Chapter 16

23.3K 3.5K 352
                                    

Seorang pemuda menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Ia berdiri dipuncak sebuah menara dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantong celananya.

Ia memandang pemandangan dibawahnya. Kosong, tak ada seorangpun dibawah sana. Ya apalagi, mereka semua tentu lebih tertarik melihat acara pemenggalan daripada berlalu-lalang seperti hari-hari biasa.

David melarikan dirinya kesini setelah melihat adiknya bersama sang kaisar masa depan. Entah kenapa setelah pulang dari istana pusat dan melihat Daisy yang sedang kejar-kejaran dengan Xander saat ia mampir ke akademi waktu itu membuat emosinya tak stabil.

Padahal niat awal David mengunjungi akademi hanyalah untuk mengunjungi Anne. David menghela nafas panjang, lama-kelamaan tubuhnya melemas dan nafasnya seperti tercekat. Tangannya bergerak untuk melonggarkan kerah bajunya.

Ia kemudian menunduk dan menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di pinggiran jendela menara.

Satu bulir air mata lolos dari netra violet yang indah itu. Disusul dengan isakan kecil nan menyesakkan. "Bukan, itu bukan salahku, itu bukan salahku, itu salah si gadis sialan itu" racaunya.

Tubuhnya bergetar, David yang dikenal dengan sosok putra mahkota yang dingin kini berubah menjadi David seorang pemuda yang rapuh.

Bartahun-tahun lamanya dia mencoba untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri dan membangun kharismanya sendiri.

"Itu bukan salahku, bukan aku" David kian meracau dengan air mata yang semakin deras menetes. Setitik rasa bersalah dan menyesal hinggap di lubuk hatinya. Tapi otaknya terus menyangkal jika ia tidaklah bersalah.

Pegangan pada pinggiran jendela itu kian mengerat, membuat buku-buku jarinya memutih. "SUDAH KU BILANG ITU BUKAN AKU!" David berteriak dengan kencang. Untung saja disini tak ada seorangpun.

David meninju tembok menara hingga tembok itu retak dan tangannya berdarah untuk melampiaskan emosinya. Tubuhnya luruh kebawah dengan lunglai. Tangan yang berdarah pun tak ia hiraukan. Yang ia pentingkan saat ini adalah menyingkirkan perasaan sialan yang hinggap dihatinya.

Tanpa ia sadari sedikitpun, ada seseorang yang melihatnya dari awal ia di menara ini. 'hm, ada yang tidak beres disini'

🦋🦋🦋

Satu persatu kepala menggelinding bebas dengan darah yang mengucur. Disertai backsound tangisan dan jeritan membuat suasana makin meriah. Beberapa orang menutup mata karena tak kuat dengan pemandangan mengerikan didepannya.

Berbeda dengan Daisy yang tampak antusias dengan ini. Ia bahkan melebarkan senyumnya kala besi tajam itu mnegahantam leher-leher mereka.

Ini yang benar harusnya orang bersalah lah yang dihukum penggal bukan seperti dirinya dulu yang hanya korban fitnah.

"Kau terlihat senang sekali" ujar Xander sambil menatap Daisy yang sedang tersenyum lebar.

"Karena ini memang menyenangkan!" Jawab Daisy singkat. Beberapa menit kemudian, acara pemenggalan berakhir. Daisy menghela nafas kecewa, pertunjukan bagus telah selesai begitu saja!

"Kau kenapa?" Tanya Xander memandang Daisy.

"Tidak" jawabnya. Beberapa detik kemudian, terlihat kaisar dan permaisuri Charlotte bangkit dari duduknya, diikuti selir Beatrice, dan Xavier.

Berbeda dengan Xander yang masih santai duduk menemani Daisy. Daisy yang sadar akan keempatnya bangkit, ia menarik lengan baju Xander untuk berdiri.

Xander pun nurut-nurut saja. Tanpa kata, mereka melangkah untuk pergi dari acara ini.

Oh shit!

I'm Innocent, Damn It!Where stories live. Discover now