▬ lembar keenam

697 173 15
                                    

SORE HARI, senin◠◝ perhentian sejenak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SORE HARI, senin
◠◝ perhentian sejenak

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬











"PANTAS kah aku untuk diperbolehkan ngeliat kamu lagi?"

mitsuya tak bergerak seinci pun dari langkahnya di tengah aspal jelaga di pelataran pertiwi. langit yang semakin bersemu jingga menjadi peringatan bagi kami untuk pulang dari agenda jalan-jalan.

sebenarnya mitsuya menawarkan kami membeli makan malam namun aku menolaknya, aku tidak sampai hati membebankannya.

aku berkedip beberapa kali begitu mendengar pertanyaanya. aku mengernyit, memangnya adakah yang menghentikan perjumpaan kami nanti?

"boleh, lagian siapa yang melarang kita ketemu?"

"duniamu dan duniaku." jawabnya mantap. aku meringis tanpa vokal. benar juga, aku tidak mampu menapik realita relasi kami ini lepas daripada keserasian standar masyarakat.

putri tunggal dari sosok krusial dalam perindustrian jepang meninggalkan acara ulang tahunnya bertemu sosok berstrata di bawahnya, memutuskan bertemu lagi dan lagi.

setiap individu yang kolot, terjerat dengan dogma aristokrat besar kemungkinan akan mengecamku sebab aku bergaul dengan mitsuya. namun apa salahnya sih? sejauh ini mitsuya tidak berusaha memanfaatkan situasi, aku merasa dia tulus.

"ga papa kita jalanin saja dulu kalau ada masalah ya kita hadapin." kataku. mengambil dua langkah mendekati figur mitsuya.

menggenggam jemarinya, aku mendadak panas karena aksiku yang tanpa pikir panjang alih-alih mitsuya protes ▬▬ ia hanya bergeming.

"kalau dari masalah itu ga ada jalan keluarnya?"

"ya kita cari jalan keluarnya. kalau ga ada jalan keluarnya kita bikin dunia yang baru, peta yang baru biar salah satu dari kita ga ada yang tertinggal."

sekon kemudian, pemuda jangkung itu tersenyum. memamerkan deretan giginya. melebur diantara megahnya kapas putih dan baskara di awang-awang. menghantarkan sepersekian rasa menyengat di lembah hati.

mitsuya menatapku aneh, tak ada huruf dan definisi yang kesampaian menggambarkan. terlampau banyak afeksi yang bergumul, beradu satu sama lain di bola matanya.

"jangan ngeliat aku gitu."

mitsuya mengangkat alisnya sebelah, air wajahnya beralternasi menjadi jenaka, "ngeliat kaya gimana?"

"kaya gitu-natap aku nya aneh. senyum-senyum lagi."

"masa ngeliat kamu mesti cemberut? ya senyum-senyum lah."

teruna kelana realita, mitsuya ✓Where stories live. Discover now