Love and Hope

900 117 7
                                    

Salahkan Mark yang melamun, untung saja mereka selamat dari kecelakaan yang hampir saja menimpa ketiganya. Taeil bersandar pada pinggir tebing yang sekarang cukup ramai oleh polisi dan disana dipasangi Police line pada tempat kejadian.

Haechan masih dalam keadaan shock dan disana ada Mark yang cukup khawatir dengan keadaan Haechan. Taeil menggenggam ponselnya yang retak, Ia melihat kembali layar ponselnya yang masih menyala.

"Maaf sebelumnya, apa tuan kesini untuk mencari seseorang?" Tanya salah satu petugas medis disana.

"Iya, bagaimana kau tahu?"

"Bukannya lancang tadi saya sempat melihat foto yang ada di lock screen tuan. Kalau tidak salah pria itu sempat ke rumah sakit karena anaknya demam tinggi. Dia laki-laki tinggi berkulit pucat bukan?"

"Ya kau benar, kapan kau melihatnya? Apakah kau tahu alamat yang diajukan di rumah sakit itu?" Kali ini Taeil menemukan secercah harapan, bukankah jika seperti ini Taeil akan dengab cepat bertemu dengan Doyoung.

"Mungkin 5 bulan yang lalu tuan, selain itu maaf saya tidak tahu tentang itu, yang saya ingat laki-laki itu datang dengan keadaan berantakan dan kotor kemudian besok harinya Ia kembali bersama pria tinggi dan keadaanya lebih baik. Oh pria yang bersamanya juga yang membayar biaya rumah sakit anaknya. Hanya itu yang saya ingat, saya permisi dulu tuan"

Taeil mematung setelah petugas kesehatan tadi mengatakan kalau Doyoung datang dengan keadaan yabg berbeda. Kepalanya terasa pening, apakah Doyoung melakukan hal seperti itu agar kehidupannya dapat tercukupi? Taeil semakin menyalahkan dirinya sendiri.

Karena keadaan Haechan yang tidak memungkinkan akhirnya Taeil meminta Mark untuk kembali dan menjaga adiknya. Taeil tetap bersikeras untuk menuju tempat dimana informasi terakhir tentang Doyoung ditambah dengan informasi dari petugas kesehatan membuktikan kalau suami dan anaknya berada disana.

Ia tiba di desa yang Haechan maksud, berkeliling dan menanyakan pada orang-orang disana. Akhirnya Taeil dapat menemukan tempat tinggal Doyoung namun suaminya sudah tidak ada disana sejak lama. Kata pemilik rumah kontakan tersebut Doyoung hanya satu bulan tinggal disana. Pemilik kontakan itu juga menceritakan jika Doyoung hidup secara susah payah, tidak ada yang menerimanya bekerja karena memiliki bayi kecil.

Ia memang laki-laki bodoh bisa-bisanya Ia tersulut oleh api cemburu kepada seorang anak tidak bersalah sehingga membuat suaminya hidup susah dan menjalani hidup yang tidak sepantasnya suaminya rasakan.

Dengan kendaraan seadanya Taeil menuju kota dimana rumah sakit yang Doyoung kunjungi. Ia berkeliling mencari keberadaan Doyoung, harapannya selalu menginginkan suaminya akan kembali padanya walau Doyoung harus membencinya.
.
.
.
.
.
"Jungwoo, tumben sekali kau tidak pulang ke rumah?" Doyoung sempat terheran-heran

"Aku sendiri dirumah kali ini jadi tidak masalah bukan aku disini? Lagipula masih ingin bermain dengan baby Yangyang. Betul tidak?"

"Aaang ahaha" Yangyang menepuk-nepuk tangannya senang.

"Menggemaskan" Jungwoo mengangkat Yangyang keudara membuat anak tersebut tertawa senang.

Hup

Doyoung memeluk Jungwoo, kepalanya Ia sembunyikan pada punggung lebar itu, malu jika Jungwoo tahu kalau Doyoung sedang menangis. Jungwoo meletakkan Yangyang baru membalikan badannya untuk membalas pelukan Doyoung.

"Kenapa menangis hum?" Jungwoo mengusap-usap punggung Doyoung.

"Aku hanya berpikir jika saat itu kau tidak menolongku, sudah dipastikan aku akan hidup sebagai pelacur disini"

Jungwoo tidak menjawab, Ia melepas pelukanydan mengangkat dagu Doyoung untuk mengusap air mata yang keluar. Jungwoo mengecup setiap inci wajah Doyoung beeharap laki-laki itu lebih tenang.

Hello Baby!! [Moon Taeil x Kim Doyoung]Where stories live. Discover now