Extra 03: Mimpi

12.3K 1.1K 194
                                    

Masalalu Telah Menjadi Mimpi Buruk, Mengeluhkannya Tiada Berguna

_


Sel itu sangat suram, bahkan sepanjang hari tidak ada cahaya yang masuk. Dan tidak peduli seberapa tebal jerami itu, tetap tidak dapat mengurangi dinginnya lantai giok biru.

Tikus bersembunyi di antara jerami dan tiba-tiba kepalanya menyentuh sebuah tangan. Ia membuka mulut dan mengigit dengan giginya yang tajam.

"Ssshh..." orang yang digigit itu terbangun dan mendesis, segera menyembunyikan punggung tangannya.

Mu Hanzhang, yang sedang tidur dengan posisi miring pun terbangun. Ia melihat Jing Shao menghadapi tikus itu dan tidak bisa menahan tawa. Kemudian dengan perlahan duduk dan berkata, "Mengapa Wang Ye tidak melanjutkan tidur lagi?"

Jing Shao berbalik untuk melihatnya. Ada obor yang dinyalakan di sepanjang lorong sel dan menumbulkan bunyi dengung sepanjang malam. Cahaya temaram itu memantul di wajah pria yang ada di sudut, dan anehnya terlihat hangat. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mendekatinya dan menunjukkan tikus di tangannya, "Aku menangkap ini, kita punya daging untuk di makan."

Mu Hanzhang mengerutkan kening dan memandang tikus abu-abu yang sedang meronta. Dia tidak bisa membayangkannya dan tidak ingin melanjutkan topik pembicaraan ini, "Jika Wang Ye tidak bisa tidur, jangan berbicara yang aneh... uhuk... uhuk..."

Dia terbatuk lagi. Kesehatannya tidak baik dan tidak ada obat di sini. Sekarang mereka di penjara dan ia merasa sangat kedinginan. Bahkan kakinya sering kram di malam hari, seperti saat ini. Ia pasti merasa kesakitan.

Melihatnya terbatuk lagi, Jing Shao perlahan mendekat. Mengikat ekor tikus pada paku di dinding dan menyandarkan Mu Hanzhang di tubuhnya, "Um... Jika kamu kedinginan, kamu bisa bersandar padaku."

Meskipun ia tidak berada di rumah sepanjang tahun, ia tahu bahwa Mu Hanzhang memiliki kesehatan yang buruk. Dan ia juga tidak bisa terlalu kasar. Mu Hanzhang mengonsumsi obat sepanjang tahun, namun setelah sekian tahun kesehatannya tetap tidak membaik.

Mu Hanzhang menggelengkan kepala dan menatap wajah tampan Jing Shao yang sudah tidak sama lagi seperti dulu, sekarang wajah itu memiliki janggut dan matanya yang dulu cerah cemerlang kini tampak redup. Sekarang mereka bersama di bawah langit dan menatap perubahan. Awalnya dia marah, kemudian perlahan ia menyerah. Dan menjadi sebuah penyesalan ketika ia melihat kaisar baru. Sekarang dipenuhi rasa depresi. Kebencian yang selama bertahun-tahun terkumpul itu terasa aneh. Bagaimana pun juga... Jing Shao adalah orang yang malang.

"Wang Ye, lihat itu."

Mu Hanzhang mengangkat tangan dan menunjuk ke arah titik di atas atas penjara.

Sel ini terbuat dari batu, bahkan begitu juga atapnya. Jing Shao menatap arah tangan itu dan melihat setitik cahaya di sela batu. Itu sangat redup di bawah cahaya obor, tetapi langit dengan bintang kecil dapat dilihat dengan jelas dari posisi Mu Hanzhang.

Jing Shao terus menatap ke atas dengan heran, ia bergeser ke sisi Mu Hanzhang sampai tanpa sadar berada di depannya.

Untuk pertama kali, ada pemandangan langit yang indah di balik celah atap batu. Jing Shao menatap ke sana, seolah dengan enggan berkedip, "Langit yang indah. Sama seperti apa yang aku lihat di gurun."

"Seperti apa gurun itu?" Tubuh yang datang mendekat ith sangat hangat, menghilangkan rasa sakit pada tubuhnya. Mu Hanzhang tidak bergerak, bersandar di dinding batu biru dan melihat ke arahnya.

"Gurun seolah tidak memiliki akhir dan mungkin tidak ada orang dalam jarak ratusan mil." Jing Shao mengingat situasi ketika dia masih muda. Dia tidak bisa menahan diri untuk sedikit tersenyun, "Saat itu, aku pergi untuk mengejar Pemimpin suku dan membawa tiga ribu tentara. Setelah mengejar semalaman, di gurun itu hanya terdengar tapal kuda..."

[END] Istri yang UtamaWhere stories live. Discover now