentikan langkah mereka ditempat biasa, pohon apel yang terletak di lapangan belakang, namun kali ini mereka hanya duduk dibawah pohonnya saja. "Xan, terimakasih ya" Daisy mengembalikan botol minum bambu kepada Xander.

Xander pun menerimanya, dia mengangguk dan tersenyum singkat. Beberapa saat, keduanya terdiam. Hingga akhirnya Xander mengulurkan sebuah roti isi tepat didepan muka Daisy.

"Untukmu, kau belum makan dari kemarin malam" ucap Xander yang membuat Daisy tersenyum.

"Eehh apa ini, kau ternyata diam-diam memperhatikan ku ya. Tapi terimakasih, aku juga sudah lapar" lagi-lagi wajah sampai telinga Xander memerah. Jantungnya pun rasanya berdetak lebih cepat. Semoga saja Daisy tak mendengar suara gila dari jantungnya itu.

"Aku hanya tak ingin kau pingsan saat latihan nanti, itu merepotkan!" Alibi Xander.

Daisy tak membalas ucapan sarkas Xander, ia malah memakan roti isi dengan lahap. Ia tak lagi mempedulikan etika seorang bangsawan yang harusnya makan dengan lemah lembut dan anggun. "Xan a-pha ini adha laghih" Daisy bertanya pada Xander dengan kondisi mulut penuh.

I'm Innocent, Damn It!Where stories live. Discover now