▬ lembar pertama ::

2.3K 279 10
                                    

MALAM HARI,  rabu ◝⟳ tengah metropolis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MALAM HARI,  rabu
◝⟳ tengah metropolis

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬







UNTUK pertama kalinya aku benci ulang tahun sendiri.

semua yang mampu mataku tangkap, mulai dari wujudnya kecil hingga besar nampak menyebalkan. barang-barang yang diselimuti kertas manik dan pita yang bersimpul mencolok itu hadiahku, diposisikan tepat menghadapku.

orang-orang secara konstan menghampiriku dan mengucapkan selamat, semuanya terpukau dengan penampilanku dan berusaha mati-matian menjilatku dengan memuji betapa eloknya aku memoles diri.

mereka adalah kenalan orangtuaku, mereka menghadiri pesta ulang tahunku bukan karena mereka turut bahagia sebab usiaku bertambah namun memanfaatkan kondisi demi kepentingan personal ▬▬ merangkak bagai binatang pada sepatu orangtuaku.

semua skema yang mereka torehkan adalah demi reputasi orangtuaku. keluargaku berdarah priyayi dan berpendidikan tinggi. image kami bagus, terlampau bagus malah sebab itu binatang-binatang ini terpikat.

mereka memperkenalkan diri, baik itu sendiri maupun membawa keluarga mereka. bagian yang paling menjengkelkan adalah mereka mengenalkan anak laki-laki mereka padaku, berupaya membuat kami berteman.

aku tahu kok apa yang mereka pikirkan, mereka menunjukkan rupa calon pasanganku di masa depan yang menutupi dalil ambisi membangun afiliasi dengan orang tuaku. semuanya untuk bisnis, itupun kalau orangtuaku setuju.

kutenggok ke bawah, melihat setelan gaun berwarna biru malam yang mengkilat sebab menerpa penerang ruangan.

aku mendengkus, tidak ada yang sungguhan bahagia disini maupun aku sendiri. ini memuakkan. aku hanya menyaksikan sekumpulan hama.

"yue sayang, sini ada yang mau kenalan dengan kamu."

aku tidak mau lagi. tidak lagi.

aku tak sempat melempar tatap pada ibu, aku bergegas pergi meninggalkan ruangan.

mengangkat bawahan gaunku yang rupanya berat juga. aksiku ini menuai jeritan dari ibu sehingga otomatis sudah menuai kegaduhan tapi aku tidak peduli.

maaf bu, aku tidak mau mati tercekik dalam ruangan bersama orang-orang hipokrit.

teruna kelana realita, mitsuya ✓Where stories live. Discover now