37. Make A Peace

21.9K 2.7K 1.5K
                                    

WARNING!

___________

Empat hari ini Jihan menjalani keseharian seperti biasa tanpa kehadiran Jungkook di sampingnya. Pria Jeon itu tak pernah menghilangkan kebiasaannya mengantar makanan pada Jihan, walau bukan datang secara langsung. Melainkan pakai jasa orang lain, sebab Jungkook tahu Jihan belum ada tanda ingin mendekat.

Jihan sulit ditemui, panggilan Jungkook selalu ditolak. Tapi kalau mengirim pesan, selalu dibalas meskipun lama. Beberapa kali Jungkook meminta agar mereka segera bertemu dan bicara, Jungkook akan menjelaskan masalahnya yang belum ia beritahu pada Jihan. Tapi tentu saja Jihan tidak mau menuruti permintaannya sampai detik ini.

Jihan seolah menyibukkan dirinya, tak membiarkan Jungkook tahu pasal kondisinya belakangan ini seperti apa. Tepat pukul enam pagi, saat Jihan hendak mandi untuk berangkat ke sekolah, gadis itu tak bisa menahan perutnya yang tiba-tiba bergejolak ingin muntah.

Hanya mual tak mengeluarkan sesuatu, kepalanya selalu pusing setiap bangun pagi. Punggungnya akan kram dengan sendirinya, Jihan kira ia hanya sedang tak enak badan saja, cuaca yang berubah-ubah juga memicu perubahan kondisinya sekarang.

Tapi ini sudah dua hari ia selalu muntah ketika bangun pagi, hidungnya sensitif mencium aroma yang tak sedap atau mungkin terlalu menyengat. Jihan nampak berjongkok di depan kloset, kedua tangannya memegang sisi kepala berusaha untuk menahan rasa mualnya.

Setelah merasa lebih baik, Jihan masih terdiam di sana memikirkan soal kondisinya yang kelihatan tidak biasa. Pikirannya mulai bercokol mengenai hal yang tak diinginkan terjadi, apalagi sekarang ia sedang jauh dari Jungkook.

Jihan keluar dari kamar mandi, lalu mengecek kalender kecil di meja belajarnya. Perasaan berdebar makin menjadi saat menyadari hari ini tanggal berapa. "Aku telat ..."

Seharusnya ia sudah datang bulan beberapa hari sebelumnya, ini sudah lewat awal bulan yang artinya ia terlambat menstruasi. Jihan menarik napasnya berat, lalu sebelah tangannya memegang perutnya yang rata.

Perasaan cemas dan takut dimarahi jadi hal yang paling Jihan khawatirkan. Gadis itu mengingat kembali bagaimana ia dan Jungkook saling merengkuh tanpa memikirkan nasibnya yang seperti sekarang. Bagaimana reaksi Jungkook saat mendengar ini? Atau mungkin Namjoon, yang masih menaruh perasaan kecewa padanya sampai sekarang.

"Tenang .. kau harus tenang. Kita tidak tahu hasilnya kalau tidak dicek." Jihan bermonolog, menenangkan dirinya sendiri. Lalu mengambil ponselnya di atas ranjang, mencari kontak Jungkook.

Jihan

Kemarilah sore nanti.

***

Di sekolah, Jihan tidak banyak melakukan sesuatu selayaknya hari biasa. Gadis itu lebih sering terdiam dan kadang tidur dengan menelungkupkan kepala di tangannya yang dilipat di atas meja.

Sera yang melihat itu jadi khawatir, ia buru-buru menyentuh dahi Jihan. "Kau sakit? Lesu sekali, suhu badanmu juga agak panas." komentarnya usai menjauhkan tangannya di dahi Jihan.

"Aku tak apa-apa. Hanya kurang tidur." Jihan menutup matanya, sebelum kembali kaget dengan tepukan Sera yang agak kencang menimpa lengannya.

"Sudah mau pulang. Jangan tidur lagi."

Hari ini Jihan memang merasa kurang enak badan, ingin tidur terus padahal tidak melakukan kegiatan berat atau menghabiskan banyak tenaga begitu. Dengan terpaksa Jihan membenahi barang-barangnya sebelum ikut keluar bersama Sera dan yang lain.

Sport ✔Where stories live. Discover now