Why?

767 112 7
                                    

Kegiatan hariannya bertambah, selain harus mengurus suaminya Doyoung juga harus mengurus baby Yangyang. Doyoung melakukan semuanya sendiri, karena Taeil selalu beralasan jika Doyoung meminta tolong untuk menggendong  Yangyang yang menangis. Tetapi Doyoung tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut karena mungkin Taeil masih belum siap dan kedepannya Doyoung percaya kalau Taeil akan siap untuk mempunyai anak.

Setelah merapikan pakaian yang Taeil kenakan untuk pergi ke kantor ritual selanjutnya pasti mereka akan saling mencumbu bibir itu. Baru saja memiringkan kepala, suara tangisan terdengar membuat Taeil berdecak kesal.

"Hyung kau berangkat saja, aku akan tenangkan baby Yangyang" Doyoung membopong bayi laki-laki kecil yang menangis.

"Hati-hati hyung, aku mencintaimu"

Taeil pergi tanpa sepatah kata, mungkin mood nya sedang tidak baik. Sebenarnya Doyoung merasa jika Taeil sedikit aneh semenjak kembali dari jepang beberapa pekan lalu. Tidak dapat dipungkiri Doyoung juga sibuk untuk mengurus baby Yangyang, sehingga jarang sekali pasangan pasusu itu bermanjaan seperti biasanya.

Ponselnya bergetar, Taeil memberi tahu jika nanti Dia yang akan pergi menemui Wendy jadi meminta Doyoung untuk tetap dirumah saja. Doyoung juga mengiyakan karena tubuhnya terlalu lelah untuk pergi kemana-mana, terlebih pekerjaannya bertambah untuk mengurus bayi.

Setelah membaca pesan dari suaminya Doyoung bernafas lega karena satu pekerjaannya berkurang. Tetapi Doyoung sebenarnya juga ingin ke apartemen menemui Wendy, tetapi matanya tidak dapat berkompromi lagi. Setelah Baby Yangyang terlelap Doyoung ikut terlelap disebelahnya.
.
.
.
Perutnya lapar mungkin karena Doyoung tidur seharian sehingga Ia tidak sempat untuk makan. Kalau Yangyang tidak menangis mungkin Doyoung masih akan bergelung didalam selimut. Doyoung selalu mendahulukan Yangyang, Ia memastikan anaknya ini kenyang terlebih dahulu baru kemudian Doyoung bisa makan dengan tenang.

Matahari juga sudah tenggelam, seharusnya Taeil sudah pulang. Entah kenapa suaminya belum juga pulang. Pada akhirnya saat jam menunjukan pukul 10 malam Taeil baru kembali. Doyoung seperti biasanya menyambut kehadiran Taeil.

"Kau ingin makan?" Taeil menggelengkan kepalanya.

"Aku sudah makan bersama Wendy dan Seulgi tadi. Aku langsung mandi saja" Taeil mengecup kening Doyoung.

"Kalau gitu aku siapkan air hangat, pasti kau lelah hari ini"

Doyoung menyiapkan air panas di dalam bathtub memastikan air didalamnya tidak terlalu panas. Tanpa Doyoung sadari Taeil sudah masuk kedalam kamar mandi dan memeluknya dari belakang.

"Apa kau habis mandi?" Taeil menghirup aroma ceruk leher Doyoung.

"Aku suka wangimu" bibir Taeil mulai nakal, pria itu menghisap perpotongan leher Doyoung sampai menciptakan sebuah jejak bewarna merah.

"Nghh hyung jangaanhh"

"Aku merindukanmu Doyoung" Taeil membalikan tubuh Doyoung untuk merasakan bibir suaminya.

Byurr

Betapa terkejutnya Doyoung saat Taeil membawanya untuk masuk kedalam bathtub. Tidak berhenti, Taeil terus melancarkan aksinya sampai Doyoung pun luluh. Doyoung mengalungkan tangannya pada tengkuk Taeil, menariknya untuk berciuman didalam air, ekstrim bukan?

Doyoung mendorong Taeil, Ia mulai kehabisan nafas. Keduanya sama-sama sudah basah kuyup, otot Taeil tercetak jelas dari luar kemeja putih yang masih Ia kenakan. Pipi Doyoung memerah selayaknya baru pertama kali melihat tubuh kekar Taeil. Doyoung akui jika bentuk tubuh Taeil sangat proporsional walau pria itu lebih pendek darinya.

"Hyung, Baby Yangyang menangis" Doyoung menahan pergerakan Taeil saat ingin menyerangnya kembali.

"Biarkan saja, nanti juga diam sendiri bukan?" Lagi-lagi Taeil kembali mencumbui bibir Doyoung namun sang empu menolak dengan tidak membuka mulutnya untuk membalas.

Hello Baby!! [Moon Taeil x Kim Doyoung]Where stories live. Discover now